Selasa, 12 April 2016

PERANAN RADIO SWARA SLENK FM SUKOHARJO DALAM MENDUKUNG PROGRAM SOLO SEBAGAI KOTA BUDAYA




PERANAN RADIO SWARA SLENK FM SUKOHARJO DALAM MENDUKUNG PROGRAM SOLO SEBAGAI KOTA BUDAYA


 











 SKRIPSI



Oleh :
IMAM SYAMSUL HUDA
K4408034




FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012




PERANAN RADIO SWARA SLENK FM SUKOHARJO DALAM MENDUKUNG PROGRAM SOLO SEBAGAI KOTA BUDAYA






Oleh :
IMAM SYAMSUL HUDA
K4408034




Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Program Studi Pendidikan Sejarah
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial







FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Surakarta, 31 Mei 2012












    Pembimbing I                                                            Pembimbing II



Dra. Sariyatun, MPd, MHum                                        Dra. Sri Wahyuni M.Pd
NIP. 19610318 198903 2 001                                    NIP. 19541129 198601 2 001





PENGESAHAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada Hari : Selasa
Tanggal    : 19 Juni 2012


Tim Penguji Skripsi
Nama Terang                                                                           Tanda Tangan
Ketua              : Drs. Herimanto, M.Pd, M.Si             ………………
Sekretaris        : Isawati, S.Pd                                                             ………………
Anggota I        : Dra. Sariyatun, M.Pd, M.Hum         ………………
Anggota II      : Dra. Sri Wahyuni, M.Pd                                           ………………




Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
a.n. Dekan
Pembantu Dekan I,



Prof. Dr. rer nat Sajidan, M.Si
NIP. 19660415 199103 1 002
ABSTRAK


Imam Syamsul Huda. PERANAN RADIO SWARA SLENK FM SUKOHARJO DALAM MENDUKUNG PROGRAM SOLO SEBAGAI KOTA BUDAYA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Mei 2012.
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan : (1) Arah pengembangan budaya di Solo, (2) Sejarah berdirinya Radio Swara Slenk Fm Sukoharjo, (3) Peranan Radio Swara Slenk Fm dalam mendukung program Solo sebagai kota budaya, (4) Dampak program Radio Swara Slenk Fm terhadap partisipasi masyarakat dalam mendukung program Solo sebagai kota budaya.
Bentuk penelitian ini deskriptif kualitatif, yaitu suatu cara dalam meneliti suatu peristiwa pada masa sekarang dengan menghasilkan data-data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang tertentu atau perilaku yang dapat diamati dengan menggunakan langkah-langkah tertentu. Dalam penelitian ini digunakan strategi studi kasus terpancang tunggal. Sumber data yang digunakan adalah sumber benda, tempat, peristiwa, informan, dan dokumen. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan analisis dokumen. Sampel yang digunakan bersifat purposive dan snowball sampling. Untuk menguji kebenaran data digunakan dua tehnik trianggulasi yaitu trianggulasi data dan trianggulasi metode. Tehnik analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif, yaitu proses analisis yang bergerak diantara tiga komponen yang meliputi reduksi data, penyajian data, verifikasi/penarikan kesimpulan, yang berlangsung secara siklus.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Arah pengembangan budaya di Solo berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yaitu terwujudnya kota Solo sebagai Kota Budaya yang bertumpu pada potensi Perdagangan, Jasa, Pendidikan, Pariwisata dan Olah Raga. Solo sebagai kota budaya artinya kota yang pengembangannya berwawasan budaya. (2) Radio Swara Slenk secara resmi lahir pada 21 Januari 2002. Maksud dan tujuan Ki Warseno Slenk mendirikan Radio Swara Slenk karena merasa miris terhadap kebudayaan Jawa yang begitu melimpah tetapi belum terdapat media pelestariannya. Bentuk kepeduliannya adalah dengan promosi, nguri-nguri, serta melestarikan budaya sesuai dengan fasilitas audio broadcast yang sederhana. (3) Peranan Radio Swara Slenk Fm dalam mendukung program Solo sebagai kota budaya dapat dilihat dari rangkaian kegiatan acara yang disajikan yang begitu dominan menghadirkan program budaya Jawa setiap harinya, ini sejalan dengan program pemerintah Solo dalam mewujudkan Solo kota budaya. Dengan banyaknya pendengar yang berasal dari Solo menjadikan Radio Swara Slenk secara tidak langsung mendukung program Solo sebagai kota budaya. (4) Dampak program Radio Swara Slenk Fm terhadap partisipasi masyarakat dalam mendukung program Solo sebagai kota budaya terlihat dengan adanya latihan karawitan dan pedalangan yang dilakukan oleh monitor Radio Swara Slenk dengan bekerjasama dengan Sanggar Sawo Jajar, latihan macapat serta penggunaan bahasa Jawa dalam berkomunikasi.
ABSTRACT
 
Imam Syamsul Huda. The Role of Swara Slenk Fm Sukoharjo Radio in Supporting Solo Program as a Culture City. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty, University of Sebelas Maret, May 2012.
The purpose of this research are to description about: (1) The purpose of culture developing in Solo, (2) The history of creating Slenk Fm Sukoharjo Radio, (3) The role of Swara Slenk Fm Sukoharjo Radio in supporting Solo program as a culture city, (4) The effect of Swara Slenk Fm Sukoharjo Radio program toward social participation in supporting Solo program as a culture city.
The design of this research is descriptive qualitative, is one of research toward up to date history which consist of writing and oral from special people or someone behavior. In this research is used study case of Single embedded. The sources of data are using noun, place, history, informant, and document. The sample that used are purposive and snowball sampling. To test the truth of data that used are triangulation, namely the data triangulation and the method trianggulation. The technique data analysis that used is interactive analysis, which analysis process of three components are about reduction data, form data, verification conclusion that is continually.
Based on this research can be concluded in: (1) The purpose of culture developing in Solo based on UU No. 25, 2004 about National Developing Planning System is Solo city be created as a culture city that is consist of national trading potential, opening service, education, tourism and sport. Solo as a cultural city it means cultural intelligence. (2) Swara Slenk Radio is created on 21 January 2002. The purpose of Ki Warseno Slenk in creating Swara Slenk Radio because he feel need to provide some place to explore Java culture. His appreciations are shown which promotion, developing culture that is matched with audio broadcast facility. (3) The role of Swara Slenk Fm Sukoharjo Radio in supporting Solo program as a culture city can be seen in every programs that is shown Java culture dominate everyday. That is matched with Solo government program in creating Solo as a culture city. Because many people from Solo be listeners of Swara Slenk Fm Radio the people give support indirectly Solo as a culture city. (4) The effect of Swara Slenk Fm Sukoharjo Radio program toward social participation in supporting Solo program as a culture city can be seen at Karawitan and padalangan training that is held by Swara Radio monitor relationship with Sanggar Sawo Jajar, macapat training by using Java language in communication.











MOTTO

Manusia tanpa budaya sama halnya mati!
(Mustoko Eni)
Majunya suatu bangsa terletak pada budayanya, maju tidaknya budaya tergantung pada manusianya!
(Penulis)























PERSEMBAHAN
















Karya ini kupersembahkan kepada:

1.      Ibu-Bapak tercinta
2.      Adikku tersayang
3.      Sejarah ’08
4.      Almamater












KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami haturkan kepada Allah S.W.T atas segala limpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya, sehingga proses penelitian dan penyusunan skripsi ini berjalan dengan cukup baik. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah dan terlimpahkan pada junjungan Kita Rasulullah SAW. Skripsi ini ditulis guna memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Pendidikan Sejarah Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Kependidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Selama masa penyelesaian skripsi ini, cukup banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan, dan berkat karunia Allah S.W.T dan peran berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi. Oleh karena itu dengan rendah hati penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada :
1.      Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Kependidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penulis untuk mengadakan penelitian.
2.      Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan  persetujuan dalam penyusunan skripsi.
3.      Ketua Program Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,  Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
4.      Dra. Sariyatun, M.Pd, M.Hum selaku Pembimbing I, yang dengan sabar telah memberikan arahan, masukan, dan saran.
5.      Dra. Sri Wahyuni, M.Pd selaku Pembimbing II, yang dengan sabar juga telah memberikan motivasi, masukan, dan saran.
6.      Bapak Warseno Slenk selaku pendiri Radio Swara Slenk Fm yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.
7.      Para monitor Radio Swara Slenk Fm yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.
8.      Pemerintah Desa Makamhaji yang telah memberikan ijin penelitian untuk penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan sehingga kritik dan saran senantiasa penulis harapkan. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Surakarta,   Mei 2012


                                                            Penulis
































DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………….…...........................................................................        i
HALAMAN PENGAJUAN.......................................................................................      ii
HALAMAN PERSETUJUAN …… ... ……………………………………….......       iii
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................       iv
HALAMAN ABSTRAK…………..........................................................................       v
ABSTRACT      ……………....................................................................................      vi
HALAMAN MOTTO  .............................................................................................      vii
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………...............................     viii
KATA PENGANTAR..............................................................................................       ix
DAFTAR ISI     …………………………………………………………...............       xi
DAFTAR TABEL …………………………………………………………………     xiv
DAFTAR BAGAN … ……………………………………………………………..     xv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................     xvi

BAB I          PENDAHULUAN..............................................................................        1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................        1
B. Perumusan Masalah .........................................................................        8
C. Tujuan Penelitian..............................................................................        8
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………...            8

BAB II         LANDASAN TEORI.........................................................................      10
A.    Tinjauan Pustaka.............................................................................      10
1.      Media Massa…………………………………………….........      10
2.      Komunikasi…………………………………...........................      15
3.      Radio…………………………………....................................      19
4.      Kebudayaan…………………………………………..............      25
5.      Perkembangan Kota…………………………………..............     32
B.    Kerangka Berpikir...........................................................................      34

BAB III       METODOLOGI PENELITIAN.......................................................      37
A.    Tempat dan Waktu Penelitian.........................................................      37
1.      Lokasi Penelitian……………………………………………...     37
2.      Waktu Penelitian.......................................................................      37
B.    Bentuk dan Strategi Penelitian.......................................................      38
1.      Bentuk Penelitian......................................................................      38
2.      Strategi Penelitian.....................................................................      39
C.    Sumber Data...................................................................................      40
D.    Teknik Pengumpulan Data..............................................................      42
E.     Teknik Sampling.............................................................................      47
F.      Validitas Data.................................................................................      48
G.    Teknik Analisis Data.......................................................................      50
H.    Prosedur Penelitian.........................................................................      52

BAB IV       HASIL PENELITIAN.......................................................................      54
A. Deskripsi Kota Solo........................................................................      54
1.   Letak Kota Solo........................................................................      54
2.   Kondisi Umum Kota Solo........................................................      55
B.  Arah Pengembangan Budaya di Solo.............................................      60
1. Solo Sebagai Kota Budaya …………………………………….     60
2. Strategi Pengembangan Budaya di Solo……………………….     64
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Terwujudnya Solo sebagai
Kota Budaya……………………………………………………    71
C.  Sejarah Berdirinya Radio Swara Slenk Fm ………………...........      74
1. Peranan Warseno Slenk sebagai Penggagas Pendirian Radio
Swara Slenk Fm………………………………………………...    74
2. Lahirnya Radio Swara Slenk Fm……………………………….    75
3. Tujuan Pendirian Radio Swara Slenk Fm………………………    76
4. Lokasi…………………………………………………………..     78
5. Bangunan Radio Swara Slenk Fm………………………….......     78
6. Struktur Organisasi……………………………………………...    79
7. Perkembangan Radio Swara Slenk Fm…………………………    79
D.  Peranan Radio Swara Slenk Fm dalam mendukung Program Solo sebagai Kota Budaya …………........................................................................................      81
1.      Program Acara Radio Swara Slenk Fm....................................      81
2.      Program Acara yang Mendukung Program Solo Sebagai Kota Budaya                       86
E.  Dampak Program Radio Swara Slenk Fm terhadap Partisipasi Masyarakat dalam Mendukung Program Solo sebagai Kota Budaya ………………......................      93
1.   Latihan Karawitan dan Pedalangan..........................................      94
2.   Latihan Macapat ……………………………………………..      95
3.   Penggunaan Bahasa Jawa dalam Berkomunikasi…………......    96

BAB V         KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN..........................................      99
A. Kesimpulan .....................................................................................      99
B. Implikasi ..........................................................................................    101
C. Saran ...............................................................................................    102

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................    104
LAMPIRAN ……………………………………………….....................................            107












DAFTAR TABEL
                                                                                                                    
Tabel 1   Jadwal Penelitian ............................................................................. 37
Tabel 2   Daftar Menu Acara Hari Senin-Sabtu Radio Swara Slenk Fm........ 81
Tabel 3   Daftar Menu Acara Hari Minggu Radio Swara Slenk Fm............... 82


























DAFTAR BAGAN
                                                                                                                   
Bagan 1      Kerangka Pemikiran ………………………………………………    34
Bagan 2      Teknik Analisis Data Interaktif Model Miles dan Huberman ……    52
Bagan 3      Prosedur Penelitian ……………………………………………….    53

























DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1   : Daftar Informan……………………………………………..      108
Lampiran 2   : Daftar Pertanyaan dan Jawaban Penelitian……………….....      110
Lampiran 3   : Foto Penelitian
                       Foto 1  : Papan Nama Radio Swara Slenk Fm………………..     121
                       Foto 2 : Gedung Radio Swara Slenk Fm …………………… .    121
                       Foto 3.......................................................................................   : Tower Pemancar Radio Swara Slenk Fm……………    122
                       Foto 4  : Pendapa Radio Swara Slenk Fm ……………………    122
                       Foto 5.......................................................................................   : Media Pemancar Radio Swara Slenk Fm …………..     123
                       Foto 6  : Ruang Kerja dan Ruang Tamu ……………………..     123
                       Foto 7 : Ruang Studio Siaran Radio Swara Slenk Fm ……….     124
                       Foto 8  : Studio Siaran Radio Swara Slenk Fm ………………    124
                       Foto 9  : Sanggar Sawo Jajar …………………………………    125
                       Foto 10 : Latihan Karawitan di Sanggar Sawo Jajar …………    125
                       Foto 11 : Tempat Latihan Pedalangan …………………….... .    126
                       Foto 12: Latihan Klenengan atau Karawitan........................... .    126
                       Foto 13 : Monitor Tampil dalam Acara                                        Hari Ulang Tahun Monitor .................................................................................. ..   127
Foto 14: Latihan Macapat………………………………………  127
Foto 15: Potong Tumpeng HUT Radio Swara Slenk Fm …..  ..   128
                       Foto 16: Talkshow dengan Duta Norwegia ……………………  128
                       Foto 17: Kegiatan Radio Swara Slenk Fm Menyambut
                                      Hari Anak …………………………………………….  129
Lampiran 4   : Sketsa Peta Desa Makamhaji….............................................. ..   130
Lampiran 5   : Company Profile Radio Swara Slenk Fm............................... ..   131
Lampiran 6  : Surat Keputusan Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan tentang Ijin Penyusunan Skripsi............ ..   134
Lampiran 7 : Surat Permohonan ijin Menyusun Skripsi................................. ..   135
Lampiran 8 : Surat Ijin Penelitian ke Radio Swara Slenk Fm........................ ..   136
Lampiran 9 : Surat Keterangan dari Radio Swara Slenk Fm......................... ..   137
BAB IV


HASIL PENELITIAN
A.       Deskripsi Kota Solo
1.         Letak Kota Solo
Kota Solo secara geografis berada diantara dataran rendah dan terletak diantara beberapa sungai kecil seperti Kali Pepe, Kalianyar, Kali Jenes, dan Bengawan Solo dengan ketinggian diantara + 92 m di atas permukaan air laut.  Surakarta yang terletak secara astronomi antara 110° 45' 15' - 110° 45' 35' BT dan 7° 56' 00' LS, merupakan kota yang strategis diantara dua pusat pertumbuhan industri dan perdagangan yang cukup besar yaitu Semarang dan Surabaya. Wilayah Solo berbatasan langsung dengan daerah-daerah seperti kab. Karanganyar dan kab. Boyolali di sebelah Utara, kab. Sukoharjo di sebelah Selatan, kab. Karanganyar dan kab. Sukoharjo di sebelah Barat, serta kab. Sukoharjo dan kab. Karanganyar di sebelah Timur. Luas wilayah Surakarta kurang lebih 4.404,05 ha, yang terbagi untuk pemukiman 2.674,25 m; jasa 422,60 m; perusahaan 282,12 m; industri 101,42 m; tegalan 99,98 m; sawah 190,87 m; dan sisanya untuk sarana hiburan dan lapangan olah raga (Badan Pusat Statistik kota Solo Tahun 2011).
Secara administratif wilayah kota Solo dibagi menjadi 5 kecamatan, 51 kelurahan, 589 RW, dan 2616 RT. Dengan pernbagian wilayah sebagai berikut:                       
a.  Kecamatan Laweyan, yang terbagi atas 11 kelurahan, yaitu Karangasem, Jajar, Kerten, Purwosari, Sondakan, Pajang, Laweyan, Bumi, Penumping, Sriwedari, dan Panularan.
b.  Kecamatan Serengan, yang terbagi menjadi 7 kelurahan, yaitu Joyontakan, Danukusuman, Tipes, Kratonan, Jayengan, Kemlayan dan Serengan.
c.  Kecamatan Pasar Kliwon, yang terbagi menjadi 9 kelurahan, yaitu Kampung Baru, Kauman, Kedung Lumbu, Sangkrah, Joyosuran, Semanggi, Pasar Kliwon, dan Baluwarti.
d.             Kecamatan Jebres, yang terbagi alas 11 kelurahan , yaitu Mojosongo, Jebres, Jagalan, Pucang Sawit, Kepatihan Kulon, Kepatihan Wetan, Tegalharjo, Sudiroprajan, Gandekan, Sewu, dan Purwodiningratan.
e.       Kecamatan Banjarsari yang terbagi atas 13 kelurahan, yaitu Kadipiro,
Nusukan, Gilingan, Stabelan, Kestalan, Keprabon, Timuran, Ketelan, Punggawan, Mangkubumen, Manahan, Sumber, dan Banyuanyar.

2.      Kondisi Umum Kota Solo
a.       Wilayah Administrasi
Wilayah administrasi kota Solo terbagi menjadi lima wilayah kecamatan yaitu Jebres, Banjarsari, Pasar Kliwon Serengan dan Laweyan yang terdiri dari 51 kelurahan dengan luas wilayah dan kepadatan penduduk yang berbeda-beda. Wilayah terluas berada di kecamatan Banjarsari (14,81 km2) dan wilayah tersempit di kecamatan Serengan (3,19 km2). Kepadatan penduduk tertinggi berada di kecamatan Pasar Kliwon (4,82 jiwa/km2) dan terendah di kecamatan Jebres (12,58 jiwa/km2) (Badan Pusat Statistik kota Solo Tahun 2011).
b.      Budaya dan Pariwisata
Sebagai kota tua bekas ibukota kerajaan kerajaan Mataram, Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Kota Solo kaya akan peninggalan budaya Jawa. Kelima elemen budaya Jawa dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Sistem religi dan kepercayaan
Salah satu sistem reliji dan kepercayaan kejawen memang mengajarkan agar seseorang membiasakan laku spiritual seperti suka prihatin berjaga malam (lek-lekan). Dengan kebiasaan melakukan spiritual lek-lekan, orang Jawa menyakini sebagai sarana komunikasi transedental seorang mahluk (jagad alit) dengan sang kholiq (jagad ageng) mencari keharmonisan dan keselarasan hidup.
2) Adat istiadat dan tradisi
Sebagai bekas ibukota Keraton Kasunanan sejak Tahun 1745, tata nilai budaya yang meliputi adat-istiadat dan tradisi yang semula hanya diuri-uri di dalam tembok keraton, lama-kelamaan juga dilakukan dan berkembang menjadi adat istiadat masyarakat di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Fenomena ini menunjukkan betapa besar pengaruh kultural Kasunanan Surakarta terhadap pembentukan nilai budaya nasional. Sebagai contoh adat-istiadat dan tradisi budaya adalah : tata cara daur hidup seperti : upacara mitoni, medeking, sepasaran bayi, tedhak siti bagi bayi menjelang berjalan kaki, supitan atau sunatan, pernikahan, pemakaman, bersih desa, dan sebagainya.
3) Bahasa (Jawa)
Bahasa sebagai sarana komunikasi antar manusia yang paling tua, merupakan cermin peradaban suatu bangsa pemilik bahasa itu. Demikian Bahasa Jawa, merupakan cermin peradaban orang Jawa. Bahasa Jawa yang memiliki undha usuking bahasa (karma inggil, karma madya, dan ngoko) mengindikasikan bahwa orang Jawa sangat menghormati orang lain secara proposional (falsafah Jawa: nguwongke wong), sekalipun orang lain itu dalam strata sosial yang lebih rendah. Mengingat karakteristik bahasa Jawa seperti itulah, maka sebagian besar aparat di birokrasi pemerintah di kota Solo masih cenderung familier menggunakan bahasa pengantar sehari-hari dengan bahasa Jawa. Bahkan selama lima tahun terakhir ini prinsip manajemen pemerintah di kota Solo dengan mengembangkan falsafah nguwongke wong tersebut.
4) Kesenian
Karya seni, merupakan ekspresi seseorang ke dalam suatu simbol visual, gerak, suara maupun wujud fisik dengan mengutamakan kehalusan dan keindahan rasa. Jadi semakin abstrak ekspresi suatu karya seni akan semakin tinggi pula kualitas (adiluhung) seni tersebut, maka semakin adiluhung pula peradaban angsa tersebut. Banyak karya seni adiluhung yang merupakan peninggalan kerajaan. Sebagai contoh: a) Seni tari, antara lain Tari Gambyong dan Tari Bedhaya Ketawang, b) Seni pewayangan, antara lain wayang kulit dan wayang orang, c) Seni pahat, d) Seni tatah sungging, e) Seni musik, antara lain santiswaran, larasmadya, keroncong, kerawitan.
5) Sistem teknologi peralatan
Teknologi merupakan penerapan praktis dari ilmu pengetahuan untuk memperoleh kemudahan tata cara kehidupan. Sistem teknologi peralatan yang dikembangkan orang Jawa telah menyentuh untuk pemenuhan seluruh kebutuhan hidup suatu keluarga dan kelompok. Sesuai dengan zamannya, sistem teknologi peralatan yang diutamakan nenek moyang adalah senjata sebagai sarana perlindungan diri (Jawa : piandel) seperti keris, tombak, pedang, peralatan bercocok tanam, perkakas dapur, alat permainan anak-anak (dakon), bangunan keraton, bangunan tempat tinggal. Secara umum, sistem teknologi peralatan Jawa dikelompokkan kedalam artefak, sosiafak maupun metafak.  Bangunan yang termasuk artefak antara lain : bangun cagar budaya seperti bangunan keraton Kasunanan Surakarta beserta kelengkapan Kerajaan Kasunanan dan situsnya, Pura Mangkunegaran dan situsnya. Sistem teknologi yang termasuk sosiofak antara lain berupa event-event kultural seperti Sekaten, Malem Selikuran, Kirab Pusaka satu Sura dan yang termasuk metafak antara lain berupa apresiasi seni budaya seperti wayang orang, tarian-tarian sakral. Khususnya artefak, kota Solo memiliki 63 bangunan cagar budaya berupa : (1) kelompok bangunan kawasan tradisiomal, ada 12 buah,(2) kelompok bangunan umum kolonial, ada 19 buah, (3) kelompok bangunan peribadatan, ada tujuh buah, (4) kelompok bangunan monumen atau tugu, ada 21 buah, (5) kelompok bangunan taman atau ruang terbuka, ada lima buah. Untuk menjaga kelestarian ke-63 bangunan cagar budaya tersebut, telah dilakukan penyusunan Rencana Induk Pendayagunaan (RIP). Bangunan Cagar Alam Menjadi Obyek Wisata. Dengan RIP tersebut diharapkan banyak calon investor yang berminat menanamkan modalnya dalam pemanfaatan banyaknya aset budaya tersebut untuk dikembangkan menjadi objek wisata sekaligus sebagai pengalian dana konservasi (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Surakarta, 2010).
c.       Perekonomian
Perekonomian Kota Solo amat kental diwarnai dua sektor, yaitu sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Kontribusi industri pengolahan pada PDRB sebesar 24,34%. Sedangkan kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran pada PDRB sebesar 22,02%. Pada sektor terakhir ini, kegiatan perdagangan paling berperan secara signifikan, yaitu lebih dari 80% dari keseluruhan kontribusi sektor ini.
Pada sektor industri, Kota Solo dikenal sebagai daerah penghasil batik. Pada sisi industri besar atau sedang, di Kota Solo terdapat 111 perusahaan dengan 12.233 tenaga kerja. Nilai produksi dari berbagai perusahaan tersebut sebesar Rp 575 miliar. Kelompok industri andalan untuk industri besar atau sedang ini antara lain tekstil, penerbitan dan percetakan dan reproduksi media rekaman, makanan dan minuman, karet dan barang dari karet, dan pengolahan tembakau.
Pada kegiatan perdagangan, dinamikanya terlihat dari penerbitan Tanda Daftar Perusahaan (TDP), realisasi ekspor non-migas, dan juga ketersediaan tempat berdagang bagi para pedagang tradisional. Jumlah TDP yang telah dikeluarkan pada tahun 2004 sebanyak 10.888 buah dengan perincian; pedagang perorangan 8.030 buah, CV 1423 buah, PT 1149 buah, Koperasi 223 buah, Firma dua buah dan badan usaha lain 61 buah. Sedangkan ketersediaan tempat berdagang antara lain jumlah kios sebesar 3.304 buah dan los 8.984 buah. Pasar Legi adalah pasar dengan jumlah los terbesar, yaitu, 1.545 buah, sementara pasar Klewer merupakan pasar dengan kios terbesar, yaitu, 2.069 buah.
Untuk realisasi ekspor non-migas, nilai ekspor non-migas Kota Solo lebih dari US $ 33 juta. Nilai ekspor tertinggi dicapai komoditi mebel. Komoditi lain yang memiliki nilai ekspor signifikan adalah tekstil dan produk dari tekstil, peralatan kantor, batik dan garment, kerajinan dari kulit, dan karung plastik (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Solo 2005-2010).  
d. Infrastruktur
1) Transportasi
Kondisi infrastuktur transportasi di Solo relatif karena didukung dengan perawatan yang baik, akan tetapi dengan meningkatnya volume penggunaan jalan khususnya jalan raya maka mengakibatkan timbulnya kemacetan lalu lintas di beberapa ruas jalan.
2) Telekomunikasi
Berkembangnya ilmu teknologi di bidang informasi dan komunikasi berpengaruh pada pergeseran pola komunikasi masyarakat dari surat menyurat melalui pos ke telekomunikasi selular. Produksi jasa pengiriman surat dari masyarakat melalui kantor pos Indoesia tahun 2003 menurun hingga 25% dibandingkan dengan tahun 2002. Sebaliknya pemakai pulsa oleh masyarakat yang tercatat di PT. Telkom semakin meningkat pada tahun 2003 terjadi peningkatan sebesar 22,47%.
3) Air Bersih
Sumber air bersih di wilayah Kota Solo sebagian dilayani oleh PDAM melalui jaringan perpipaan dan oleh masyarakat dari sumur galian atau sumur dalam. Pelayanan PDAM belum menjangkau seluruh wilayah kota. Cakupan pelayanan air bersih PDAM di masing-masing kecamatan meliputi Laweyan 13,39%; Serengan 20,415%; Pasar Kliwon 42,251%; Jebres 49,506% dan Banjarsari 31,979%.
4) Sistem Drainase
Kota Solo dengan luas wilayah 4.404,06 ha. Terletak di daerah yang rendah. Secara umum sistem drainase di Kota Solo dialirkan melalui sungai-sungai yang melintasi kota seperti Kali Pepe, Kali Jenes dan Kali Anyar yang kesemuanya bermuara ke Bengawan Solo. Terkait dengan drainase kota, di Solo terjadi dua jenis banjir yaitu banjir lokal dan banjir regular. Banjir lokal adalah banjir yang disebabkan oleh genangan air hujan di tempat-tempat tertentu karena hambatan aliran air ke saluran pengumpul, sedangkan banjir regular adalah banjir yang disebabkan oleh naiknya permukaan air Bengawan Solo, sehingga terjadi aliran balik dari Bengawan Solo ke sungai-sungai yang melintasi kota. Sejarah banjir terbesar di Surakarta terjadi pada tahun 1966 dimana tercatat tinggi muka air Bengawan Solo mencapai ±90.165m. Setelah Waduk Gajah Mungkur Wonogiri dibangun, tinggi muka air (TMA) di Jurug (Bengawan Solo) ±88.98 m, Kali Pepe ±88.70 m, tinggi tanggul penangkis air di Demangan ±90.00 m. Memperhatikan kondisi di atas jadi secara teoritis kota Solo aman dari banjir (Rencana Strategis Dinas Tata Ruang Kota Surakarta tahun 2011).
B.     Arah pengembangan Budaya di Solo
1.      Solo Sebagai Kota Budaya
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dalam Pasal 1, angka 12, adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir perencanaan. Secara jangka panjang, visi Kota Solo telah dinyatakan dalam Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2001 tentang Visi Misi Kota Solo. Rumusan visi kota Solo dalam dokumen Visi Misi Kota Solo tersebut adalah: “Terwujudnya kota Solo sebagai Kota Budaya yang bertumpu pada potensi Perdagangan, Jasa, Pendidikan, Pariwisata dan Olah Raga”. Maksud kota Solo sebagai kota budaya dalam dokumen visi misi kota Solo itu adalah kota yang pengembangannya berwawasan budaya. Dalam arti luas, yang seluruh komponen masyarakat dalam setiap kegiatannya menjunjung tinggi nilai-nilai luhur, berkepribadian demokratis-rasional, berkeadilan sosial, menjamin Hak Asasi Manusia (HAM) dan menegakkan supremasi hukum dalam tatanan masyarakat (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Solo 2005-2010).
Solo adalah kota yang dinamis, yang dihuni oleh berbagai etnis, seperti Cina, Arab yang lebih dominan, mereka hidup ditengah kekentalan budaya Keraton Surakarta yang menjunjung tinggi adat istiadat dan tradisi Jawa warisan nenek moyang secara turun temurun. Walaupun demikian berkembangnya budaya masing-masing tidak bersinggungan, bahkan saling mendukung dan menghargai. Arahnya jelas Solo menuju kota budaya dan kota history. Batik berkembang pesat, sekarang tidak hanya untuk keperluan resepsi atau jagong tetapi sudah menjadi trend dari anak-anak sampai orang tua telah berbusana batik. Festival jenang, tumpeng 1000, Solo menari, serta festifal wayang merupakan bukti bahwa semua itu tidak hanya jadi historis tapi harus dikenalkan pada generasi zaman kini, supaya tidak tergerus liberalisme. Saat ini kota Solo tengah giat-giatnya membangun, baik dari segi ekonomi maupun budaya. Berbagai atraksi seni budaya juga terus digelar untuk meningkatkan wisatawan yang datang ke kota Solo. Agenda budaya tahunan juga masih menjadi andalan kota Solo untuk menarik wisatawan, seperti Malam Sekaten, Gunungan Maulud Nabi, serta agenda seni lainnya. Pada bulan April juga digelar karnaval batik tingkat internasional dan ini diharapkan akan digelar secara periodik di Kota Solo.
Pada dasarnya di dalam pelestarian budaya terdapat unsur atraksi dan aksesbilitas tidak boleh dilupakan. Unsur atraksi dilakukan dengan menghidupkan kembali permainan (dolanan) tradisional, wisata tematik seperti wisata religi, kuliner dan lain-lain. Aksesbilitas dipenuhi melalui penyediaan tempat informasi yang representative dan ditangani oleh orang profesional berbasis pada keramah-tamahan (hospitality). Di samping itu dipakai peralatan pemasaran dan pencitraan yang teritegrasi dan simultan. Kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah kota Solo antara lain: kebijakan edukasi melibatkan, pertama, strategi pemahaman terhadap aspek kognitif (cognitive) berupa penalaran dan pemahaman yang dikombinasikan dengan aspek afektif (affective) yang berkaitan dengan cita rasa tentang arti pentingnya pelestarian pusaka (heritage) dengan memberikan introduksi kepada masyarakat untuk memiliki rasa handarbeni kebudayaan, sehingga perlu diberikan sejak usia dini.
Langkah-langkah dalam pelestarian kebudayaan yang harus diperhatikan yaitu:
a. menyampaikan nilai-nilai yang terkandung di dalam kesenian kepada masyarakat.
b. menciptakan suasana progresivitas di dalam melakukan olah seni, sehingga tidak terkesan membosankan, mengingat seni budaya lokal akan berhadap-hadapan secara frontal dengan budaya asing.
c. perlu dilakukan modifikasi terhadap performance seni pertunjukan (bukan dalam pakemnya) misalnya kostum, cara penyelenggaraan dan cara memberikan pelajaran.
d. pelestarian heritage, misalnya wayang kulit yang telah ditetapkan sebagai pusaka dunia (world heritage), macapat dan kethoprak dengan memberikan ruang untuk tampil dan memasukkannya sebagai muatan lokal pada kurikulum pendidikan yang dimulai sejak sekolah dasar.
e. mempertahankan penggunaan busana dengan motif batik dan lurik. Misalnya dengan mewajibkan pegawai instansi di Solo baik negeri maupun swasta untuk menggunakan busana bermotif batik atau busana tradisional Jawa lengkap peranakan (baju lurik) pada hari Kamis. Hal ini selain mendorong orang untuk bangga terhadap motif lokal juga akan meningkatkan perekonomian masyarakat khususnya pengrajin atau pengusaha kecil dan menengah yang menanganinya.
f. menjaga budaya kedisiplinan, ketertiban dan keteraturan. Hal paling kecil yang dapat dilakukan adalah membuang sampah. Selain itu, tata krama, unggah-ungguh yang lekat dengan budaya Jawa mulai disosialisasikan kembali baik melalui institusi formal seperti sekolah maupun non-formal (keluarga). Budaya ini harus ditanamkan sejak dini.
g. pelestarian seni tari dan kerawitan dimulai dari institusi pemerintah dengan mewajibkan anggota unit untuk mempelajarinya. Pada acara tertentu diadakan lomba antar unit ditambah kelompok masyarakat yang ingin bergabung (Wawancara dengan Drs. Budy Sartono, M.Si selaku Kepala Bidang Pelestarian, Promosi, dan Kerjasama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Solo, tanggal 16 April 2012).
Solo yang selama ini dikenal sebagai kota budaya dalam banyak hal juga masih banyak permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan rendahnya masyarakat dalam mengapresiasi seni, budaya dan pariwisata. Perumusan Solo sebagai kota budaya masih juga perlu dipertegas mengingat aktualisasi budaya sebagai cerminan pola hidup, pemikiran dan berbagai ekspresi emosi akan menggambarkan sejauh mana tingkat peradaban suatu kelompok masyarakat. Perkembangan budaya global saat ini harus disikapi dengan arif dan bijaksana terutama bagaimana pengaruh budaya global (inkulturisasi) mampu memberikan peningkatan kesejahteraan masyarakat dan menghindarkan dari berbagai degradasi khususnya berkaitan dengan nilai-nilai luhur yang telah dimiliki oleh masyarakat Solo selama ini. Seperti perilaku sopan santun dan andap asor.
Satu hal yang masih menjadi permasalahan adalah berkaitan dengan sejauh mana komitmen masyarakat di dalam memelihara nilai-nilai budaya dan kemudian mampu mengaplikasikan dalam berbagai tata kehidupan kota khususnya dan secara nasional bahkan menjadi tantangan setidaknya mampu dikenali secara global pola dan tata nilai budaya yang dimiliki. Hal ini tentu berkaitan dengan bagaimana harus melestarikan, meningkatkan kualitas, mengaplikasikan serta mempromosikan sebagai sebuah aset budaya yang bernilai.
Sebagai cerminan Solo kota budaya dalam mengembangkan dan mengaktualisasi nilai-nilai budaya, pemerintah kota Solo melakukan kebijakan yang diarahkan untuk: a. memperkuat basis identitas moral masyarakat sebagai filter atas masuknya nilai-nilai budaya yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur budaya yang telah hidup dalam masyarakat. b. mendorong modernisasi tata kehidupan masyarakat kota dengan mendasarkan pada asas-asas nilai-nilai budaya sebagai identitas kota. c. revitalisasi asset-asset budaya lokal. d. menumbuhkan kecintaan terhadap hasil karya dan budaya sendiri (http://Solomisme-Visi-Misi-Kota-Solo.htm diakses tanggal 20/1/ 2012).
Akulturasi nilai-nilai budaya yang mengarah pada peningkatan kualitas budaya dan kehidupan. Untuk mencapai prioritas ini kebijakan diarahkan untuk: a. memberikan porsi yang wajar terhadap berkembangnya berbagai kebudayaan sebagi wujud aktualisasi setiap komponen masyarakat kota, b. membangun landasan yang kuat dalam menjalin kerukunan inter dan antar umat beragama, c. mendorong peningkatan kreativitas budaya dalam rangka memajukan dan mengembangkan budaya lokal melalui berbagai event dan kegiatan budaya.
Aktivitas sosial budaya, tradisi dan ritual perlu dipertahankan sebagai identitas budaya. Perkampungan yang unik dapat berfungsi sebagai tempat tinggal lengkap dengan ekobudaya yang menghormati eksistensi pengetahuan tradisional, bahan baku serta keanekaragam budaya lokal. Daerah perkotaan yang khas seperti pecinan, kauman dan pekojan direvitalisasi beserta pola hidup dan kebudayaan yang dihasilkan (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Solo 2005-2010).

2.      Strategi Pengembangan Budaya di Solo
Strategi revitalisasi budaya untuk mewujudkan program Solo sebagai kota budaya diterapkan melalui pendidikan formal (sekolah) dan jalur non formal melalui agen-agen keluarga, kelompok bermain dan sebagainya. Setelah itu juga dilakukan sosialisasi yang berkesinambungan dengan penekanan pada perbaikan terus menerus (continues improvement) untuk merevitalisasi adat-istiadat terutama yang mulai dilupakan masyarakat. Adat-istiadat termasuk praktik kehidupan keseharian masyarakat merupakan obyek wisata budaya yang tidak habis dimakan zaman. Keanekaragaman budaya (cultural diversity) selalu menarik wisatawan untuk dilihat karena menjadi ukuran variasi kehidupan manusia sehingga merefleksikan hubungan antara manusia dan lingkungan alamnya.
Keterampilan (soft skill) dengan fokus pada aspek konatif (conative) yang berhubungan dengan daya cipta dan karsa manusia perlu dikembangkan. Imlementasi strategi ini dapat melalui sekolah dengan menggalakkan prakarya seperti tenun, anyaman bambu atau jalur koperasi, kelompok sadar wisata, kelompok usaha dan sebagainya. Kemudian dapat pula diadakan bengkel kerja (workshop) di setiap kecamatan yang dapat mengajarkan ketrampilan praktis untuk menunjang ekonomi keluarga, misalnya pembuatan sangkar burung. Agar tidak jenuh, setiap periode tertentu perlu diadakan lomba dengan insentif yang merangsang minat untuk berkarya.
Beberapa kebijakan yang dilakukan pemerintah kota Solo sebagai upaya mengimbangi teknologi barat yang merasuk pada segala aspek kehidupan terutama kebudayaan dan pariwisata antara lain:
a. adalah menghidupkan kembali permainan anak dan penggunaan sesumber bahan baku lokal. Taktik yang dilakukan adalah melakukan perencanaan kegiatan sosial-budaya secara tepat dengan menempatkan guru kebudayaan seperti seni tari, musik, kerawitan selain ke sekolah-sekolah juga ke ranah masyarakat seperti kelurahan bahkan kampung-kampung dengan koordinasi pemimpin wilayah yang formal (camat, lurah, ketua RW atau ketua RT) atau tokoh masyarakat. Di samping itu, perlu didukung pula oleh ahli manajemen untuk membantu mengorganisasi seni pertunjukan.
b. melakukan perlindungan budaya secara terintegrasi melalui pengayaan keanekaragaman wisata budaya berbasis komunitas (misalnya wisata spritual dan religi, wisata kuliner dan lain-lain) serta pelestarian benda cagar budaya yang menjadi identitas dan landmark kota Solo. Kemudian memberikan penghargaan kepada khalayak ramai yang memberikan kontribusi pada dunia senibudaya setiap periode tertentu. Namun juga menindak tegas bahkan mencari ke akar-akarnya pelaku graffiti yang mengganggu keasrian dan keindahan.
c. memberdayakan komunikasi dan melakukan pencitraan terhadap kota Solo secara optimal melalui teknik pemasaran yang terintegrasi (misalnya leaflet, baliho, ekspo, brosur, e-tourism, dan yang terpenting karena sifatnya yang efektif dan efisien adalah word of mouth (pemasaran melalui mulut ke mulut) dan penyediaan pusat informasi pariwisata yang up to date didukung sumberdaya yang memadai dan representatif. Tenaga kerja pada pusat informasi sebaiknya ditunjuk dari person, bukan karena tingkat eselon atau jabatannya akan tetapi memang murni pada professionalitasnya. Radio Swara Slenk mempunyai peran yang signifikan dalam hal ini. Program acara yang diselenggarakan Radio Swara Slenk erat berkaitan dengan budaya Jawa. Sebagai media komunikasi, Radio Swara Slenk berusaha menampilkan kembali kebudayaan-kebudayaan Jawa sebagai pendukung langkah pemerintah dalam pemberdayaan komunikasi. Bentuk penyesuaian dan inovasi Radio Swara Slenk Fm diwujudkan dalam pengemasan program siaran, sarana dan prasarana pendukung, kualitas personal, sistem manajemen, serta aktualitas fungsional Radio. Radio Swara Slenk Fm “Radio Budoyo Panjenengan” sebagai media pengantar yang bersegmentasi budaya denagn menciptakan audiensi sebagai objek sekaligus subjek yang dapat terlibat secara langsung dalam program siaran yang dikemas secara smart, fresh, frendly, and, fun serta secara obyektif dan natural.
d. menjaga pelestarian dengan berbasis masyarakat lokal yaitu menjaga nilai pranata sosial, tata-krama, unggah-ungguh dan kedisiplinan serta keteraturan. Hal ini dapat dimulai dengan penataan PKL, juru parkir yang terkesan semrawut dan anarkis. Selanjutnya, tentu melalui institusi formal, diajarkan kepada siswa sejak usia dini bagaimana perlunya memberikan respek kepada orang yang dituakan dan sebagainya. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah menjaga identitas, integritas dan nilai budaya masyarakat seperti gotong-royong, rembug desa atau rembug warga, pengembangan wilayah kota yang unik seperti kampung dan pecinan sebagai penginapan yang ramah lingkungan dan daerah ekobudaya dengan menonjolkan eksistensi kekhasan lokal-tradisional. Misalnya karena pecinan merupakan wilayah khas etnis cina, maka pertunjukan barongsai menjadi unggulan, sedangkan kampung yang menjadi kosa kata bahasa Inggris kampoong adalah daerah unik karena secara faktual ada di daerah urban tetapi cara hidup warganya masih semi perdesaan. Kehidupan yang dualistik ini sangat menarik untuk dikembangkan menjadi obyek dan daya tarik wisata (wawancara dengan Drs. Budy Sartono, M.Si tanggal 16 April 2012).
Pengembangan kota Solo sebagai kota budaya sudah diwujudkan melalui berbagai kegiatan dan pembangunan infrastruktur kota dengan memasukkan unsur-unsur budaya Jawa didalamnya. Berbagai slogan dibuat untuk mendukung ikon kota Solo sebagai kota budaya seperti Solo the Spirit of Java, solo the Heritage City, dan Solo past Solo future sehingga mampu menjadi dasar pijakan pembangunan dalam berbagai sektor yang menonjolkan kultur Jawa sebagai identitas kota Solo.
Pemerintah daerah di kawasan Subosukawonosraten, (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, dan Klaten), atau sekarang populer dengan sebutan Solo Raya menyadari perlunya sebuah brand yang dapat dijadikan sebagai identitas bagi kotanya. Berdasar hal tersebut, pemerintah daerah sepakat untuk membuat suatu kebijakan dengan menciptakan suatu identitas wilayah. Identitas itu, diharapkan akan terbangun image Kota Solo sebagai pusat kebudayaan Jawa.
Solo ingin membangun citra baru, sebagai kota yang selalu dikenang sebagai pusat perkembangan kebudayaan Jawa. Berdasarkan hal tersebut dan dengan mempertimbangkan kemampuan potensial yang dimiliki, akhirnya tercipta slogan “Solo, The Spirit of Java”. Peluncuran slogan ini berkaitan dengan usaha memasarkan wilayah Subosukawonosraten. Slogan itu melekat sebagai identitas wilayah Solo, dan akan menjadi trade mark bagi setiap promosi dan usaha mengangkat produk unggulan ke dunia internasional. Dengan slogan baru ini, pemerintah daerah di wilayah Subosukowonosraten menawarkan keunikan wilayahyang meliputi : a. Kekayaan peninggalan warisan budaya, b. Kekhasan karakter masyarakat, terutama kehangatan dan keramahan, c. Kekuatan tradisi perdagangan dan industri yang tangguh (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Solo 2005-2010).
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kota Solo bertanggung jawab melaksanakan kewenangan otonomi daerah dalam bidang kebudayaan. Setiap wewenang dan tugas harus berdasarkan tugas pokok dan fungsi yang sudah dirumuskan dalam rencana pembangunan jangka menengah pusat dan daerah. Pada dasarnya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah kota Solo yang bertugas mengembangkan potensi kebudayaan dan pariwisata, yang mana dalam pelaksanaannya Dinbudpar menggunakan berbagai kegiatan komunikasi pemasaran.
Upaya promosi komunikasi pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Solo adalah sebagai berikut:
a.       Periklanan
Iklan merupakan suatu bentuk penyajian promosi. Menurut masyarakat periklanan Indonesia, definisi iklan adalah segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan lewat media, ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat (Rhenald Khasali 1995:11) dinas kebudayaan dan Pariwisata kota Solo selaku pemasar melakukan kegiatan periklanan, antara lain sebagai berikut:
1)      Pembuatan dan penyebaran leaflet, brosur, booklet, VCD kalender event ataupun VCD event atau pertunjukkan budaya dan kesenian kota Solo.
Sejak 2009 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata telah memproduksi ribuan kalender event, kalender ini merupakan jadwal event budaya dan kesenian yang diselenggarakan pemerintah kota Solo. Pembuatan brosur dan leaflet untuk tempat-tempat wisata baik tempat wisata lokal atau dalam wilayah kota Solo maupun brosur tempat wisata unggulan se-Solo Raya. Booklet yang sudah berisi lengkap, mulai dari kalender event, brosur, leaflet serta VCD kalender event dibuat berdasarkan kebutuhan untuk menghemat biaya. VCD kalender event memuat cuplikan event atau obyek yang cukup informatif dengan disertai gambar, tempat, tanggal, dan tentunya waktu pelaksanaan. VCD ini juga telah ditayangkan di videotron di Solo yang terletak dipertigaan Manahan Solo.
2)      Pembuatan dan pemasangan media informasi acara kebudayaan dan pariwisata
Pemasangan media informasi untuk acara kebudayaan dan pariwisata yang seperti baliho di berbagai tempat. Terutama adalah spanduk mini di sekitar jalan utama kota Solo yaitu sepanjang Slamet Riyadi dan diberbagai baliho yang terletak diakses jalan masuk kota Solo. Yang menunjukkan adanya event budaya dan selalu terpasang info event budaya dan kesenian, menunjukkan bahwa banyaknya kegiatan budaya dan seni di kota Solo yang sedang berlangsung. Serta diputarnya video kalender event dan berbagai cuplikan event budaya dan kesenian pada videotron yang terletak di Manahan.
3)      Kerjasama dengan media
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Solo melakukan kerjasama dengan media massa baik media cetak maupun elektronik. Event budaya dan kesenian yang sedang berlangsung di Solo, seperti SIEM, SIPA, SBC, dan masih banyak event lainnya yang kini banyak diadakan tentunya semakin menunjukkan budaya yang ada di kota Solo diliput oleh media massa tersebut.
b.      Promosi Penjualan
Promosi penjualan yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Solo bisa dilakukan secara rutin maupun sewaktu-waktu. Bentuk komunikasi pemasaran Dibudpar yang termasuk dalam kategori promosi penjualan antara lain:
1)      Pameran
Pameran merupakan cara komunikasi pemasaran yang sudah menjadi agenda tahunan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota solo baik pameran skala lingkup kota Solo, se-Solo Raya, tingkat Jawa Tengah, atau tingkat nasional, antara lain pameran yang menunjukan Solo sebagai kota budaya.
2)      Karnaval atau Kirab Budaya
Solo sejak tahun 2010 memiliki julukan kota karnaval, karena banyaknya jadwal kegiatan budaya dan seni karnaval yang diadakan. Karnaval biasanya berlangsung di sepanjang Jalan Slamet Riyadi, yaitu jalan utama kota Solo.
3)      Promosi Kesenian Keluar Daerah
Kesenian merupakan bagian dari kebudayaan. Kesenian mencakup kesenian tradisional daerah kota Solo. Promosi kesenian kebudayaan dan pariwisata merupakan kerjasama yang sinergi, baik dan tepat untuk memperkenalkan budaya yang ada di kota Solo kepada khalayak umum.
4)      Travel Dialog atau Bisnis Meeting
Berbagai dialog dan pertemuan antara para pihak penyedia jasa dalam pariwisata budaya tentang berbagai rencana dan kerjasama dalam mengolah pariwisata budaya di kota Solo. Dialog dilakukan untuk menemukan langkah-langkah bagaimana mengenalkan Solo sebagai kota budaya kepada masyarakat.
Promosi penjualan dilakukan bukan semata-mata untuk merangsang pembelian produk dengan segera atau meningkatkan jumlah barang yang dibeli konsumen, tetapi untuk meningkatkan minat kunjungan ke berbagai obyek dan daya tarik wisata di kota Solo. Adapun keuntungan dari kegiatan promosi penjualan ini antara lain:
1)      Promosi penjualan dapat menarik minat para calon wisatawan untuk berkunjung ke obyek wisata di kota Solo.
2)      Promosi penjualan memberikan rangsangan tersendiri kepada calon wisatawan, karena calon wisatawan akan mendapatkan informasi yang lengkap baik lisan maupun tertulis (melalui leaflet, brosur, dsb), dan juga bisa melihat langsung melalui stand pameran atau travel dialog.
3)      Promosi penjualan dirancang sedemikian rupa agar menarik, misalnya dari segi penampilan pameran dibuat semenarik mungkin, dengan tujuan agar calon wisatawan tertarik untuk mengunjungi stand, dan selanjutnya tertarik untuk berkunjung ke obyek wisata.
c.       Hubungan Masyarakat
Dalam rangka kerjasama dengan masyarakat Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Solo melaksanakan bimbingan wisata. Misalnya melalui pemberdayaan pokdarwis di kota Solo, yang bertujuan untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat. komunikasi yang dilakukan adalah komuniksi langsung atau face to face.
Di kota Solo masih bayak potensi dari daerah atau dari kampong atau kelurahan yang tidak banyak diketahui dan dari penyuluhan ini, maka dapat tersosialisasikan ke masyarakat. Banyaknya unit usaha yang dibentuk semakin memperbanyak budaya kota Solo yang bermunculan ke masyarakat.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Dinas Kebudayaan dan Pariwisata berusaha secara maksimal untuk memperkenalkan Solo kota budaya kepada masyarakat umum (wawancara dengan Drs. Budy Sartono, M.Si, tanggal 16 April 2012).

3.      Faktor Pendukung dan Penghambat terwujudnya Solo Kota Budaya
Sukses tidaknya mempromosikan Solo kota budaya oleh pemerintah dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata pasti dipengaruhi oleh faktor pendukung dan penghambat.
a.       Faktor Pendukung
1)      Keanekaragaman Budaya
Kota solo memiliki potensi budaya dan sejarah yang sangat kuat, disamping karena masih adanya keraton Kasunanan dan Magkunegaran juga karena banyaknya benda dan peninggalan masa kerajaan Mataram. Mulai dari arsitek bangunan, batik, keris, dan masih banyak lagi tempat atau desain yang memiliki nilai budaya tinggi hingga adanya perguruan tinggi kesenian nasional di kota Solo. Banyaknya potensi budaya dan sejarah yang dimiliki menjadikan Solo mempunyai nilai lebih dibandingkan daerah lain.
Banyaknya potensi budaya dan sejarah telah menjadikan kota Solo sebagai salah satu kota tujuan wisatawan. Menjadikan semakin hari Solo semakin dikenal di dunia internasional, itu menunjukkan bahwa nilai budaya dan sejarah di Surakarta mempunyai daya tarik yang besar, dapat dilihat dari semakin besarnya partisipasi masyarakat dan pemerintah dalam setiap event budaya dan seni yang diadakan di kota Solo.
2)      Terjalinnya kerjasama yang baik
Keberhasilan suatu program ataupun kegiatan diperlukan suatu kerjasama dari semua pihak. Kegiatan promosi Solo kota budaya membutuhkan kerjasama yang seinergi antara beberapa elemen pendukung, antara lain: pemerintah, produsen pariwisata, masyarakat, dan dunia usaha. Adanya dukungan dari elemen-elemen tersebut diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi kesuksesan Solo sebagai kota budaya.
3)      Tersedianya fasilitas dan Infrastruktur
Fasilitas dan infrastruktur yang ada di Solo antara lain: jaringan jalan, listrik, telepon, taman kota, city walk, stadion olahraga, pusat-pusat perbelanjaan, dan sebagainya. Fasilitas akomodasi yang terdiri dari tempat-tempat penginapan, hotel, dan home stay milik swasta dan pemerintah. Serta telah banyaknya relokasi bagi para pedagang kaki lima ke tempat yang lebih layak, sehingga kota menjadi lebih rapi meskipun memang belum bisa semuanya namun setidaknya sudah banyak lebih rapi. Fasilitas dan infrastruktur sangat penting bagi kelancaran kegiatan promosi Solo sebagai kota budaya. hal ini telah diperhatikan dengan baik oleh pemerintah dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan para penyedia fasilitas wisata budaya di Solo. Seperti pengusaha perhotelan, rumah makan, jasa, maupun para pedagang. Infrastruktur kota Solo juga telah memadai, dapat terlihat kondisi jalan menuju obyek wisata sudah cukup baik dan diaspal. Fasilitas transportasi juga cukup memadai, ada bus, kereta wisata, becak, andong, dan sebagainya. Sedangkan untuk listrik dan jaringan telepon juga sangat baik di kota Solo ini.
4)      Lokasi Kota Solo yang Strategis
Kota Solo terletak dipertemuan antara jalur Selatan Jawa dan jalur Semarang-Madiun, yang menjadikan posisinya yang strategis sebagai kota transit. Jalur kereta api dari jalur utara dan jalur selatan Jawa juga terhubung di kota ini. Lokasi Solo yang mudah dicapai dan tidak jauh dari kota-kota wisata besar di Jawa Tengah seperti Yogyakarta, karanganyar, dan Semarang menjadikan kota Solo sebagai tempat wisata yang diperhitungkan.
b.      Faktor Penghambat
1)      Citra Budaya Solo yang Mulai Memudar
Nilai budaya yang dimiliki oleh masyarakat kota Solo telah memudar karena berbagai modernisasi dan beragam kebudayaan asing, khususnya dikalangan anak muda. Selain itu gencarnya musik-musik asing selalu menjadi tren anak muda semakin membuat musik tradisional semakin terpinggirkan. Serta kurang diperhatikannya perawatan dan pemeliharaan berbagai bangunan yang bernilai budaya tinggi. Sehingga banyak yang tidak tampak atau bahkan rusak.
2)      Dana yang Terbatas
Terbatasnya dana yang bisa dianggarkan pemerintah kota Solo merupakan suatu kendala yang besar dalam mewujudkan Solo kota budaya.
3)      Sumber Daya Manusia yang Minim
Keterbatasan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang mempengaruhi kinerja dari sumber daya manusia itu sendiri sehingga sasaran dan tujuan pemerintah belum terlaksana secara optimal.
4)      Kesadaran Budaya yang Masih Kurang
Hambatan yang timbul dalam usaha membangun Solo sebagai kota budaya adalah masih kurangnya kesadaran masyarakat akan budaya tradisonal. Misalnya dengan mencorat-coret cagar budaya, dan tmenjual benda-benda yang bernilai sejarah, serta kurangnya kepedulian masyarakat dalam melestarikan budaya dan kesenian Jawa (wawancara dengan Drs. Budy Sartono, M.Si, tanggal 16 April 2012).



C.    Sejarah Berdirinya Radio Swara Slenk Fm
1.      Peranan Warseno Slenk sebagai Penggagas Pendirian Radio Swara Slenk Fm
Ir. Warseno Harjodarsono, Msi. Lahir di Klaten, 18 Juni 1965. Dikenal dengan sebutan Ki Warseno adalah adik Ki Anom Suroto. Warseno  seorang dalang yang lahir di desa Juwiring Kabupaten Klaten dari Ibu Sawini seorang petani dipedesaan dan ayahnya juga seorang dalang terkenal di Jawa yang bernama Sadiyun Hardjo Darsono dan kakeknya pun seorang dalang wayang kulit Ki Harjo Martono. Warseno merupakan keturunan dalang atau seniman yang mumpuni. Dari 11 saudaranya, Warseno populer dengan julukan dalang Slenk yang artinya “Suko Lelangen Edining Kabudayan karena kepiawaiannya memadukan musik pentatonis dan deatonis, banyak kaset VCD-VCD yang beredar di seluruh Indonesia bahkan sampai luar negeri pada saat itu. Warseno adalah sosok intelektual muda yang mampu menyelesaikan studinya di Universitas Tunas Pembangunan Solo di bidang pertanian dan mendapatkan bea siswa dari Pemerintah dan meneruskan S2 Magister Administrasi Publik di Universitas Gajah Mada. Hampir seluruh wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke telah memanggilnya untuk mendalang.
Berawal dari lawatan di berbagai Negara Eropa bersama Ki H Anom Soeroto yang tidak lain adalah kakak kandung dari Ki Warseno Slenk, dalang kondang asal Solo yang mendapat kehormatan untuk menggelar pertunjukan wayang kulit di beberapa negara terutama di berbagai belahan negara Eropa. Pada tahun 1987, Ki Warseno Slenk masih sebagai mahasiswa semester satu di Universitas Tunas Pembangunan Solo di fakultas pertanian, mengikuti rombongan yang beberapa minggu ikut berkeliling ke Negara Eropa dalam mengadakan pentas pertunjukan wayang kulit. 
Kesempatan besar Ki Warseno Slenk dapat berkunjung di beberapa radio di Eropa diantaranya radio BBC london, termasuk Radio Bongso Jowo di Denhag Belanda, berawal dari keempatan itu Ki Warseno Slenk mengenal radio, apalagi saat melihat secara langsung dan materi radio termasuk program siarannya yang serba menggunakan bahasa Jawa Kuno. Ketertarikan Ki Warseno Slenk semakin dalam setelah dapat menyiarkan hasil dari pertunjukan Ki Anom Soeroto ketika tampil di luar negeri. 
Setelah pulang ke Indonesia Ki Warseno Slenk bermimpi dan tetap terus berangan-angan ingin mendirikan stasiun radio seperti yang ada di Denhag, berbagai segala upaya  terus dilakukan dan selalu berguru pengalaman di beberapa radio di Indonesia, termasuk di Jogjakarta dengan meneruskan studi di UGM. Ternyata impian baru terwujud pada tahun 2000, setelah mengajukan proses berdirinya radio dibantu oleh beberapa pakar radio dari Solo yaitu Bapak Susilo Muslih (Radio Madegondo) dan Bang IG (PTPN). Warseno yang merasa dulunya sebagai pemrakarsai pakeliran yang hura-hura dan kolaboratif dengan memadukan dan menambahkan berbagai alat musik barat dan etnik, pada akhirnya Warseno berketetapan mengembalikan pakeliran wayang pada proporsi sebagaimana aslinya. Ketetapannya untuk Back to Basic didorong faktor pendangkalan-pendangkalan estetika karena tidak disertai dengan suatu pencarian yang mendalam, hanya sekedar ikut-ikutan. Ki Warseno mendedikasikan segala kemampaun berkeseniannya untuk menegakkan moral sebagai makhluk Tuhan. Hal ini diwujudkan tidak saja dalam berkesenian namun merasa pula bertanggungjawab untuk menyeberluaskan pandangan berkeseniannya itu dengan mendirikan sebuah Stasiun Radio Suara Slank yang mempunyai program yang didominasi kesenian dan kebudayaan Jawa ( Profil Radio Swara Slenk Fm dalam http://ki-warsenoslenk-dalang.com/ index.php/ profilslenkfm diakses tanggal 27 Desember 2011)

2.      Lahirnya Radio Swara Slenk Fm
Perkembangan budaya dan teknologi dalam bidang komunikasi yang semakin mempertajam peran pentingnya radio sebagai media hiburan, informasi, publikasi, promosi, dan edukasi bagi audiensi, lembaga, pelaku usaha, dan masyarakat secara umum, maka program radio sebagai salah satu wujud perkembangan bentuk radio telah dan akan terus menciptakan jawaban dari kebutuhan masyarakat terhadap fungsi dan peran radio tersebut.
Keinginan Ki Warseno dalam mewujudkan peran dan fungsi radio terealisasi dengan mendirikan stasiun radio yang bernuansa seni. Namun, mendirikan stasiun pemancar radio tidaklah murah dan mudah, dengan niat yang bulat Ki Warseno Slenk menjual aset-aset yang dimiliki waktu itu, sebuah mobil land kruiser, mercy, dan sebuah sedan corola, untuk mewujudkan impian Ki Warseno Slenk. Radio swara Slenk secara resmi lahir pada 21 Januari 2002. Pada awalnya ijin resmi dari kominfo pada waktu itu adalah 95,65 Fm namun adanya reorganisasi, sekarang Radio Swara Slenk FM menempati frekuensi 92,5 Fm sampai sekarang dan pada saat ini juga mengalami beberapa pergeseran untuk menunjang perkembangan radio pada umumnya dari Radio Swara Slenk menjadi Slenk FM 92,5 kulturnya radio Solo Indonesia (Wawancara dengan Bp. Warseno Slenk, 17 Februari 2012).
Badan usaha Radio Swara Slenk bernama PT Radio Swara Slenk yang memiliki NPWP 02.000.270.5.532.000 dengan call sign PM 4 FBU yang memiliki kekuataan pemancar yang maksimal. Radio Swara Slenk secara resmi terdaftar di Departemen Kehakiman RI dengan no. pengesahan C-00172.HT.01.01.TH.2001. radio Swara Slenk terletak di desa Kranggan RT 02 RW 18 makam haji, kartasura, sukoharjo. Alamat website www.slenkfm.com. Radio slenk fm sudah berkembang hingga eks karisidenan Surakarta, meliputi: Solo, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, Klaten (Subosukowonosraten). Format musik di radio Swara Slenk dibagi mernjadi: dangdut 20%, campursari20%, pop Indonesia 30%, pop barat 5%, karawitan dan lain-lain 25%. Radio Swara Slenk memiliki perbandingan pendengar sebesar 45% laki-laki dan 55% perempuan, yang dikategorikan ke dalam pembatasan usia: dibawah 20 th sebanyak 15%, 20-30 tahun seanyak 30%, 30-40 tahun sebanyak 35%, dan diatas 40 tahun sebanyak 20% (Company Profile Radio Swara Slenk Fm tahun 2011).

3.      Tujuan Pendirian Radio Swara Slenk Fm
Radio Swara Slenk merupakan radio non pemerintah. Sebagai lembaga yang terstruktur Radio swara slenk memiliki visi dan misi sebagai tujuan organisasi. Meskipun tujuan tersebut tidak terlepas dari obsesi bagi pendirinya.
Maksud dan tujuan Ki Warseno Slenk mendirikan Radio Swara Slenk karena merasa miris terhadap kebudayaan Jawa yang begitu melimpah tetapi belum terdapat media pelestariannya. Selain itu Ki Warseno Slenk merasa ngiri melihat keberadaan radio Bangsa Jawa di Denhag, kenapa di Eropa ada radio yang eksis dengan melestarikan budaya–budaya Jawa, sedangkan waktu itu di Indonesia jarang ditemukan radio-radio yang melestarikan Budaya Jawa, Sebagai generasi tua Ki Warseno Slenk merasa prihatin dengan generasi muda yang kurang mengerti dengan seni dan budaya Jawa. Bentuk keprihatinan akan budaya yang sudah tidak dikenal oleh generasi masa kini, bentuk kepeduliannya dengan promosi, nguri-nguri, melestarikan budaya sesuai dengan fasilitas audio broadcast yang sederhana dan berulang-ulang, mencerna, himbauan apa yang disampaikan, tanpa harus susah meluangkan waktu untuk mencerna tulisan. Dengan kata lain disambi apapun orang bisa mendengarkan radio. Akhirnya Ki Warseno Slenk mencoba berbagai program dengan mempertajam siaran Budaya lokal terutama wayang dan gending-gending klenengan ditambah budaya nusantara, dengan materi tersebut ternyata mampu mengambil hati pendengar di wilayah Surakarta maupun diluar Solo yang dapat menerima pancaran Radio Swara Slenk. Sampai sekarang kultur budaya Jawa termasuk wayangkulit dan klenengan, mampu memberikan inspirasi untuk masyarakat dan seniman maupun budayawan, tentunya juga budaya-budaya nusantara pada umumnya.  Melalui pentas wayang kulit diberbagai tempat Ki Warseno juga bisa menggaet publik pendengar dan mempromosikan eksistensi serta program-program siaran radionya. Simbiosis mutualisme kedua jenis media itu tentu diharapkan bisa menarik iklan sebanyak-banyaknya untuk bekal pengemabngan dan kelangsungan Radio Swara Slenk Fm (Wawancara dengan Bp. Warseno Slenk, 17 Februari 2012).
Dengan berdirinya Radio Swara Slenk ini, seni kebudayaan Jawa perlahan dapat dilestarikan mulai dari mocopat, wayang kulit, klenengan, dan ini terlaksana secara konsisten dalam acara di Radio Swara Slenk Fm. Dengan sesantiRadio Budoyo Panjenengan, Luhuring Budaya ngangkat Drajating Bangsa yuk nyes” yang artinya peradaban peradaban bangsa dapat dikatakan tinggi apabila memiliki kebudayaan yang tinggi pula. Majunya suatu bangsa terletak pada budayanya. Dengan harapan semoga radio ini dapat bermanfaat untuk keluarga besar Ki Warseno Slenk sendiri, para seniman dan budayawan, pemerhati seni, pelestari dan pengembang budaya  tradisi (Wawancara dengan Ibu Mustoko Eni, 10 Februari 2012).

4. Lokasi
Sejak berdiri sampai sekarang lokasi Radio Swara Slenk Fm terletak di Kranggan RT O2 RW 18 Desa Makam Haji, Kecamatan  Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, propinsi Jawa Tengah. Lokasi tersebut dapat dijangkau menggunakan kendaraan umum dari Solo dengan waktu tempuh kurang lebih setengah jam. Desa Makam Haji merupakan daerah topographi dataran tinggi yang mempunyai luas 207388,53 ha, dengan jumlah penduduk 17.748 jiwa. Desa Makamhaji berada sekitar 5 km ke arah timur dari kecamatan Kartasura dan 20 km ke arah barat dari kabupaten Sukoharjo. Jarak tempuh dari desa Makamhaji ke kecamatan Kartasura sekitar 10 menit perjalanan, dan 30 menit ke kabupaten Sukoharjo. Desa Makamhaji memiliki batas-batas sebagai berikut: sebelah timur berbatasan dengan kelurahan Pajang Kotamadya Surakarta, sebelah selatan berbatasan dengan desa Gentan, sebelah barat berbatasan dengan desa Gumpang, dan sebelah utara berbatasan dengan desa Pabelan (Profil Desa Makamhaji tahun 2011).

5. Bangunan Radio Swara Slenk Fm
Kompleks Radio Swara Slenk Fm yang terletak di Desa Kranggan, Makamhaji ditempati dan dikelola oleh Ki Warseno Slenk sebagai pemilik dan pendiri radio. Bagian-bagian dari Radio Swara Slenk adalah sebagai berikut:     a.Gedung siaran, b. Pendapa, c. Tempat tinggal Ki Warseno Slenk  beserta keluarga, d. Area parkir.
Di dalam gedung siaran terdapat tiga ruangan yaitu satu studio beserta peralatan yang digunakan untuk siaran, ruang receptionis, dan ruang tamu. Pendapa terletak di sebelah selatan gedung siar yang digunakan sebagai tempat untuk acara off air berkumpulnya para pendengar (monitor) dapat sebagai tempat hajatan Radio Swara Slenk Fm. Tempat tinggal Ki Warseno Slenk terletak di sebelah Barat atau belakang Radio Swara Slenk Fm. Area parkir untuk tamu dan pegawai dari Radio swara Slenk Fm terletak di antara gedung siaran dan pendapa.
 
6. Struktur Organisasi
Sebagai lembaga komunikasi secara formal Radio Swara Slenk Fm mempunyai struktur organisasi atau yang dikenal sebagai pembagian kerja yang berfungsi untuk memudahkan di dalam koordinasi dan melaksanakan kegiatan. Susunannya, sebagai berikut ; a. Penanggung Jawab, b. Direktur Utama, c. Marketing, dan d. Staf Karyawan.
Struktur organisasi yang terdapat di Radio Swara Slenk Fm hanya terdiri atas tiga pembagian tugas utama yang dibantu oleh staf karyawan. Radio Swara Slenk awalnya dikelola oleh Ki Warseno Slenk sendiri, namun dalam perkembangannya sampai saat ini yang berperan sebagai pengelola adalah kerabat dari Ki Warseno yang masih memniliki hubungan keluarga. Selaku penanggung jawab adalah Ki Warseno Slenk, direktur utama adalah Asih Purwaningtyas, Marketing adalah Tety Haryono sedangkan dalam hal teknis terdapat beberapa penyiar yang setiap harinya bertugas juga sebagai pembawa acara. Seorang penyiar dapat pula dibantu oleh satu staf pegawai pembantu untuk urusan operator (wawancara dengan Ibu Tety, 10 Februari 2012).

7. Perkembangan Radio Swara Slenk Fm
Sejak berdiri sampai sekarang Radio Swara Slenk masih mempertahankan acara kesenian budaya Jawa. Mulai dari palaran, macapat, klenengan, wayang kulit, serta campur sari masih dipertahankan. Dari segi pendengar, Radio Slenk memiliki pendengar setia yang disebut monitor yang stabil. Kebanyakan pendengar yang mendengarkan Radio Swara Slenk adalah para generasi tua yang memang peduli terhadap kebudayaan Jawa. Dengan segmen radio budaya, radio Swara Slenk masih mempertahankan program acara budaya yang telah ada sejak berdirinya.
Dalam perkembangannya Radio Swara Slenk juga bekerja sama dengan keraton. Ketika keraton memiliki event, Radio Swara Slenk akan memancarkannya, misalnya sekaten, dan grebeg syawal. Setiap hari kamis Radio Swara Slenk memiliki kerjasama siaran langsung dengan pengageng keraton, pejabat keraton, Gusti Murtiyah, Gusti Puger dan Kanjeng Winarno Kusumo yang merupakan Menteri Sekretaris Negara keraton.
Radio Swara Slenk dan keraton juga mempunyai kerjasama diluar kerjasama siaran langsung yaitu dalam bidang pendidikan, khususnya bahasa Jawa. Radio Swara Slenk mengirimkan kru ke keraton untuk belajar, baik bahasa Jawa, pandiwara, dan budaya keraton. Radio Swara Slenk memiliki jatah mengirimkan dua kru ke keraton.
Radio Swara Slenk dalam perkembangannya juga memiliki kendala-kendala, diantaranya pendengar Radio Swara Slenk rata-rata adalah generasi tua, dari generasi muda sendiri kurang berminat mendengarkan Radio Swara Slenk yang kebanyakan menampilkan budaya Jawa. Untuk mengantisipasi hal itu, Radio Swara Slenk menampilkan program acara yang diminati generasi muda sebagai selingan, tanpa mengubah program acara budaya yang masih dominan.
Hubungan antara pendengar dengan Radio Swara Slenk terjalin secara harmonis diluar kendala-kendala di atas, baik itu dengan penyiarnya maupun pegawai Radio Swara Slenk. Pendengar telah memiliki ikatan batin dan kadung tresno kepada penyiarnya dan Radio Swara Slenk khususnya. Ini tergantung pada penyiarnya juga, bagaimana penyiarnya menjaga menjaga prajanya dan bagaimana pendengar menyikapi siaran Radio Swara slenk. Pendengar setia Radio Swara membentuk suatu komunitas yang disebut monitor. Radio Swara Slenk telah streaming melalui website. Dengan www.swaraslenkfm.com siaran radio swara Slenk dapat didengar dari luar negeri. Ini guna menyebarluaskan siaran dan mengenalkan budaya lokal Jawa ke dunia internasional (wawancara dengan Ibu Mustoko Eni, 17 Februari 2012).




D.    Peranan Radio Swara Slenk Fm dalam mendukung Program Solo sebagai Kota Budaya
1.      Program Acara Radio Swara Slenk Fm
Radio adalah media yang fleksibel, orang tidak perlu repot untuk mendengarkan informasi dari radio. Untuk memenuhi kebutuhan para pendengar melalui ragam format musik yang menyajikan lagu-lagu Dangdut, Indonesia, Sunda, Barat serta Rock. Program Radio Swara Slenk terbagi dalam beberapa acara yang berbeda. Berikut adalah daftar menu acara dari Radio Swara Slenk Fm setiap harinya:
Tabel 2: Daftar Menu Acara Hari Senin-Sabtu Tentang Peranan Radio Swara Slenk Fm Sukoharjo dalam  Mendukung Program Solo Sebagai Kota Budaya
No.       Waktu            Durasi        Menu Acara             Acara                   Format
1.            05.30-05.45      30 Menit    Opening Tune          Musik Islam              Paket
2.            05.45-06.30      30 Menit    Palaran                     Karawitan                 Request
3.            06.30-07.00      60 Menit    Kembang Setaman   Weton Jawa              Paket
4.            07.00-08.00      60 Menit    Kenangan Masa       Lagu Kenangan        Request
5.            08.00-09.00      60 Menit    Bursa Musik           Lagu Pop Th 80-90   Request
6.            09.00-10.00      60 Menit    Lipur Galih Nyes    Lagu Campursari     Request
7.            10.00-11.00      60 Menit    Goyang Gayeng      Musik Dangdut         Request
8.            11.00-13.00     120 Menit   Klenengan Nyes      Karawitan                 Request
9.            13.00-14.00      60 Menit    Keroncong               Lagu Keroncong      Request
10.        14.00-15.00      60 menit     Goyang Nyes          Music Dangdut         Request
11.        15.00-16.00      60 menit     Campursari             Lagu Campursari      Request
12.    16.00-17.00      60 menit     Request Hour          Lagu Pop Hits          Request
13.        17.00-18.00      60 menit     Rohani Islam          Ceramah/Lagu Islami  Paket
14.        18.00-20.00     120 menit    Musik Manca          Lagu Jepang, Barat  Request
15.        20.00-21.00      60 menit     Request Indo           Lagu Pop Hits          Request
16.        21.00-23.00      60 menit     Campursari Malam  Lagu Campursari     Request
17.        23.00-24.00      60 menit     Ronda-Ronda           Karawitan                    Paket
(Sumber: Company Profile Radio Swara Slenk Fm tahun 2012
Tabel 3: Daftar Menu Acara Hari Minggu Tentang Peranan Radio Swara Slenk Fm Sukoharjo dalam Mendukung Program Solo Sebagai Kota Budaya
No.    Waktu            Durasi       Menu Acara         Acara                            Format
1.         05.30-05.45   15 menit    Opening Tone     Musik Islami                    Paket
2.         05.45-06.30   45 menit    Palaran                Karawitan                        Request
3.         06.30-07.00   30 menit    Kembang             SetamanWeton Jawa       Paket
4.         07.00-08.00   60 menit    Arena Bocah       CilikLagu Anak                Request
5.         08.00-09.00   60 menit    Bursa Musik        Lagu Daerah                    Request
Nusantara            Nusantara
6.         09.00-11.00  120 menit   Langen Mitro      Gendhing Sragenan          Request
                                                                     Jawa Timuran
7.         11.00-13.00   120 menit   Klenengan          Gendhing Karawitan        Request
8.         13.00-14.00     60 menit   Mutioro Lagu      Lagu Karya                      Request
 Kencono              Ki Narto Sabdho
9.         14.00-15.00     60 menit   Campursari          Lagu Campursari             Request
10.     15.00-17.00   120 menit   Sekar Mocopat    Tembang Mocopat               -
 Live
11.     17.00-18.00    60 menit    Tuntunan             Ceramah                           Paket
Rohani                 Lagu Islami
12.     18.00-19.00    60 menit    Beautiful              Lagu Jazz Indo                 Request
Memory
13.19.00- Selesai     -               Wayang Kulit      Dalang Surakarta              Paket
(Sumber: Company Profile Radio Swara Slenk Fm tahun 2012)
Radio Swara Slenk dari hari Senin sampai Sabtu memiliki rangkaian acara yang sama. Di luar rangakaian acara yang telah disebutkan di atas, Radio Swara Slenk memiliki program acara yang di pancar luaskan secara live. Seperti halnya acara keroncong pada hari Jum’at malam Sabtu Pon, Klenengan pada hari Sabtu Legi, weton Radio pada hari Senin malam Selasa Pon. Wayang kulit semalam suntuk di Taman Budaya Jawa Tengah Surakarta pada malam Jum’at Kliwon.
Pembukaan Radio Swara Slenk diawali dengan lagu Indonesia Raya ditambah dengan lagu-lagu islami setiap harinya. Dalam opening tune tersebut membutuhkan waktu sekitar 15 menit dari pukul 05.30-5.45 WIB yang disajikan dengan format paket. Untuk hari Senin sampai Minggu setelah acara opening tune dilanjutkan dengan acara palaran. Palaran ini menyajikan musik-musik karawitan yang disajikan dengan format paket setiap pukul 05.45-06.30 WIB. Pada pukul 06.30-07.00 WIB disambung dengan acara Kembang Setaman, Kembang Setaman ini berisikan tentang weton Jawa yang disajikan dengan format  paket. Disambung dengan acara Kenangan Masa yang hadir selama 60 menit dari jam 07.00-08.00 WIB. Kenangan masa ini berisikan lagu-lagu tahun 70-80an, yang diformat secara request, sehingga pendengar dapat memesan atau merequest lagu lewat sarana SMS ataupun dengan menelpon ke operator ketka acara berlangsung.
Pada pukul 08.00-09.00 WIB terdapat acara Bursa Musik yang menyajikan lagu-lagu pop antara tahun 80-90an. Bursa Musik ini diformat secara request untuk menarik pendengar untuk beraudiensi dengan penyiar. Acara selanjutnya pada pukul 09.00 WIB, terdapat acara Lipur Galih Nyes yang menampilkan lagu-lagu campursari yang diformat secara request. Disambung dengan acara Goyang Gayeng yang menampilkan lagu-lagu dangdut modern yang diformat secara request pula. Goyang Gayeng ini disajikan selama 60.menit sampai pukul 11.00 WIB. Acar Goyang Gayeng ini banyak diminati orang dewasa. Pukul 11.00-13.00 WIB ada acara Klenengan Nyes yang menyajikan lagu-lagu karawitan. Klenengan nyes ini disajikan secara request. Penikmat dari Klenengan Nyes adalah para orang tua. Khusus pada hari Rabu siang mulai pukul 09.00-11.00 WIB terdapat acara Ngapak Ria Banyumasan. Pendengar yang ikut berpartisipasi dalam Ngapak Ria ini adalah orang-orang Banyumas yang berdomisili di Solo. Salah satu paguyuban orang banyumasan adalah komunitas Seruling Mas. tidak hanya sebagai penikmat pasif tetapi juga aktif dalam telepon interaktif adalah komunitas Seruling Mas.
Lagu-lagu keroncong dapat didengarkan setiap hari Senin sampai Sabtu pada pukul 13.00-14.00 WIB yang disajikan dalam acara Keroncong. Keroncong ini disajikan dengan format request. Disambung dengan Goyang Nyes Musik Dangdut yang menampilkan lagu-lagu dangdut zaman sekarang yang meliputi dangdut koplo, remix dan lain sebagainya yang dikemas secara modern. Acara Goyang Nyes ini disajikan secara request. Acara Campursari dapat dinikmati setiap pukul 15.00 WIB selama 60 menit. Lagu-lagu yang ditampilkan ini  adalah lagu-lagu campursari modern. Lagu campursari tersebut dapat dinikmati secara request memudahkan pendengar untuk memesan lagu kesukaan supaya diputar. Pada pukul 16.00-17.00 WIB dapat dinikmati Request Hour, yang menyajikan lagu-lagu pop hits. Program acara ini paling dinikmati oleh para pemuda dan pelajar. Selain itu Request Hour ini disajikan secara request. Dalam program ini Radio Swara Slenk juga manampilkan penyiar dari kalangan pemuda.
 Radio Swara Slenk menyajikan lagu-lagu rohani yang diformat secara paket dalam acara Santapan Rohani Islam menjelang kumandang adzan Maghrib. Selain itu, terdapat pula tausiah-tausiah dari seorang ustad yang yang bertema islami. Santapan Rohani Islam ini disajikan selama 60 menit mulai pukul 17.00 WIB. Pada pukul 18.00-20.00 WIB terdapat acara Musik Manca yang menyajikan lagu-lagu manca seperti Jepang dan Korea. Acara ini juga digandrungi oleh anak muda seperti halnya Request Hour yang setiap harinya merequest lagu ke penyiar. Pada pukul 20.00-21.00 WIB terdapat acara Request Indo yang menyajikan musik-musik pop Indonesia yang sedang hits. Disambung dengan acara Campursari Malam yang menyajikan lagu-lgu campursari yang diformat secara request. Kemudian ditutup dengan acara Ronda-Ronda yang menyajikan acara-acara kebudayaan Jawa seperti karawitan, macapat dan lain sebagainya. Acara Ronda-Ronda dimulai pada pukul 23.00-24.00 WIB.
Pada hari Minggu Radio Swara Slenk memiliki program spesial kebudayaan. Karena mayoritas acara yang disajikan pada hari minggu adalah acara kebudayaan. Diawali pukul 05.30-05.45 WIB yang berupa opening tune ditambah lagu islami, pada pukul 05.45-06.30 WIB Radio Swara Slenk menyajikan acara Palaran yang sama halnya yang disajikan pada hari Senin sampai Sabtu. Dilanjutkan dengan acara Kembang Setaman pada pukul 06.30-07.00 WIB. Setelah itu diselingi acara untuk anak-anak yaitu Arena Bocah Cilik yang menyajikan lagu-lagu anak yang ditampilkan dengan format request. Dalam acara ini partisipan yang ikut adalah dari kalangan anak-anak yang berusia kurang dari 12 tahun. Diteruskan Bursa Musik Nusantara pada pukul 08.00-09.00 WIB yang menyajikan lagu-lagu daerah yang se-nusantara yang diformat secara request.  Lagu-lagu yang disajikan antara lain dari Lombok, Kalimantan, Bali dan lain sebagainya. Partisipan dari acara ini adalah orang-orang luar Jawa yang berdomisili di Jawa.
Pada pukul 09.00-11.00 WIB terdapat acara Langen Mitro. Langen Mitro menyajikan lagu-lagu Sragenan dan Jawa Timuran yang dikemas dengan format request. Diteruskan acara Klenengan selama 120 menit sampai pukul 13.00 WIB. Acara Klenengan ini menyajikan lagu-lagu karawitan yang dikemas secara request. Pada pukul 13.00 WIB hadir Mutioro Kencono yang menyajikan lagu-lagu ciptaan Ki Narto Sabdo, acara ini dikemas pula secara request. Dilanjutkan dengan acara Campursari pada pukul 14.00 selama 60 menit. Pukul 15.00-17.00 terdapat acara Sekar Mocopat Live. Diteruskan acara Tuntunan Rohani yang dihadirkan pada pukul 17.00-18.00 yang berisi ceramah dan musik islami. Acara ini disajikan dengan format paket. Beautiful Memory hadir setiap pukul 18.00 selama 60 menit, yang menyajikan lagu kenangan dan lagu jazz Indonesia serta lagu manca tempo dulu yang disajikan dengan format request. Acara pada hari minggu ditutup dengan acara wayang kulit yang menampilkan dalang-dalang dari Solo dan sekitarnya. Khusus pada malam Jum’at kliwon Radio Swara Slenk menyiarkan wayang kulit yang disiarkan secara live.
Program acara yang ditampilkan Radio Swara Slenk setiap harinya kebanyakan adalah siaran budaya, baik yang dikemas secara request maupun secara paket. Adapun acara yang disiarkan yaitu secara off air dan on air. Acara off air merupakan siaran yang dipancarakan secara live atau langsung dari tempat peristiwa. Adapun acara yang ditampilkan secara off air adalah pagelaran wayang kulit, grebeg syawal maupun sekatenan. Ini sebagai upaya dari Radio swara Slenk yang terjun langsung untuk mengetahui kondisi dan aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat Solo. Berbeda dengan acara off air, acara on air hanya disiarkan melalui studio siaran (Wawancara dengan Ibu Mustoko Eni, 17 Februari 2012).

2.      Program Acara yang Mendukung Program Solo Sebagai Kota Budaya
Sebagai upaya dalam pelestarian budaya Jawa sekaligus mendukung program Solo sebagai kota Budaya, Radio Swara Slenk memiliki beberapa program acara yang bertajuk budaya.
a.       Palaran
Palaran ini disajikan setiap hari Senin sampai Minggu pukul 05.45-06.30 WIB, dengan format paket. Awalnya palaran disajikan dengan format request, yang mengundang telepon interaktif dengan pendengar, namun mengingat waktu yang masih pagi dalam penyajiannya Radio Swara Slenk mengambil kebijakan untuk mengubah format request ke paket. Program acara Palaran menyajikan lagu-lagu karawitan Jawa. Karawitan adalah suatu jenis karya seni yang merupakan ekspresi jiwa manusia yang melalui media maupun tidak, secara khusus dapat diartikan sebagai seni musik tradisional yang terdapat di seluruh wilayah etnik Indonesia. Media yang digunakan biasanya secara instrumental, mengiringi, yang berupa suatu set gamelan Jawa. Gamelan ini terdiri dari beberapa alat musik, seperti gender, slentem, bonang, kenong, kethuk, kendhang, peking, saron, gong dan masih banyak lagi. Alat-alat musik itu tidak dapat dimainkan secara sendirian, melainkan bersama-sama sehingga menimbulkan suatu singkronisasi suara yang indah yang dapat mengiringi suatu lagu. Seni suara (vokal) yang terdapat di dalam karawitan biasanya disebut tembang. Tembang sebagai karya sastra dengan patokan-patokan yang sudah tertentu cara membacanya harus dilagukan. Tembang dalam penyajiannya dapat dilakukan dengan iringan gamelan atau tanpa iringan gamelan. Unsur atau elemen pokok yang terdapat dalam karawitan ialah gamelan, laras dan pathet. Gamelan adalah alat music tradisional jawa, bali dan sunda yang pada dasarnya menggunakan laras, slendro dan pelog. Laras ialah susunan nada yang di dalam satu oktaf sudah tertentu. Pathet merupakan wilayah atau susunan nada di dalam laras, dan nada-nada tersebut mempunyai fungsi dan kedudukan sendiri-sendiri (wawancara dengan Mustoko Eni, 17 Februari 2012).
Tujuan pelestarian seni karawitan Jawa sudah jelas, yaitu melestarikan keberadaan seni karawitan Jawa di masyarakat agar tidak punah. Hal ini dikarenakan seni karawitan Jawa merupakan asset budaya yang besar yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat Jawa pada khususnya. Suatu asset besar bangsa Indonesia jika hilang atau pun punah akan menjadi suatu kehilangan yang sangat besar. Sejarah akan sangat kecewa jika pada akhirnya seni karawitan jawa yang merupakan suatu mahakarya orang-orang terdahulu tidak diteruskan oleh generasi muda zaman sekarang.
Peminat acara palaran ini didominasi oleh para orang dewasa berusia di atas 40 tahun. Menurut Eyang Erwin selaku peminat dari acara palaran ini bahwa acara palaran ini berusaha sebagai penghibur ketika banyak orang ketika akan bekerja. Dengan mendengarkan palaran ini, semangat bekerja akan bertambah. Dengan semangat yang bertambah orang yang akan bekerja percaya bahwa rezeki yang akan mereka dapatkan akan bertambah pula.
b.      Kembang setaman
Program acara kembang setaman disajikan pada pukul 06.30 WIB. Dalam acara kembang setaman berisi weton Jawa. Setiap pendengar akan di jelang atau didoakan setiap harinya. Untuk menjadi anggota kembang setaman pendengar harus mendaftar terlebih dahulu. Ketika wetonnya tiba nama-nama para pendengar akan dibacakan dan didoakan. Dalam pelaksanaanya kembang setaman di sela-sela menyajikan weton Jawa para pendengar, juga disajikan lagu-lagu Jawa yang berdurasi pendek. 
Penikmat dari acara kembang setaman ini meliputi segala umur mulai dari anak-anak sampai orang tua. Pendengar berpartisipasi dalam acara kembang setaman ini bertujuan agar didoakan setiap harinya. Para pendengar dapat bergabung menjadi anggota kembang setaman melaului SMS, telepon, atau surat. Sampai saat ini pendengar yang tergabung dalam acara kembang setaman berjumlah 150 anggota.
Do’a-do’a yang dibacakan antara lain adalah doa keselamatan, do’a supaya dilancarkan rejekinya, cepat mendapat jodoh, dan agar cita-citanya dapat tercapai. Contoh do’a yang dibacakan adalah ingkang pengetiyosan ing dinten selasa wage puniko panjenengan sedaya tansah pinayungan ingkang rahayu, bagas waras jiwa raga, panjang rasa ayem tentrem, tebih saking tinakep ing bagyo sudibyo pinaringan rejeki kang kathah tur barokah, ingkang nandang gerah mugi-mugi enggal waras, dening anandang sungkawa mugi-mugi diparingi sabar, tawakal, tawakal dumugi pikantuk pepadhang saking ngarsane Gusti ingkang Maha Kuwoso. Artinya, bagi pendengar yang lahir pada hari Selasa wage, semoga pendengar semua diberikan keselamatan, kesehatan jiwa raga, panjang umur, rasa tentram, jauh dari mara bahaya, diberikan rezeki yang banyak dan berkah. Bagi yang sedang sakit, semoga lekas sembuh, bagi yang sedang berduka semoga diberi kesabaran, tawakal, semoga mendapat pencerahan dari Tuhan yang Maha Kuasa. Setelah itu diselingi lagu-lagu Jawa (Wawancara dengan Mustoko Eni tanggal 1 April 2012).
c.       Lipur Galih Nyes
Program acara Lipur Galih Nyes disajikan setiap hari Senin sampai Sabtu pukul 09.00-10.00 WIB yang ditampilkan dalam format request. Lipur Galih Nyes menyajikan lagu-lagu campursari. Musik campursari adalah perpaduan antara sebagian perangkat gamelan Jawa dengan sebagian alat musik modern. Perangkat gamelan yang dipakai antara lain kendang, peking, slentem, gong, suling dan kadangkala bonang. Misi utama acara ini adalah untuk melestarikan musik campursari yang asli, dengan alat musik yang lengkap. Karena saat ini berkembang musik campursari yang ringkas. Aliran musiknya campursari koplo.  Campursari yang disajikan adalah lagu-lagu campursari asli tanpa ada pengaruh gaya modern. Biasanya campursari yang diputar adalah campursari halus seperti karya Manthous, Sangga Buana, Anik Sunyahni, Joko Edan, Tedjo dan Nurhana. Dalam acara Lipur Galih Nyes, baik penyiar dan pendengar yang melakukan telepon interaktif menggunakan bahasa Jawa dalam berkomunikasi.
Berbeda dengan acara palaran, lipur galih nyes ini tidak hanya dinikmati oleh para orang tua saja, melainkan juga dinikmati oleh pemuda. Ini menandakan bahwa campursari adalah kesenian Jawa yang masih memasyarakat. Tidak hanya orang pinggiran, campursari juga telah berkembang di kota besar seperti Solo.
d.      Klenengan Nyes
Program acara Klenengan Nyes disajikan setiap hari Senin sampai Sabtu mulai pukul 11.00-13.00 WIB dengan format request. Acara klenengan nyes menyajikan lagu-lagu klenengan yang merupakan salah satu budaya Indonesia yang berasal dari pulau Jawa. Klenengan merupakan serangkaian alat musik tradisional atau seperangkat gamelan yang dikolaborasikan menjadi satu. Alat musik klenengan ini digunakan untuk mengiringi nyanyian dari seorang penyanyi yang disebut sinden. Nyanyian atau lagu dalam bahasa Jawa yang di iringi klenengan adalah langgam atau bowo. Seni budaya klenengan biasa dikolaborasikan dengan pagelaran wayang kulit yang menjadikan suasana lebih semarak. Apabila seseorang dapat mendalami setiap alunan klenengan yang dimainkan pasti akan merasakan hidup dalam suasana keraton. Satu rangkaian klenengan terdiri dari kenong,kendang, saron, gong, centhe, rebab dan lain – lain. Banyak sekali grup klenengan yang ada di Indonesia yang tergabung dalam karawitan komplet.
Zaman dahulu klenengan digunakan untuk hiburan pada upacara adat di kerajaan. Sampai sekarang klenengan masih digunakan untuk hiburan pada acara hajatan pernikahan, khitanan dan lain - lain khususnya untuk masyarakat Jawa. Hal ini membuktikan bahwa budaya klenengan merupakan budaya Indonesia yang harus dijaga kelestariaanya agar tidak diklaim oleh negara lain.
Radio Swara Slenk juga menghadirkan Klenengan live setiap hari Sabtu legi dimulai sekitar jam 11.00 WIB. Khusus klenengan live ini dalam pelaksanaannya membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Karena mulai dari persiapan sampai pelaksaan, klenengan live ini membutuhkan biaya untuk konsumsi dan pemeliharaan peralatan. Untuk grup klenengan yang dihadirkan adalah paguyuban yang beranggotakan pendengar-pendengar Radio Swara Slenk yang menyukai musik klenengan. Acara klenengan yang ditampilkan Radio Swara Slenk melalui program acara Klenengan Nyes sebagai upaya untuk melestarikan musik-musik daerah. Radio Swara Slenk juga berusaha menarik kaum muda untuk ikut serta dalam pelestarian musik klenengan ini (Wawancara dengan Ibu Mustoko Eni tanggal 16 Maret 2012).
e.       Keroncong
Keroncong disajikan setiap hari Senin sampai Sabtu pukul 13.00-14.00 WIB dengan format request. Program acara ini menyajikan lagu- lagu yang bergenre keroncong. Musik keroncong adalah suatu jenis musik atau aliran musik yang lahir di Indonesia yang dipengaruhi oleh musik Barat (diatonis) sehingga bukan termasuk sebagai musik tradisional melainkan salah satu jenis musik diatonis (world music) yang banyak berkembang pada saat ini. Adapun pada perkembangan selanjutnya akan berkolaborasi dengan jenis musik tradisional. Sebagian kalangan menganggap keroncong merupakan musik yang hanya digemari orang-orang berumur. Jarang sekali anak muda melirik jenis musik ini. Namun, hal itu tidak menyurutkan bagi Radio Swara Slenk untuk terus melestarikan musik keroncong yang menjadi bagian dari budaya musik Indonesia.
Keroncong live hadir setiap malam Sabtu pon yang menghadirkan grup keroncong lokal. Dalam acara keroncong live ini diselenggarakan di kompleks Radio Swara Slenk. Dan rata-rata para monitor yang diundang turut hadir menikmati kegiatan tersebut. Untuk menarik minat generasi muda terhadap musik keroncong Radio Swara Slenk menyajikan musik keroncong yang memadukan musik keroncong asli dengan lagu-lagu modern. Seperti dengan lagu pop Indonesia, lagu melayu, pop barat dan lagu-lagu daerah.
Acara keroncong live banyak dinikmati oleh warga sekitar Radio Swara Slenk. Diantara warga bahkan rela untuk datang ketika keroncong live tampil. Warga menikmati keroncong live untuk menghibur dirio setelah seharian bekerja. Selain itu menikmati keroncong baik live maupun tidak dapat menjadi teman bagi petugas ronda (Wawancara dengan Bapak Sunaryo, STP tanggal 16 april 2012).
f.       Campursari
Campursari disajikan setiap hari Senin sampai Sabtu pukul 15.00-16.00 WIB dengan format request. Musik campursari yang ditampilkan radio Swara Slenk ada dua jenis. Pertama adalah musik campursari asli jawa yang tidak berbeda jauh dengan karawitan, yang juga menyayikan tembang-tembang Jawa. Kedua adalah musik campursari gaya modern yang telah menggunakan peralatan musik yang modern seperti organ tunggal. Namun lagu-lagu yang dibawakan adalah tembang-tembang Jawa.  
Penikmat dari campursari asli adalah para orang tua. Campursari asli dinikmati sebagai pelepas lelah setelah bekerja. Sedangkan penikmat dari campursari modern adalah orang dewasa usia antara 30-40 tahun. Dalam siaran  ini, Radio Swara Slenk menyajikannya dengan format request. 50% pendengar merequest lagu campursari asli dan 50% pendengar merequest lagu campursari gaya modern. Ini membuktikan bahwa budaya Jawa khususnya lagu campursari masih di minati oleh masyarakat (Wawancara dengan Bapak Warsito tanggal 16 Maret 2012).
g.      Langen Mitro
Program acara Langen Mitro disajikan setiap hari Minggu pukul 09.00-11.00 WIB dengan format request. Langen Mitro ini menyajikan lagu-lagu langen tayub. Tayub adalah Kesenian tradisional tumbuh dan berkembang dalam suatu masyarakat yang kemudian diturunkan atau diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Karena kesenian tradisional lahir di lingkungan kelompok suatu daerah, dengan sendirinya kesenian tradisional memiliki gaya dan corak yang mencerminkan pribadi masyarakat daerahnya. Jenis tarian yang hidup dan berkembang di kalangan rakyat, biasanya mempunyai bentuk yang serba sederhana pada elemen pertunjukannya. Kesederhanaan yang dimaksud terdapat pada segi gerak, tata rias wajah, tata busana, iringan dan tempat pertunjukan. 
Peminat acara Langen Mitro ini relatif banyak. Menurut Mustoko Eni, tembang-tembang langen mitro dapat dikatakan klenengan kasar. Karena biasanya tembang-tembang ini dinyanyikan saat tayub yang diselingi mabuk. Pendengar biasanya berusia 40 tahun keatas. Pendengar mendengarkan lagu-lagu disaat istirahat kerja, sehingga fisik yang terkuras tenaganya dapat menjadi rileks. 
h.      Mutioro Kencono
Mutioro kencono disajikan setiap hari Minggu pukul 13.00-14.00 WIB dengan format request. Secara khusus program acara Mutioro Kencono menyajikan lagu-lagu ciptaan dari Ki Narto Sabdho. Ini sebagai bentuk apresiasi Radio Swara Slenk kepada Ki Narto Sabdo yang juga merupakan dalang ternama yang memiliki jasa besar terhadab budaya. Lagu-lagu yang ditampilkan mulai dari Kelinci Ucul, Prau Layar, Gambang Suling, Setyo Tuhu dan lain sebagainya.  Penikmat dari program acara ini adalah para penggemar setia dari Ki Narto Sabdho (wawancara dengan Mustoko Eni tanggal 16 Maret 2012).
i.        Sekar Mocopat
Sekar mocopat disajikan setiap hari Minggu pukul 15.00-17.00 WIB. Dalam Sekar Macapat, Radio swara Slenk menampilkan tembang-tembang macapat. Macapat adalah tembang atau puisi tradisional Jawa. Setiap bait macapat mempunyai baris kalimat yang disebut gatra, dan setiap gatra mempunyai sejumlah suku kata (guru wilangan) tertentu, dan berakhir pada bunyi sanjak akhir yang disebut guru lagu. Tembang macapat merupakan karya adiluhung para pujangga Jawa. Selain memiliki paugeran yang sangat indah dalam bentuk guru lagu, guru wilangan dan sebagainya, tembang macapat juga mengandung ajaran luhur yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Pada mulanya, tembang macapat selalu dialunkan dalam setiap momentum yang bersifat ritual dan sakral.
Ada juga Sekar Macapat yang disiarkan secara live, di mana dalam penyajiannya Radio Swara Slenk menampilkan para penembang di studio. Sekitar lima orang dihadirkan sebagai penembang. Dalam macapat live ini bayak juga pendengar yang berpartisipasi melalui telepon. Pendengar juga dapat ikut serta menyaanyaikan macapat secara interaktif.
j.        Wayang Kulit
Wayang kulit disajikan setiap hari Minggu pukul 19.00 sampai selesai. Acara Wayang Kulit ini disajikan secara paket. Radio Swara Slenk juga menampilkan wayang kulit yang disiarkan secara live  yang dikemas dalam acara “Wayang kulit semalam suntuk”yang disiarkan pada malam Jum’at Kliwon. Dalam pagelaran ini Radio Swara Slenk bekerjasama dengan Taman Budaya Jawa Tengah Surakarta sebagai pihak penyelenggara. Dalam pementasan wayang kulit ini pihak penyelenggara menghadirkan dalang-dalang ternama di Solo. Penikmat wayang kulit ini berasal dari segala usia mulai anak-anak hingga orang tua. Setiap pementasan wayang kulit live, Radio Swara Slenk hanya berperan sebagai penyebarluas saja bukan sebagai panitia (Wawancara dengan Ibu Mustoko Eni, 17 Februari 2012).
Dapat disimpulkan bahwa program-program acara yang dibawakan oleh Radio Swara Slenk merupakan program-program kebudayaan Jawa. Program-program acara tersebut berfungsi sebagai media untuk pelestarian budaya Jawa. Selain itu Radio Swara Slenk juga berusaha menarik generasi muda untuk ikut serta mengenal, mencintai dan melestarikan budaya Jawa. Dengan pelestarian budaya Jawa secara tidak langsung dapat mendukung program pemerintah kota Solo dalam mewujudkan Solo kota budaya.

E.     Dampak Program Radio Swara Slenk Fm terhadap Partisipasi Masyarakat dalam Mendukung Program Solo sebagai Kota Budaya
Kota berkembang secara  dinamis yang  dipengaruhi oleh perkembangan masyarakatnya dalam berbagai bidang, baik perkembangan ekonomi, politik, sosial maupun budaya. Perkembangan  yang terjadi kemudian menciptakan sejarah yang terekam dalam peninggalan  sejarah, baik dalam bentuk  tangible maupun  intangible. Peninggalan sejarah tersebut tentunya  menjadi karakteristik identitas tersendiri bagi suatu kota. Oleh karenanya diperlukan upaya pelestarian peninggalan sejarah atau  urban heritage yang dimiliki untuk mempertahankan  karakteristik identitas kotanya.
Di tengah-tengah gempuran budaya-budaya asing, baik dari barat maupun dari timur tengah yang terus berupaya menggerus warisan buddaya dan tradisi bangsa. Budaya Barat yang hedonis dan liberalis merupakan sebuah budaya arus kiri, sedangkan budaya Timur Tengah yang primordialis dan anti perbedaan (unegaliter) merupakan budaya arus kanan. Budaya Barat mendominasi di dunia entertainment yang mengubah dunia hiburan menjadi hingar bingar gemerlap dengan hedonism merusak sendi-sendi kesantunan dan etika budaya bangsa. Budaya Timur Tengah muncul dari mimbar-mimbar dakwah, yang menawarkan slogan-slogan kekerasan yang anti pada perbedaan, anti pada budaya dan tradisi negeri sendiri, di mana tradisi-tradisi budaya warisan nenek moyang dianggap sebagai bid’ah yang harus dimusnahkan.  
Masalah pelestarian kebudayaan Jawa tidak hanya mutlak harus dilakukan oleh pemerintah. Upaya pelestarian juga diharapkan dari partisipasi anggota masyarakat dan swasta agar terjadi kesinambungan dalam pengembangan kebudayaan Jawa. Peran serta masyarakat sebenarnya sangat besar, dan sangat diperlukan, dalam menjaga dan mengembangkan kesenian dan benda cagar budaya. Masyarakat juga berhak menetapkan apa yang menjadi “pusaka“ masing-masing berdasarkan kriteria yang ditetapkan sendiri. Sudah saatnya tumbuh kembali kepekaan dan kemandirian dalam melihat dan mencermati lingkungannya sebagaimana halnya kondisi yang telah mengakar di masyarakat pada masa lalu.
Potensi sosial yang dimiliki sekarang sebagai modal dalam pelibatan masyarakat ini adalah kepedulian masyarakat setempat terhadap pelestarian dan pengembangan semua benda cagar budaya yang ada di Solo. Selain itu, dukungan dari pemerintah kota dalam bentuk kebijakan-kebijakan sudah harus diarahkan kepada upaya pelestarian dan pemanfaatan benda-benda cagar budaya yang ada di Solo. Dengan adanya kebijakan dari pemerintah kota yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat setempat, tentu keterlibatan masyarakat setempat akan lebih mendukung upaya pelestarian serta dapat diambil manfaatnya (Wawancara dengan Drs. Budy Sartono, M.Si, tanggal 16 April 2012).
Partisipasi masyarakat dalam mendukung program Solo sebagai kota budaya dilakukan dengan berbagai cara. Mulai dari latihan karawitan dan pedalangan serta macapatan. Ini sebagai keikutsertaan masyarakat dalam pelestarian budaya. Cara pandang seseorang terhadap suatu budaya tentunya beragam, secara filosofis sebenarnnya kebudayaan adalah identitas utama suatu kelompok masyarakat. Kebudayaan timbul dengan tujuan membedakan ciri khas suatu kelompok dengan kelompok lain.

1.      Latihan Karawitan dan Pedalangan
Dalam mewujudkan pelestarian budaya Radio Swara Slenk Fm bekerja sama dengan sanggar “Sawo Jajar” milik Bapak Priyo. Sanggar Sawo Jajar terletak di daerah perumnas RRI jajar Surakarta. Sanggar Sawo Jajar memiliki misi educaton and entertainment. Sanggar ini menitikberatkan dalam pelatihan dan pengembangan seni gamelan, karawitan dan  pedalangan. Pelatihan seni gamelan dan karawitan diasuh oleh Bapak Priyo. Dan pelatiahn seni pedalangan di asuh oleh Bapak Edi. Kegiatan seni gamelan dan karawitan diadakan dua minggu sekali setiap hari jum’at sedangka kegitan pedalangan diadakan setiap malam jum’at.
Kegiatan dari sanggar Sawo Jajar adalah pelatihan karawitan dengan para anggota serta monitor setia program klenengan dan karawitan di Radio Swara Slenk. Sawo jajar sendiri selain mengisi acara acara di radio swara slenk juga bekerja sama dengan RRI Surakarta. Sanggar Sawo Jajar sudah dipercaya RRI untuk tampil di acara karawitann yang disiarkan RRI setiap tiga minggu sekali. Kegiatan yang sering dilakukan juga, antara lain pelatihan pedalangan di kelurahan Jajar untuk acara pentas, lomba dan lain-lain. Sanggar Sawo Jajar mempunyai kegiatan dalam rangka melestarikan kebudayaan, kegiatan-kegiatan di atas merupakan salah satu wujud pelestarian seni karawitan. Kegiatan-kegiatanya ikut melibatkan para pendengar setia di dalamnya.
Sanggar yang digunakan oleh monitor Radio Swara Slenk untuk melestarikan seni budaya Jawa ini, selain untuk latihan karawitan juga dilengkapi dengan media latihan pedalangan. Ini disiapkan bagi para monitor yang memang berminat berlatih menjadi dalang atau hanya sekedar mempelajari dunia pewayangan. Awalnya media ini digunakan pihak RT untuk mempersiapkan lomba antar RT/RW dalam hal kepandaian mendalang. Karena terdapat dalam satu lingkup dengan peralatan karawitan atau klenengan, media pedalangan ini digunakan pula oleh para monitor untuk latihan pedalangan.
Peserta latihan karawitan dan pedalangan di sanggra Sawo Jajar ini berasal dari berbagai daerah dan berbagai profesi. Latihan karawitan dan pedalangan ini sebagai media untuk melestarikan seni karawitan dan pedalangan agar tetap eksis di tengah zaman modern ini (wawancara dengan Bapak Purwadi tanggal 15 Februari 2012).

2.      Latihan Macapat
Macapat adalah tembang atau puisi tradisional Jawa. Pada umumnya macapat diartikan sebagai maca papat-papat (membaca empat-empat), yaitu maksudnya cara membaca terjalin tiap empat suku kata. Sebuah karya sastra macapat biasanya dibagi menjadi beberapa pupuh, sementara setiap pupuh dibagi menjadi beberapa pada. Setiap pupuh menggunakan metrum yang sama. Metrum ini biasanya tergantung kepada watak isi teks yang diceritakan.
Jumlah pada per pupuh berbeda-beda, tergantung terhadap jumlah teks yang digunakan. Sementara setiap pada dibagi lagi menjadi larik atau gatra. Sementara setiap larik atau gatra ini dibagi lagi menjadi suku kata atau wanda. Setiap gatra jadi memiliki jumlah suku kata yang tetap dan berakhir dengan sebuah vokal yang sama pula. Aturan mengenai penggunaan jumlah suku kata ini diberi nama guru wilangan. Sementara aturan pemakaian vokal akhir setiap larik atau gatra diberi nama guru lagu.
Latihan macapat pada awalnya diadakan untuk memperingati hari jadi Radio Swara Slenk Fm yang diikuti oleh para anak sekolah dasar. Latihan macapat ini diadakan layaknya lomba untuk nembang macapat secara baik. Latihan macapat para monitor Radio Swara Slenk Fm bertempat di studio Radio Swara Slenk Fm. Peserta latihan macapat berasal dari berbagai daerah dan grup macapat. Radio Swara Slenk Fm mengadakan latihan macapat ini untuk mengisi acara live macapatan, namun perlahan acara live ini semakin lama semakin diminati oleh para monitor. Sehingga Radio Swara Slenk Fm berusaha untuk secara rutin mengadakan pagelaran macapatan live. Peserta dapat hadir secara langsung ke studio untuk ikut berpartisipasi nembang macapat (wawancara Ibu Mustoko Eni tanggal 3 Maret 2012)
Dalam upaya untuk nguri-nguri tradisi bangsa sendiri, yang merupakan warisan dari nenek moyang menawarkan kearifan yang lebih cocok bagi kepribadian bangsa. Salah satu budaya yang masih terekam begitu indah adalah tembang-tembang macapat. Menurut Bapak Purwadi, dahulu sewaktu masih anak-anak seringkali menembangkan tembang-tenmbang macapat menjelang tidur. Tembang-tembang itu terasa syahdu dan datar namun sarat makna. Radio Swara Slenk, beruasaha menampilkan kembali tembang-tembang macapat melalui program acaranya.

3.      Penggunaan Bahasa Jawa dalam Berkomunikasi
Bahasa mengalami perubahan dan perkembangan. Demikian pula bahasa Jawa, juga mengalami perkembangan. Dari bahasa Jawa kuno berkembang menjadi bahasa Jawa Tengahan, dan kemudian berkembang lagi menjadi bahasa Jawa baru. Pembinaan dan pengembangan bahasa Jawa, dimaksudkan agar bahasa Jawa tetap terpelihara dan mampu merealisasikan fungsinya. Untuk melestarikan bahasaJawa tidak harus selalu berkutat mempertahankan apa yang ada itu sebagaimana adanya. Bahasa Jawa akan lestari justru apabila mampu untuk tetap berfungsi di dalam situasi yang terus berubah.
Identitas lokal sedikit banyak mencerminkan kearifan masyarakat. Begitu pula dengan bahasa Jawa yang mengandung kearifan nilai dan kedalaman filosofis. Entah benar atau tidak, kini bahasa Jawa tampak tak kuasa tergerus arus modernitas. Ibarat ayam mati di lumbungnya, masyarakat tak lagi menaruh minat terhadap keberadaan bahasa Jawa.  Bahasa Jawa seolah-olah hanya milik generasi tua. Berbeda dengan generasi muda yang kurang memiliki kebanggaan menggunakan bahasa Jawa dalam keseharian. Bahasa Jawa hanya dapat dijumpai di pelosok-pelosok desa dan hilang dari peredaran masyarakat kota. Upaya untuk melestarikan bahasa Jawa bukannya tidak ada. Seperti yang dilakukan oleh Radio Swara Slenk yang berusaha menggunakan bahasa Jawa ketika siaran.
Radio Swara Slenk berusaha menampilkan kembali bahasa Jawa dalam bekomunikasi. Ini terlihat dari program acara di Radio Swara Slenk yang ketika siaran para penyiar dan pendengar yang berpartisipasi secara langsung harus menggunakan bahasa Jawa. Derasnya pengaruh arus globalisasi di segala sektor kehidupan juga dianggap menjadi pemicu menurunnya pemakaian bahasa Jawa di masyarakat Jawa. Kalangan muda tidak bisa berbahasa Jawa krama lagi, padahal sebagian besar orang percaya bahwa pemakaian tingkat tutur Bahasa Jawa mencerminkan sopan santun dan budi pekerti. Dengan penggunaan bahasa Jawa yang dilakukan Radio Swara Slenk ketika siaran ini sebagai upaya pelestarian bahasa Jawa yang akan terus senantiasa mengajak kepedulian masyarakat terhadap keberadaan bahasa tersebut. Pada dasarnya kelestarian bahasa Jawa tak bisa dilepaskan dari peran aktif masyarakat agar tak punah ditelan masa. Kepedulian masyarakat terhadap kelestarian bahasa Jawa perlu ditumbuhkan mengingat bahasa Jawa merupakan identitas lokal yang lahir dan ditumbuhkembangkan masyarakat pemiliknya (Wawancara dengan Mas Adi, 1 Maret 2012).
Selain Radio Swara Slenk yang berpartisipasi melestarikan bahasa Jawa, pelestarian bahasa Jawa merupakan tanggung jawab masyarakat yang memiliki bahasa tersebut terutama Solo sebagai pusat kebudayaan Jawa. Di samping itu, pengajaran bahasa Jawa di sekolah juga perlu diperhatikan. Menurut Ibu Rusmini, sekolah-sekolah yang berdomisili di Solo sudah selayaknya menerapkan penggunaan bahasa Jawa dalam percakapan sehari-hari antara guru dan murid. Ini sebagai langkah awal dalam mewujudkan Solo kota budaya. Kebijakan penggunaan bahasa Jawa ini bisa dirumuskan masing-masing sekolah dengan beragam alternatif.  Di samping pendidikan formal di sekolah, peran keluarga juga amat penting. Interaksi antara anggota keluarga diusahakan menggunakan bahasa Jawa sesuai kadiah-kaidah baku. Sebagai misal, orang yang lebih muda ketika berbicara dengan orang yang lebih tua harus tahu kapan saatnya menggunakan krama alus  maupun krama inggil. Bahasa Jawa merupakan identitas lokal yang memerlukan sinergi pihak keluarga, sekolah, dan masyarakat untuk melestarikannya. Tanpa kerja sama ketiga pihak, bahasa Jawa dimungkinkan gegap gempita di satu tempat, namun tampak asing di tempat lain (Wawancara dengan Ibu Rusmini, 1 Maret 2012).
Kelestarian bahasa Jawa bukan tanggung jawab masyarakat luar Solo, tetapi menjadi tanggung jawab masyarakat Solo khususnya dan Jawa Tengah pada umumnya yang memiliki bahasa tersebut. Hal yang perlu diperhatikan, upaya pelestarian bahasa Jawa bukan berarti mengabaikan penggunaan bahasa lainnya, seperti bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Sebuah tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan agar peserta didik memiliki kecakapan menggunakan bahasa lokal, bahasa nasional, dan bahasa internasional. Terkikisnya bahasa Jawa pada dasarnya juga terjadi pada penggunaan bahasa Indonesia di kalangan masyarakat. Tidak terkecuali dengan bahasa Inggris, padahal untuk saat ini bahasa Inggris bisa dikatakan sebagai bahasa peradaban dalam komunitas global.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar