Rabu, 25 Mei 2016

BAHAN UB GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP T.A 2015/2016



BAHAN UB GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP T.A 2015/2016
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“SEBETULNYA, CARA MENDAPATKAN HASIL ITULAH YANG LEBIH PENTING DARIPADA HASIL ITU SENDIRI”
-TAN MALAKA-
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
KD 5
Atmosfer

A.    Struktur Lapisan Atmosfer dan Pemanfaatannya
Pengertian atmosfer : Berasal dari bahasa Yunani, yaitu atmos (uap) dan shpaira (bola/bumi). Jadi, atmosfer mempunyai pengertian selubung berwujud gas yang mengelilingi bumi
Komposisi atmosfer : Atmosfer terdiri dari berbagai macam gas. Ketebalan atmosfer mencapai 10.000 km dari permukaan laut. Makin tinggi, lapisan udara makin tipis. Dalam keadaan kering susunan udara adalah sebagai berikut :
1.      Nitrogen = 78,08%
2.      Oksigen = 21%
3.      Karbondioksida = 0,03%
Atmosfer mempunyai beberapa sifat antara lain sebagai berikut :
·         Tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak dapat dirasakan kecuali bentuk angin.
·         Dinamis dan elastis atau dapat mengembang atau mengerut.
·         Transparan terhadap beberapa bentuk radiasi.
·         Mempunyai berat sehingga memiliki tekanan.
Perubahan Iklim Global dan Dampaknya Terhadap Kehidupan.
Adanya perubahan kondisi iklim dunia terutama meningkatnya temperatur di bumi salah satunya disebabkan oleh aktivitas manusia yang berupa meningkatnya kadar CO2 karbondioksida sebagai hasil pembakaran fosil (sisa-sisa tumbuh-tumbuhan, di samping CO2, unsur kimia yang dapat menyebabkan terjadinya green house effect (efek rumah kaca) yaitu: chloroflorocarbons (CFC), methane (CH4), nitrous oksida (N2O), ledakan nuklir dan ledakan gunung api. Sedangkan, Chlorofluorocarbons / CFC dianggap menjadi penyebab utama penipisan ozon. istilah penipisan ozon berarti penurunan kuantitas ozon di startosfer bumi. hilangnya ozon di stratosfer bagian bawah pertama kali tercatat di Antartika pada 1970-an. Atmosfer bumi terdiri dari banyak lapisan dan bentuk ozon ada di stratosfer. Chlorofluorocarbons (CFC) untuk kuantitas kecil terdapat pada atau digunakan di Air Conditioner (AC) dan aerosol.
Gas rumah kaca adalah gas-gas yang ada di atmosfer yang menyebabkan efek rumah kaca. Gas-gas tersebut sebenarnya muncul secara alami di lingkungan, tetapi dapat juga timbul akibat aktivitas manusia. Perubahan tata guna lahan dan kegiatan kehutanan menjadi sumber gas rumah kaca yang paling banyak.  Selain itu, uap air yang mencapai atmosfer akibat penguapan air dari laut, danau dan sungai. Karbondioksida (CO2) adalah gas terbanyak kedua, yang timbul dari berbagai proses alami seperti: letusan vulkanik; pernapasan hewan dan manusia (yang menghirup oksigen dan menghembuskan karbondioksida); dan pembakaran material organik (seperti tumbuhan).





Lapisan-Lapisan Atmosfer

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3EWMSKmsZnpCweGe3zEqUveY9cZcaVx3zwiYcQ5emc3xcQExjBB6_HtC0U5jmH6vyXJcNL9WfBKFx_3qsJqp-wGPWhTidL5iT7YGqMDDr6M4WQtoDLizRMLnt-883EPsT196CrEhlNe8/s1600/lapisan+at+2.jpg

1. Troposfer
Troposfer merupakan lapisan terbawah dari atmosfer, yaitu pada ketinggian 0 - 10km di atas permukaan bumi. Pada lapisan ini tinggi rendahnya suatu tempat di permukaan Bumi berpengaruh terhadap suhu udaranya.

2. Stratosfer
Lapisan ke 2 atmosfer adalah lapisan stratosfer. Stratosfer terletak pada ketinggian antara 10 - 40 km dari permukaan bumi.  Pada lapisan ini angin yang sangat kencang terjadi dengan pola aliran yang tertentu. Disini juga tempat terbangnya pesawat yang menggunakan mesin jet. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari gangguan cuaca

3. Mesosfer
Lapisan ketiga dari atmosfer adalah mesosfer. Mesosfer terletak pada ketinggian antara 40 - 70 km dari permukaan bumi.  Mesosfer mempunyai suatu lapisan ion atau udara yang bermuatan listrik yang disebut lapisan D yang terletak pada ke tinggian 50-70 km di atas bumi.

4. Termosfer (ionosfer)
Termosfer terletak pada ketinggian antara 70-400 km di permukaan bumi. Dinamai termosfer karena terjadi kenaikan temperatur yang cukup tinggi pada lapisan ini yaitu sekitar 1982oC. Sedangkan mengapa dinamai inosfer? Karena radiasi ultra violet menyebabkan reaksi kimia sehingga membentuk lapisan bermuatan listrik. Lapisan ini mengandum ozon dan karbon dioksiad.

5. Eksosfer
Eksosfer terletak pada ketinggian antara 400 km atau lebih dari permukaan bumi. Lapisan atmosfer ini yang merupakan batas terluar membentang ke dalam angkasa dan menyatu dengan atmosfer dan radiasi matahari. Gas di daerah ini amat sangat tipis. Hidrogen merupakan unsur penyusun paling utama.

Gejala gejala yang terjadi di lapisan Atmosfer
1.      Pelangi
Pelangi terjadi karena sinar matahari jatuh pada titik-titik air hujan, yang mengakibatkan berkas sinar matahari tersebut dibiaskan dan dipantulkan menjadi spectrum warna (spectrum radiasi) oleh titik air hujan.
2.      Halo
Halo adalah lingkaran sinar putih disekeliling bulan atau matahari, namun yang sering kita lihat adalah halo bulan karena pada waktu malam langit terihat gelap. Halo sangat jelas terlihat ketika bulan bersinar terang setelah sore harinya terjadi hujan.
3.      Aurora
Yaitu cahaya yang bersinar pada malam hari di langit sekitar wilayah lingkaran kutub (cahaya kutub). Terbentuk jika partikel-partikel bermuatan listrik dari bintik-bintik matahari mengalir kea rah bumi yang tertarik oleh gaya geomagnetic utara dan selatan bumi. Aurora yang bersinar di kutub utara dinamakan AURORA BOREALIS, sedangkan yang bersinar di kutub selatan dinamakan AURORA AUSTRALIS.
4.      Fatamorgana
Fatamorgana merupakan sebuah fenomena di mana optik yang biasanya terjadi di tanah lapang yang luas seperti padang pasir atau padang es. Fatamorgana adalah pembiasan cahaya melalui kepadatan yang berbeda, sehingga bisa membuat sesuatu yang tidak ada menjadi seolah ada.
Cuaca dan Iklim :
§  Cuaca adalah rata-rata keadaan udara pada suatu saat di suatu tempat. Ilmu yang mempelajari cuaca dinamakan meteorologi.
§  Iklim adalah keadaan rata-rata cuaca pada tempat yang luas dan dalam waktu yang lama (10–30 tahun). Ilmu yang mempelajari iklim disebut klimatologi.
Unsur-unsur Pembentuk Cuaca dan Iklim :
1.      Suhu
2.      Kelembapan
3.      Curah hujan
4.      Angin
5.      Tekanan udara
6.      Penyinaran matahari

1.      Suhu
§  panas dinginnya udara.
§  Alat pengukur suhu disebut termometer.
§  Pada umumnya suhu di permukaan bumi dipengaruhi oleh banyak-sedikitnya panas matahari.
2. Kelembapan
§  Kelembapan/lengas udara: jumlah uap air yang terkandung dalam udara. Alat pengukur kelembapan disebut higrometer.
§  Jenis kelembapan :
1.      Kelembapan relatif/nisbi: perbandingan jumlah uap air yang dikandung dengan jumlah maksimal uap air yang dapat dikandung pada suhu dan tekanan yang sama.
2.      Kelembapan mutlak/absolut: jumlah uap air setiap 1 m3udara (gram/m3).
3.      Curah hujan
§  Curah hujan: banyaknya hujan yang jatuh.
§  Jenis-jenis Hujan :
1.      Hujan Zenithal. Hujan yang disebabkan karena uap air naik secara vertikal. Hal ini disebabkan karena adanya pemanasan matahari dalam jumlah besar sehingga udara renggang kemudian uap air naik biasanya terjadinya di daerah tropis (equator).
2.      Hujan Orografis (Hujan Gunung). Hujan yang terjadi di lereng gunung.
3.      Hujan Frontal (Hujan Depresi). Hujan yang terjadi pada bidang front, yang mana masa udaranya panas naik ke atas massa udara dingin. Hujan frontal sering terjadi di daerah lintang sedang.
4.      Hujan Sinklonal. Hujan yang terjadi karena udara panas naik dan disertai angin siklon. Hujan siklonal terjadi di daerah sedang.
5.      Hujan Musim. Hujan yang terjadi karena angin muson yang lembab naik ke darat atau pegunungan.
4.      Angin
§  Angin: udara yang bergerak dari daerah bertekanan tinggi → rendah. Alat pengukur kecepatan angin: anemometer.
§  Angin lokal terdapat 3 macam yaitu:
1.      Angin Darat Angin Laut
Angin darat adalah angin yang bertiup dari arah darat ke arah laut yang umumnya terjadi pada saat malam hari dari jam 20.00 sampai dengan jam 06.00. Angin jenis ini bermanfaat bagi para nelayan untuk berangkat mencari ikan dengan perahu bertenaga angin sederhana demi sesuap nasi.Angin laut adalah angin yang bertiup dari arah laut ke arah darat yang umumnya terjadi pada siang hari dari pukul 09.00 sampai dengan pukul 16.00. Angin ini biasa dimanfaatkan para nelayan untuk pulang dari menangkap ikan di laut.
2.      Angin Gunung dan Angin Lembah
Angin gunung adalah angin yang bertiup dari puncak gunung ke lembah gunung yang terjadi pada malam hari. Angin lembah adalah angin yang bertiup dari arah lembah ke arah puncak gunung yang biasa terjadi pada siang hari.
3.      Angin Fohn (Angin Jatuh)
Angin fohn adalah angin yang bertiup pada suatu wilayah dengan temperatur dan kelengasan yang berbeda. Angin fohn terjadi karena ada gerakan massa udara yang naik pegunungan yang tingginya lebih dari 200 meter di satu sisi lalu turun di sisi lain.
Angin Jatuh atau Angin Terjun punya banyak nama :
- Angin gending di Jawa Timur
- Angin bahorok di Sumatera Utara
- Angin barubu / Brubu di Sulawesi Selatan
- Angin kumbang di Jawa Barat
- Angin wambrau di Papua / Irian Jaya

5.      Tekanan udara
§  Tekanan udara adalah tekanan yang diberikan oleh udara (karena beratnya) kepada setiap luas 1 cm2 bidang datar di permukaan bumi sampai batas atmosfer. Alat pengukur tekanan udara disebut barometer. Semakin tinggi tempat semakin kecil tekanan udaranya.
6.      Penyinaran matahari
§  Penyinaran matahari: intensitas sinar matahari yang jatuh ke bumi. Alat pengukur besarnya penyinaran matahari disebut solarimeter.

B.     Awan
§  Udara di sekeliling kita banyak mengandung uap air. Tidak terhitung banyaknya gelembung udara yang terbentuk oleh busa laut secara terus-menerus dan menyebabkan partikel-partikel air terangkat ke langit. Partikel-partikel yang disebut dengan aerosol inilah yang berfungsi sebagai perangkap air dan selanjutnya akan membentuk titik-titik air. Menurut morfologinya awan dibagi menjadi tiga jenis yaitu:
1.      Cirrus
Adalah awan tinggi dengan bentuk seperti serabut atau bulu halus
2.      Cumulus
Adalah awan yang berbentuk seperti gumpalan berwarna putih atau kelabu
3.      Stratus
Adalah awan yang berbentuk seperti lembaran tipis yang seragam dan berwarna putih atau gelap
Menurut ketinggiannya, awan dibagi menjadi:
Awan tinggi
1.      Cirrus
Adalah awan tipis berwarna putih dengan bentuk seperti serabut atau bulu halus dan memiliki batas yang tidak jelas, awan ini menandakan cuaca yg agak cerah.
2.      Cirrocumulus
Adalah awan yang berbentuk seperti sisik ikan atau bulu domba, berwarna putih berkilau apabila terkena cahaya matahari.
3.      Cirrostratus
Adalah awan yang berbentuk serabut atau lembaran tipis yg apabila menutupi matahari dapat menimbulkan halo, awan cirrostratus yang cukup tebal dapat menghasilkan hujan ringan.
Awan Sedang
1.      Altocumulus
Adalah awan yang berbentuk seperti gumapalan kecil/besar yang berwarna putih atau kelabu, awan ini pada umumnya tidak menimbulkan hujan, tetapi awan altocumulus yang cukup tebal dapat menimbulkan hujan ringan.
2.      Altostratus
Adalah awan yang berbentuk seperti lembaran tipis yang seragam dan berwarna putih atau kelabu gelap, awan altostratus yang cukup tebal mampu menimbulkan hujan dalam waktu lama.
Awan rendah
1.      Stratus
Adalah awan yang berbentuk seperti lembaran yang seragam dan berwarna putih atau kelabu dan terbentuk oleh udara yang stabil.
2.      Stratocumulus
Adalah awan yang berbentuk seperti gumpalan yanng melebar dan membentuk lembaran berwarna putih atau kelabu gelap dan menutupi seruluh langit, awan ini dapat menimbulkan hujan disertai dengan angin.
3.      Nimbostratus
Adalah
Awan yang luas, biasanya muncul dalam keadaan gelap dan tidak berbentuk serta sebagian telah merupakan hujan.

Jenis-Jenis Iklim

Iklim menurut F. Junghuhn

Junghuhn mengklasifikasikan iklim menurut suhu dan ketinggian tempat serta kesesuaiannya untuk jenis tanaman tertentu. Ia membagi iklim sebagai berikut.
  • Daerah Panas dengan ketinggian 0-600 m dpl
  • Daerah sedang dengan ketinggian 600 m-1.500 m dpl
  • Daerah sejuk dengan ketinggian 1.500 m-2.500 m dpl
  • Daerah dingin dengan ketinggian di atas 2.500 m dpl.

Iklim menurut W. Koppen

Klimatologi asal jerman bernama W. Koppen pada tahun 1981 mengklasifikasikan iklim untuk seluruh dunia berdasarkan kelembaban dan temperature. Pembagian iklim menurut W. Koppen adalah sebagai berikut :
  • Iklim khatulistiwa
  • Iklim kering.
  • Iklim sedang
  • Iklim dingin.

Iklim menurut Schmidt dan Ferguson

Pembagian tipe iklim ini berdasarkan banyaknya curah hujan tiap-tiap bulan, yakni membandingkan jumlah rata-rata bulan kering dan rata-rata jumlah bulan basah dikalikan 100%. Dikatakan bulan kering apabila rata-rata curah hujan sebulan kurang dari 60 mm. Disebut bulan lembab apabila curah hujan dalam sebelan antara 60 mm-100 mm dan bulan basah jika curah hujan dalam sebulan lebih dari 100 mm.
Iklim Oldeman
Oldeman membuat sistem baru dalam klasifikasi iklim yang dihubungkan dengan pertanian menggunakan unsur iklim hujan. Ia membuat dan menggolongkan tipe-tipe iklim di Indonesia berdasarkan pada kriteria bulan-bulan basah dan bulan-bulan kering secara berturut-turut. Kriteria dalam klasifikasi iklim didasarkan pada perhitungan bulan basah (BB), bulan lembab (BL) dan bulan kering (BK) dengan batasan memperhatikan peluang hujan, hujan efektif dan kebutuhan air tanaman.
Bulan Basah (BB) : Bulan dengan rata-rata curah hujan lebih dari 200 mm
Bulan Lembab (BL) : Bulan dengan rata-rata curah hujan 100-200 mm
Bulan Kering (BK) : Bulan dengan rata-rata curah hujan kurang dari 100 mm

EL NINO DAN LA NINA
El Nino
El Nino adalah gejala gangguan iklim yang diakibatkan oleh naiknya suhu atau perbedaan tekanan permukaan laut Samudera Pasifik sekitar khatulistiwa bagian tengah dan timur. Naiknya suhu di Samudera Pasifik ini mengakibatkan perubahan pola angin dan curah hujan yang ada di atasnya. Pada saat normal hujan banyak turun di Australia dan Indonesia, namun akibat El Nino ini hujan banyak turun di Samudera Pasifik sedangkan di Australia dan Indonesia menjadi kering.
La Nina
La Nina adalah gejala gangguan iklim yang diakibatkan suhu permukaan laut Samudera Pasifik dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Akibat dari La Nina adalah hujan turun lebih banyak di Samudera Pasifik sebelah barat Australia dan Indonesia. Dengan demikian di daerah ini akan terjadi hujan lebat dan banjir di mana-mana.


KD 6
Hidrosfer
A.    Siklus Hidrologi
Di permukaan bumi air selalu berputar menurut siklus yang terjadi. Siklus hidrologi di bagi menjadi tiga yaitu :
  1. Siklus pendek/kecil : yaitu air laut yag munguap, terkondensasi, membentuk awan dan turun hujan dilaut. Intinya air dari laut langsung kembali ke laut.
  2. Siklus sedang : yaitu penguapan air laut, sungai, rawa, atau danau terkondensasi menjadi awan, terbawa kedaratan dan turun hujan lalu mengalir ke selokan, sungai, danau, dan kembali ke laut. Intinya air dari laut, turun di darat, kembali lagi ke laut.
  3. Siklus panjang : Ar laut, dan daratan, termasuk respirasi tumbuh – tumbuhan menguap menjadi awan dan hujan. Air hujan sebagian masuk ke tanah menjadi air tanah, diserap tumbuh – tumbuhan, ada yang turun hujan sebagai salju dan akan mencair sedikit demi sedikit dalam waktu yang lama dan akhirnya kembali ke laut. Intinya air dari laut, turun di puncak gunung turun sebagai air tanah, ke darat dan kembali lagi ke laut.
Istilah istilah dalam siklus hidrologi:
Evaporasi/Penguapan
Transformasi atau perubahan bentuk air dari cair ke fase gas secara langsung.Sumber energy untuk penguapan adalah energy panas matahari.Sedangkan air yang diuapkan berasal dari tempat –tempat penampungan air seperti sungai, reservoir, danau, waduk, laut ataupun samudra.
Transpirasi
Transpirasi adalah evaporasi atau penguapan air yang terkandung dalam tumbuhan
Evapotranspirasi
Evaporasi adalah perpaduan evaporasi dan transpirasi
Kondensasi
Kondensasi adalah proses perubahan wujud uap air menjadi titik-titik air sebagai hasil pendinginan.
Presipitasi
Presipitasi adalah segala bentuk curahan air atau hujan.Sebagian besar presipitasi terjadi sebagai hujan air, namun ada juga presipitasi yang berupa hujan salju, hujan es (hail), kabut menetes (fog drip), graupel, dan hujan es (sleet).
Infiltrasi
Infiltrasi adalah air yang jatuh ke permukaan tanah dan meresap ke dalam tanah.
Perkolasi
Perkolasi adalah air yang meresap terus sampai ke kedalaman tertentu hingga mencapai air tanah atau groundwater
Limpasan (runoff)
Air yang mengalir di atas permukaan tanah melalui parit, sungai, hingga menuju ke laut.  Ini mencakup baik limpasan permukaan (surface runoff) dan limpasan saluran (channel runoff).

B.     JENIS – JENIS PERAIRAN.
Perairan yang ada di permukaan bumi ada 2 yaitu perairan darat dan peraran laut.. Macam – macam perairan darat sebagai berikut :
a)      Sungai
Sungai memiliki bentuk-bentuk yang berbeda antara bagian yang satu dengan bagian yang lain. Secara umum, sebuah sungai bisa dibagi menjadi tiga bagian. Bagian atas (hulu), tengah, dan bawah (hilir). Setiap bagian ini memiliki ciri khas, bentuk, dan aktivitasnya sendiri sendiri.

1. Bagian Hulu
Bagian hulu merupakan bagian awal dari sebuah sungai. Biasanya bagian ini terletak di pegunungan. Pada bagian ini, lembah sungai memiliki bentuk menyerupai huruf V. Ciri cirinya adalah, sungai sungai dibagian hulu memiliki aliran yang sangat deras dan sungai sungainya lumayan dalam. Hal ini di karenakan karena leteknya yang di daerah pegunungan yang memiliki kemiringan cukup curam. Sehingga air akan sangat cepat untuk mengalir ke bawah. Proses yang terjadi disini adalah proses erosi. Proses erosi sendiri diakibatkan oleh aliran yang sangat deras tadi. Karena aliran ini juga lah, air akan menggerus sungai dengan sangat cepat, sehingga lembah sungai ini membentuk huruf V.

2. Bagian Tengah
Bagian tengah adalah lanjutan dari bagian hulu tadi. Bagian tengah biasanya memiliki cirri lembah sungai membentuk huruf U. Hal ini dikarenakan kondisi lokasinya yang tidak curam lagi, melainkan landai. Hal ini mengakibatkan aliran air tidak begitu deras. Karena air tidak terlalu deras, maka proses erosi disini sidah tidak begitu dominan. Masih ada proses erosi, tetapi itu kecil sekali. Proses yang dominan terjadi di daerah ini adalah transportasi. Maksudnya adalah, hasil dari erosi yang terjasi di bagian hulu tadi, dibawa oleh air menuju ke daerah bawahnya, kearah hulu.

3. Bagian Hilir
Bagian hilir adalah bagian sungai terakhir, yang akhirnya bagian ini akan mengantar sungai itu ke laut (muara). Ciri cirri bagian ini adalah, lembah sungai disini tidak berbentuk V atau U lagi, tetapi lebih menyerupai huruf U yang lebar. Sungai di daerah hilir ini biasanya sudah ber-meander (Berliku liku). Di daerah ini proses yang dominan adalah sedimentasi. Artikel partikel hasil erosi di bagian hulu, yang kemudian di transportasi di bagian tengah, akan di endapkan di bagian hilir ini. Jika sungai bermuara di laut yang permukaan bawah lautnya landai, dan arus / gelombangnya tidak besar, maka kemungkinan akan terbentuk delta.
Jenis –jenis sungai yang ada sebagai berikut :
a. Berdasarkan sumbernya :
  1. Sungai mata air : sumbernya berasal dari mata air
  2. Sungai hujan : sumbernya berasal dari air hujan
  3. Sungai gletser : sumber airnya berasal dari es yang mencair
  4. Sungai campuran : sumber airnya berasal dari campuran mata air, gletser dan hujan.
b. Berdasar keadaan airnya :
  1. Sungai permanen : sepanjang tahun airnya relatif tetap besar.
  2. Sungai periodik : airnya pada musim hujan banyak sedangkan musim kemarau berkurang.
  3. Sungai episodik : airnya kering pada musim kemarau dan ada pada musim hujan.
c. Berdasarkan arah alirannya.
  1. Sungai konsekuen : arah alirannya sesuai dengan kemiringan lereng yang dilaluinya.
  2. Sungai subsekuen : arah alirannya tegak lurus dengan sungai konsekuen dan muaranya pada sungai konsekuen.
  3. Sungai obsekuen : arah alirannya berlawanan arah dengan sungai konsekuen ( kemiringan lereng) dan bermuara atau anak sungai subsekuen.
  4. Sungai resekuen : arah alirannya mengikuti kemiringan lereng batuan tetapi bermuara di sungai subsekuen.
  5. Sungai insekuen : arah dan pola alirannya tidak menentu, tidak mengikuti kemiringan lereng,
Pola Aliran Sungai
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRLzLvlV_MML9nmQZwoNu929pBHqo1jenGcqEFvgyrsSkyNYD4VQmPPecO6g81gFdRtnNKL6rrX9JGWFAgugWBYs1DqdA59MtmR-Yf0XAm6uTAd2HuAqkEcAtCHGADz_8xdZi9XzzvVEWp/s1600/pola-aliran-sungai.jpg

b)     Danau
Danau adalah tempat berkumpulnya air pada cekungan tertentu yang berasal dari air hujan, sungai, gletser, air tanah, maupun mata air, dan sudah ada perbedaan suhu pada air tersebut.
Jenis – jenis danau sebagai berikut :
a. Berdasarkan jenis airnya.
1. Danau air asin: danau yang airnya asin, terletak didaerah panas yang intensitas penguapannya sangat besar. Contoh : Danau Merah.
2. Danau air tawar : danau yang airnya berupa air tawar, terdapat pada daerah basah (banyak hujan). Contoh : danau –danau yang ada di Indonesia ( Danau Toba, Danau Singkarak dan lain – lain)
b. Berdasarkan terjadinya

1. Danau Tektonik

Danau yang terjadi akibat adanya peristiwa tektonik seperti gempa. Akibat gempa terjadi proses patahan (fault) pada permukaan tanah. Permukaan tanah yang patah mengalami pemerosotan atau ambles (subsidence) dan menjadi cekung. Selanjutnya bagian yang cekung karena ambles tersebut terisi air dan terbentuklah danau. Contoh: danau Poso, danau Tempe, danau Tondano, dan danau Towuti di Sulawesi. Danau Singkarak, danau Maninjau, dan danau Takengon di Sumatera.

2. Danau Vulkanik

Danau yang terdapat pada kawah lubang kepunden bekas letusan gunung berapi. Ketika gunung meletus batuan yang menutup kawasan kepunden rontok dan meninggalkan bekas lubang di sana. Ketika terjadi hujan lubang tersebut terisi air dan membentuk sebuah danau. Contoh: Danau Kelimutu di Flores, Kawah Bromo, danau gunung Lamongan di Jawa Timur, danau Batur di Bali danau Kerinci di Sumatera Barat serta Kawah gunung Kelud.
3. Danau Tektono-Vulkanik
Danau yang terjadi akibat proses gabungan antara proses vulkanik dengan proses tektonik. Ketika gunung berapi meletus, sebagian tanah/batuan yang menutupi gunung patah dan merosot membentuk cekungan. Selanjutnya cekungan tersebut terisi air dan terbentuklah danau. Contoh: danau Toba di Sumatera Utara
4. Danau Karst
Danau yang terdapat di daerah berbatu kapur. Danau jenis ini terjadi akibat adanya erosi atau pelarutan batu kapur. Bekas erosi membentuk cekungan dan cekungan terisi air sehingga terbentuklah danau. Contoh : Doline, Uvala
5. Danau Glasial
Danau yang terjadi karena adanya erosigletser. Pencairan es akibat erosi mengisi cekungan-cekungan yang dilewati sehingga terbentuk danau. Contohnya danau yang terdapat di perbatasan antara Amerika dengan Kanada yaitu danau Superior, danau Michigan dan danau Ontario.
6. Waduk atau Bendungan
Danau yang sengaja dibuat oleh manusia. Pembuatan waduk biasanya berkaitan dengan kepentingan pengadaan listrik tenaga air, perikanan, pertanian dan rekreasi. Contoh: Saguling, Cirata dan Jatiluhur, Darma di Jawa Barat,

c)      Rawa
Rawa (swamp/marsh) merupakan daerah bertanah basah yang selalu digenangi air secara alami karena sistem drainase (pelepasan air) yang jelek atau letaknya lebih rendah dari daerah sekelilingnya.
Ciri – ciri rawa sebagai berikut :
  1. Air bersifat asam karena selalu tergenang air.
  2. Tanaman air banyak menutupi permukaannya.
  3. Airnya keruh dan warna mendekati merah.
  4. Pada dasar rawa terdapat tanaman gambut.
Berdasarkan lokasi terjadinya
Jenis rawa berdasarkan lokasi terjadinya adalah sebagai berikut:
  • Rawa pantai, yakni rawa yang terdapat di pinggir pantai. Rawa ini selalu dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Proses terjadinya karena bagian-bagian rendah di pinggir laut selalu digenangi air laut. Tanaman yang dapat tumbuh antara lain pohon bakau. Contoh: rawa-rawa pantai di teluk Bone Sulawesi Selatan.
  • Rawa payau, yakni rawa yang terdapat di muara sungai dan dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut. Rawa payau terjadi karena bagian rendah di sekitar muara sungai selalu tergenang akibat peluapan air sungai dan pasang surutnya air laut. Rawa seperti ini banyak ditumbuhi rumput-rumputan dan pohon-pohon yang tahan air seperti kayu ulin, bakau, dan sebagainya. Di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, rawa seperti ini banyak dijadikan oleh penduduk dan pemerintah sebagai wilayah persawahan pasang surut. 
  • Rawa sungai, yakni rawa yang terjadi karena di bagian sisi kiri-kanan sungai terdapat daerah-daerah yang rendah di mana air sungai selalu menggenanginya. Rawa seperti ini banyak terdapat pada wilayah-wilayah pedalaman sungai di Kalimantan dan bagian timur pulau Sumatera. Contoh: rawa-rawa di sungai Musi antara Kota Palembang sampai Kota Sebayu (Sumatera Selatan), rawa-rawa sungai Mahakam antara Muara Kaman sampai Muara Amuntai dan Kahala di Kalimantan Timur. 
  • Rawa cekungan, yakni rawa yang terdapat pada daerah-daerah cekungan tertentu yang selalu terisi air. Terjadinya cekungan karena penurunan atau pengangkatan oleh kekuatan endogen di sekeliling cekungan. Contoh, rawa Pening di Jawa Tengah.
  • Rawa danau, yakni rawa yang terjadi akibat pasang surut-nya air danau. Pada musim hujan, danau menggenangi daerah sekitarnya dan pada musim kemarau air danau surut. Di daerah sekeliling danau yang mengalami pasang surut itulah terbentuk rawa danau. Contoh, rawa di sekitar danau Tempe.

d)     Air Tanah
Air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat didalam ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan bergabung membentuk lapisa tanah yang disebut akuifer. Atau air tanah adalah semua air yang terdapat dalam ruang batuan dasar atau regolith. Dapat juga disebut aliran yang secara alami mengalir ke permukaan tanah melalui pancaran atau rembesan.
Lapisan yang dapat menangkap dan meloloskan air disebut akuifer. Berdasarkan litologinya, akuifer dapat dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:
a.    Akuifer bebas atau akuifer tidak tertekan (Unconfined Aquifer)
Akuifer bebas atau akuifer tak tertekan adalah air tanah dalam akuifer tertutup lapisan impermeable, dan merupakan akuifer yang mempunyai muka air tanah. Unconfined Aquifer adalah akuifer jenuh air (satured). Lapisan pembatasnya yang merupakan aquitard, hanya pada bagian bawahnya dan tidak ada pembatas aquitard (sebuah  zona material bumi yang memegang air tapi tidak dapat mengirimnya secara cepat untuk memompanya dari sumur) di lapisan atasnya, batas di lapisan atas berupa muka air tanah. Permukaan air tanah di sumur dan air tanah bebas adalah permukaan air bebas, jadi permukaan air tanah bebas adalah batas antara zone yang jenuh dengan air tanah dan zone yang aerosi (tak jenuh) di atas zone yang jenuh. Akuifer jenuh disebut juga sebagai phriatic aquifer, non artesian aquifer atau free aquifer.
b.    Akuifer tertekan (Confined Aquifer)
Akuifer tertekan adalah suatu akuifer dimana air tanah terletak di bawah lapisan kedap air (impermeable) dan mempunyai tekanan lebih besar daripada tekanan atmosfer. Terbentuk ketika air tanah dalam dibatasi oleh lapisan kedap air sehingga tekanan di bawah lapisan kedap air lebih besar daripada tekanan atmosfer. Jika orang mengebor tanah dan menjumpai air tanah ini, air akan keluar menyembur
c.    Akuifer bocor (Leakage Aquifer)
Akuifer bocor dapat didefinisikan suatu akuifer dimana air tanah terkekang di bawah lapisan yang setengah kedap air sehingga akuifer di sini terletak antara akuifer bebas dan akuifer terkekang.
d.    Akuifer melayang (Perched Aquifer)
Akuifer disebut akuifer melayang jika di dalam zone aerosi terbentuk sebuah akuifer yang terbentuk di atas lapisan impermeable. Akuifer melayang ini tidak dapat dijadikan sebagai suatu usaha pengembangan air tanah, karena mempunyai variasi permukaan air dan volumenya yang besar.

e)      DAS
Daerah Aliran Sungai (DAS) - Daerah Aliran Sungai (Drainage Area Riverbasin) yang disingkat menjadi DAS adalah bagian dari muka bumi yang airnya mengalir ke dalam sungai tertentu. Adapun pengertian lain dari Daerah Aliran Sungai adalah wilayah tampungan air hujan yang masuk ke dalam wilayah air sungai atau suatu kawasan yang dibatasi oleh titik-titik tinggi di mana air yang berasal dari air hujan yang jatuh, terkumpul dalam kawasan tersebut.
Usaha Pelestarian DAS
Supaya DAS tidak mengalami kerusakan maka perlu usaha pemeliharaan sehingga unsur-unsur yang ada di dalam DAS (unsur fisik, kimia, dan biologi) tetap terjaga kelestariannya. Usaha menjaga kelestarian DAS dapat dilakukan dengan konservasi lahan di dalam DAS tersebut dengan metode sebagai berikut:
1.      Social Forestry atau Perhutanan Sosial merupakan sistem  pengelolaan  hutan  dimana masyarakat  lokal  berpartisipasi  aktif  didalamnya untuk mensejahterakan mereka dan sekaligus melestarikan atau memperbaiki hutan di sekelilingnya.
2.      Agroforestry adalah istilah kolektif untuk sistem-sistem dan teknologi-teknologi penggunaan lahan, yang secara terencana dilaksanakan pada satu unit lahan dengan mengkombinasikan tumbuhan berkayu (pohon, perdu, palem, bambu dan lain-lain) dengan tanaman pertanian dan/atau hewan (ternak) dan/atau ikan, yang dilakukan pada waktu yang bersamaan atau bergiliran sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis antar berbagai komponen yang ada.
3.      Penghijauan pada lahan terbuka dan berlereng curam dengan penanaman pohon-pohon serta rerumputan, dilakukan di luar kawasan hutan yang lahannya berupa lahan pertanian milik masyarakat

f)       Perairan Laut
Laut adalah kumpulan air asin yang luas dan berhubungan dengan samudra. Laut adalah kumpulan air asin yang sangat banyak dan luas di permukaan bumi yang memisahkan atau menghubungkan suatu benua dengan benua lainnya dan suatu pulau dengan pulau lainnya.

Jenis-Jenis Laut
Menurut Proses Terjadinya
Ada beberapa jenis laut di bumi ini, dan menurut proses terjadinya kita mengenal adanya Laut Transgresi, Laut Ingresi, dan Laut Regresi.
a.Laut Transgresi
Laut Transgresi adalah laut yang terjadi karena adanya perubahan permukaan laut secara positif (secara meluas). Perubahan permukaan ini terjadi karena naiknya permukaan air laut atau daratannya yang turun, sehingga bagian-bagian daratan yang rendah tergenang air laut. Perubahan ini terjadi pada zaman es. Contoh laut jenis ini adalah Laut Jawa, Laut Arafuru, dan Laut Karimata.
b.Laut Ingresi
Laut Ingresi adalah laut yang terjadi karena adanya penurnan tanah di dasar laut. Oleh karena itu laut ini sering disebut laut tanah turun. Penurunan tanah di dasar laut akan membentuk lubuk laut dan palung laut. Lubuk laut atau basin adalah penurunan di dasar laut yang berbentuk bulat. Contohnya lubuk Sulu, Lubuk Sulawesi, dan Lubuk Karibia. Sedangkan Palung Laut atau trog adalah penurunan di dasar laut yang bentuknya memanjang. Contohnya Palung Mindanau yang dalamnya 1.085 m, Palung Sunda yang dalamnya 7.450 m, dan Palung Mariana yang dalamnya 10.683 (terdalam di dunia).
c.Laut Regresi
Laut Regresi adalah laut yang menyempit. Penyempitan terjadi karena adanya pengendapan oleh batuan (pasir, lumpur, dan lain-lain) yang dibawa oleh sungai-sungai yang bermuara di laut tersebut. Penyempitan laut banyak terjadi di pantai utara pulau Jawa.

Menurut Letaknya
Berdasarkan letaknya, Laut dibedakan menjadi tiga, yaitu Laut Tepi, Laut Pertengahan, dan Laut Pedalaman.
a.Laut Tepi
Laut Tepi adalah laut yang terletak di tepi benua (kontinen) dan seolah-olah terpisah dari samudera luas oleh daratan pulau-pulau atau jazirah. Contohnya Laut Cina Selatan dipisahkan oleh kepulauan Indonesia dan Kepulauan Filipina
b.Laut Pertengahan
Laut Pertengahan adalah laut yang terletak diantara benua-benua. Lautnya dalam dan mempunyai gugusan pulau-pulau. Contohnya Laut tengah diantara benua Afrika-Asia dan Eropa.
c.Laut Pedalaman
Laut pedalaman adalah laut-laut yang hampir seluruhnya dikelilingi oleh daratan. Contohnya Laut Hitam.

Menurut Kedalamannya
Dalam kategori ini laut dibedakan berdasarkan 4 wilayah (zona), yaitu Zona Lithoral, Zona Neritic, Zona Bathyal, dan Zona Abysal.
1. Zona Litoral
Yaitu zona yang merupakan batas antara wilayah pasang naik dan pasang surut air laut. Ketika air laut sedang pasang maka wilayah ini akan terisi oleh air laut namun ketika air laut surut maka wilayah ini akan berupa pantai.
2. Zona Neritik
Yaitu zona laut yang memiliki kedalaman kira-kira 50 sampai 200 meter. Pada zona ini sinar matahari masih bisa tembus ke bawah permukaan air sehingga banyak hewan laut dan tumbuhan laut hidup di zona ini.
3. Zona Batial
Yaitu zona laut yang kedalamannya 1500-1800/2000 m, sehingga cahaya matahari tidak dapat menembus sampai dasar laut. Beberapa jenis binatang yang masih bisa hidup di wilayah ini, tetapi tumbuhan laut hanya sedikit dibandingkan zona neritik.
4. Zona Abbisal
Yaitu zona laut memiliki kedalaman lebih dari 2000 m. Suhu di daerah ini sangat rendah sehingga hanya hewan-hewan dan tumbuhan tertentu yang dapat hidup di zona ini. Umunya biota yang hidup di zona ini dapat menghasilkan cahaya sendiri untuk berkomunikasi di kegelapan laut contohnya Anglerfish.

Perairan Indonesia
Hukum Laut Internasional yang telah disepakati pada tahun 1982. Berdasarkan kesepakatan tersebut wilayah perairan Indonesia meliputi batas laut teritorial, batas landas kontinen, dan batas zona ekonomi eksklusif.

1. Batas Laut Teritorial
Batas laut teritorial adalah suatu batas laut yang ditarik dari sebuah garis dasar dengan jarak 12 mil ke arah laut.  Garis dasar adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik dari ujung-ujung terluar pulau di Indonesia. Laut yang terletak di sebelah dalam garis dasar merupakan laut pedalaman. Di dalam batas laut teritorial ini, Indonesia mempunyai hak kedaulatan sepenuhnya. Negara lain dapat berlayar di wilayah ini atas izin pemerintah Indonesia.

2. Bata Landas Kontinen
Landas kontinen adalah dasar laut yang jika dilihat dari segi geologi maupun geomorfologinya merupakan kelanjutan dari kontinen atau benua. Kedalaman landas kontinen tidak lebih dari 150 meter. Batas landas kontinen diukur mulai dari garis dasar pantai ke arah luar dengan jarak paling jauh adalah 200 mil. Kalau ada dua negara yang berdampingan mengusai laut dalam satu landas kontien dan jaraknya kurang dari 400 mil, batas kontinen masing-masing negara ditarik sama jauh dari garis dasar masing-masing. Kewajiban negara ini adalah tidak mengganggu lalu lintas pelayaran damai di dalam batas landas kontinen.

3. Batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
Pada tanggal 13 Desember 1957 Pemerintah Indonesia mengeluarkan deklarasi yang dikenal dengan nama Deklarasi Juanda yang melahirkan Wawasan Nusantara. Di dalam deklarasi itu ditentukan bahwa batas perairan wilayah Indonesia adalah 12 mil dari garis dasar pantai masing-masing pulau sampai titik terluar.
Pada tanggal 21 Maret 1980 Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indoensia sepanjang 200 mil, diukur dari garis pangkal wilayah laut Indonesia. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) adalah wilayah laut sejauh 200 mil dari pulau terluar saat air surut. Pada zona ini Indonesia memiliki hak untuk segala kegiatan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam permukaan laut, di dasar laut, dan di bawah laut serta mengadakan penelitian sumber daya hayati maupun sumber daya laut lainnya.

KD 7
MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM
Pengertian Bencana
Bencana (disaster) merupakan suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu komunitas sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang melampaui kemampuan komunitas tersebut untuk mengatasi dengan menggunakan sumberdaya mereka sendiri. (ISDR, 2004)
Bencana merupakan kombinasi antara ancaman (Hazard) dan kerentanan (Vulnerability). Ancaman yaitu fenomena, bahaya atau resiko, baik alami maupun tidak alami yang dapat (tetapi belum tentu menimbulkan bencana diantaranya banjir, tanah longsor, kekeringan, wabah penyakit, konflik bersenjata dll. Sedangkan kerentanan adalah keadaan didalam suatu komunitas yang membuat mereka mudah terkena akibat buruk dari ancaman diantaranya kerentanan fisik, sosial, dan psikologi/sikap.



Penanganan atau Manajemen Bencana (Disaster Management)
Manjemen Bencana adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mengendalikan bencana dan keadaan daruat, sekaligus memberikan kerangka kerja untuk menolong masyarakt dalam keadaan beresiko tinggi agar dapt menghindari ataupun pulih dari dampak bencana.
Tujuan dari Manajemen bencana diantaranya:
1.      Mengurangi atau menghindari kerugian secara fisik, ekonomi maupun jiwa yang dialami oleh perorangan, masyarakt negara.
2.      Mengurangi penderitaan korban bencana
3.      Mempercepat pemulihan
4.      Memberikan perlindunagan kepada pengungsi atau masyarakat yang kehilangan tempat ketika kehidupannya terancam.
 Pengertian Mitigasi Bencana
Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007, mitigasi didefinisikan sebagai serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Beberapa tujuan utama mitigasi bencana alam yaitu:
1.            Mengurangi resiko bencana bagi penduduk dalam bentuk korban jiwa, kerugian ekonomi dan kerusakan sumber daya alam.
2.            Menjadi landasan perencanaan pembangunan
3.            Meningkatkan kepedulian masyarakat untuk menghadapi serta mengurangi dampak dan resiko bencana sehingga masyarakat dapat hidup aman.

Untuk melakukan penanggulangan bencana, diperlukan informasi sebagai dasar perencanaan penanganan bencana yang meliputi:
1.      Lokasi dan kondisi geografis wilayah bencana serta perkiraan jumlah penduduk yang terkena bencana
2.      Jalur transportasi dan sistem telekomunikasi
3.      Ketersediaan air bersih, bahan makanan, fasilitas sanitasi, tempat penampungan dan jumlah korban
4.      Tingkat kerusakan, ketersediaan obat obatan, peralatan medisserta tenaga kesehatan
5.      Lokasi pengungsian dan jumlah penduduk yang mengungsi
6.      Perkiraan jumlah korban yang meninggal dan hilang
7.      Ketersediaan relawan dalam berbagai bidang keahlian

Konsep Siklus Manajemen Bencana
Siklus manajemen bencana yang terdiri komponen mitigasi (mitigation), kesiapsiagaan (preparedness), respon (response/tanggap darurat), recovery (pemulihan) yang di perlu lakukan secara utuh. Untuk lebih jelas akan dibahas keempat fase siklus manajemen bencana tersebut sebagai berikut:
1.      Fase pertama, yaitu mitigasi. Upaya untuk memperkecil dampak dari bencana, meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat. Ada 2 bentuk mitigasi yang lazim dilakukan yaitu mitigasi struktural dan mitigasi non struktural. (1) Mitigasi struktural merupakan upaya pengurangan risiko bencana (PRB) dengan cara membangun lingkungan fisik dengan menggunakan rekayasa struktur, seperti pembangunan bangunan tahan gempa, pengendalian lingkungan dengan pembuatan kanal banjir, drainase, dan terasering. (2) Mitigasi non-struktural adalah upaya PRB dengan cara merubah prilaku  manusia atau proses alamiah, seperti penyusunan kebijakan, peraturan perundang-undangan, PRB, pendidikan, dan penyadaran masyarakat, modifikasi non-struktural, perubahan perilaku masyarakat. Mitigasi bencana merupakan kegiatan yang sangat penting dalam penanggulangan bencana, karena kegiatan ini merupakan kegiatan sebelum terjadinya bencana yang dimaksudkan untuk mengantisipasi agar dampak yang ditimbulkan dapat dikurangi. Resiko bencana adalah segala potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman mengungsi, kerusakan, atau kehilangan harta dan gangguan kegiatan masyarakat
2.      Fase kedua, yaitu kesiapsiagaan. Merencanakan bagaimana menanggapi bencana dilakukan dalam fase ini. Hal tersebut meliputi: Merencanakan kesiapsiagaan, penilaian kerentanan, kelembagaan, Sistem informasi, basis sumberdaya, membangun sekolah siaga bencana, memasukkkan unsur PRB dalam kurikulum sekolah, Sistem peringatan dini, mekanisme tanggap, pendidikan public dan pelatihan, kesiapan logistic, membuat rencana kontijensi, kemudian diuji coba kesiapsiagaan terhadap bencana. Pada siklus Preparedness (kesiapsiagaan) adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.
3.      Fase ketiga, yaitu respon. Upaya memperkecil kerusakan yang disebabkan oleh bencana, Pencarian dan penyelamatan korban diantaranya: Triage korban bencana dan pemilahan korban, pemeriksaan kesehatan, dan mempersiapkan korban untuk tindakan rujukan. Selain itu juga memfungsikan pos kesehatan lapangan (rumah sakit lapangan), mendistribusikan logistik (obat-obatan, gizi, air bersih, sembako), menyediakan tempat tinggal sementara dan penanganan pos traumatic stress.
4.      Fase keempat, yaitu recovery: tindakan mengembalikan masyarakat ke kondisi normal. Peristiwa ini menfokuskan pada perbaikan sarana dan prasarana, yaitu: rehabilitasi dan rekonstruksi. Adapun rehabilitasi merupakan upaya untuk membantu komunitas memperbaiki rumahnya, mengembalikan fungsi pelayanan umum, perbaikan sarana transportasi, komunikasi, listrik, air bersih dan sanitasi, dan pelayanan pemulihan kesehatan. Selanjutnya rekonstruksi merupakan upaya jangka menengah dan jangka panjang seperti pembangunan kembali sarana dan prasarana, serta pemantapan kemampuan institusi pemerintah, sehingga terjadinya perbaikan fisik, social dan ekonomi untuk mengembalikan kehidupan komunitas pada kondisi yang sama atau lebih baik dari sebelumnya. 

Pengertian Adaptasi Penanggulangan Bencana Alam
Adaptasi bencana adalah penyesuaian sistem alam dan manusiaterhadap stimulus bencana alam nyata atau yang diharapkan tidak ada dampak-dampaknya, yang menyebabkan kerugian atau mengeksploitasi kesempatan-kesempatan yang memberi manfaat.
Adapatsi bencana alam perlu dilakukan mengingat adanya ancaman-ancaman bencana alam yang membahayakan manusia seperti:
Ancaman alamiah
Proses atau fenomena alam berupa tanah longsor, tanah bergerak yang bisa menyebabkan hilangnya nyawa, cidera atau dampak-dampak kesehatan lain, kerusakan harta benda, hilangnya penghidupan dan layanan, gangguan sosial dan ekonomi atau kerusakan lingkungan.
Ancaman biologis
Proses atau fenomena bersifat organik atau yang dinyatakan oleh vektor-vektor biologis termasuk keterpaparan terhadap mikroorganisme yang bersifat patogen, toksin dan bahan-bahan bioaktif yang bisa menghilangkan nyawa, cidera, sakit atau dampak-dampak kesehatan lainnya kerusakan harta benda, hilangnya penghidupan dan layanan, gangguan sosial dan ekonomi atau kerusakan lingkungan.
Ancaman geologis
Proses atau fenomena geologis berupa gempa bumi dan gunung meletus bisa mengakibatkan hilangnya nyawa, cidera atau dampak-dampak kesehatan lain, kerusakan harta benda, hilangnya penghidupan dan layanan, gangguan sosial dan ekonomi atau kerusakan lingkungan.
Ancaman hidrometeorologis
Proses atau fenomena yang bersifat atmosferik, hidrologis atau oseanografis berupa pemanasan global dan tsunami yang bisa mengakibatkan hilangnya nyawa, cidera atau dampak-dampak kesehatan lain, kerusakan harta benda, hilangnya penghidupan dan layanan, gangguan sosial dan ekonomi atau kerusakan lingkungan.
Ancaman sosial-alami
Fenomena meningkatnya kejadian peristiwa-peristiwa ancaman bahaya geofisik dan hidrometeorologis tertentu seperti tanah longsor, banjir, dan kekeringan, yang disebabkan oleh interaksi antara ancaman bahaya alam dengan sumber daya lahan dan lingkungan yang dimanfaatkan secara berlebihan atau rusak

Lembaga penanggulangan bencana alam
A.    Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
BNPB adalah lembaga pemerintah nondepartemen yang dibentuk berdasarkan peraturan presiden nomor 8 Tahun 2008. Tugas BNPB adalah membantu presiden dalam mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penanganan bencana serta melaksanakan penanganan tersebut mulai dari sebelum bencana, pada saat terjadi bencana, dan setelah terjadi bencana.
B.     Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)
PVMBG merupakan salah satu unit kerja Badan Geologi. Badan geologi sendiri merupakan salah satu unit di lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). PVMPG berkantor pusat di Bandung dan mempunyai tugas melaksanakan penelitian, penyelidikan, perekayasaan dan pelayanan di bidang vulkanologi dan mitigasi bencana geologi.
Hubungan antara bencana alam dengan kelembagaan penanggulangan bencana alam
-Apabila di suatu daerah terjadi kenampakan/kerusakan alam yang berhubungan dengan geologi, maka masyarakat melalui pemerintah daerah dapat segera menghubungi PVMPG yang berkantor pusat di Bandung untuk diteliti keadaannya.
-Apabila terjadi bencana alam seperti meletusnya gunung Merapi, keluarnya gas alam di Dieng, tsunami di Aceh, gempa bumi di Tasikmalaya dan Padang atau bencana lainnya, masyarakat melalui pemerintah daerah dapat melaporkan kejadian tersebut ke BNPB dan PVMPB. BNPB bertugas dalam hal melaksanakan penanganan bencana, sedangkan PVMPB bertugas dalam hal mengatasi dam menyelidiki sebab-sebab dan akibat bencana alam yang terjadi.

Karakteristik Bencana Alam
1.      Letusan gunung api
Berikut adalah hasil dari letusan gunung berapi, antara lain :
a.              Gas vulkanik
Gas yang dikeluarkan gunung berapi pada saat meletus. Gas tersebut antara lain Karbon monoksida (CO), Karbon dioksida (CO2), Hidrogen Sulfida (H2S), Sulfur dioksida (S02), dan Nitrogen (NO2) yang dapat membahayakan manusia.
b.              Lava dan aliran pasir serta batu panas
Lava adalah cairan magma dengan suhu tinggi yang mengalir dari dalam Bumi ke permukaan melalui kawah. Lava encer akan mengalir mengikuti aliran sungai sedangkan lava kental akan membeku dekat dengan sumbernya. Lava yang membeku akan membentuk bermacam-macam batuan.
c.              Lahar
Lahar adalah lava yang telah bercampur dengan batuan, air, dan material lainnya. Lahar sangat berbahaya bagi penduduk di lereng gunung berapi.
d.              Hujan Abu
Yakni material yang sangat halus yang disemburkan ke udara saat terjadi letusan. Karena sangat halus, abu letusan dapat terbawa angin dan dirasakan sampai ratusan kilometer jauhnya. Abu letusan ini bisa menganggu pernapasan.
e.              Awan panas
Yakni hasil letusan yang mengalir bergulung seperti awan. Di dalam gulungan ini terdapat batuan pijar yang panas dan material vulkanik padat dengan suhu lebih besar dari 600 °C. Awan panas dapat mengakibatkan luka bakar pada tubuh yang terbuka seperti kepala, lengan, leher atau kaki dan juga dapat menyebabkan sesak napas.

2.      Kebakaran Hutan
Kebakaran Hutan merupakan suatu faktor lingkungan dari api yang memberikan pengaruh terhadap hutan, menimbulkan dampak negatif maupun positif. Kebakaran Hutan yang terjadi adalah akibat ulah manusia maupun faktor alam. Penyebab Kebakaran Hutan yang terbanyak karena tindakan dan kelalaian manusia. Ada yang menyebutkan hampir 90% Kebakaran Hutan disebabkan oleh manusia sedangkan hanya 10% yang disebabkan oleh alam. Pengertian dan definisi lain yang diberikan untuk Kebakaran Hutan adalah suatu keadaan dimana hutan dilanda api sehingga
berakibat timbulnya kerugian ekosistem dan terancamnya kelestarian lingkungan. Upaya pencegahan Kebakaran Hutan merupakan suatu usaha Perlindungan Hutan agar
kebakaran hutan yang berdampak negatif tidak meluas.
Tanda - tanda sebelum kebakaran hutan
  1.  Terjadinya akumulasi asap
  2.  adanya titik api (hot spot)
  3.  Meluasnya kobaran api di lokasi kebakaran
  4.  Adanya loncata api dari permukaan membakar ranting ataupun tajuk, yang semakin besar.

3.      Gempa Bumi
Karakteristik gempa bumi
Gempa bumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi. Akumulasi energi penyebab terjadinya gempabumi dihasilkan dari pergerakan lempeng-lempeng tektonik. Energi yang dihasilkan dipancarkan kesegala arah berupa gelombang gempabumi sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi.
Karakteristik Gempabumi
-                    Berlangsung dalam waktu yang sangat singkat
-                    Lokasi kejadian tertentu
-                    Akibatnya dapat menimbulkan bencana
-                    Berpotensi terulang lagi
-                    Belum dapat diprediksi
-                    Tidak dapat dicegah, tetapi akibat yang ditimbulkan dapat dikurangi
Tipe gempa bumi
a.       Gempa bumi vulkanik ( Gunung Api ) ; Gempa bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus.
b.      Gempa bumi tektonik ; Gempa bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempeng lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempabumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam di bumi, getaran gempa bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian bumi.
c.       Gempa bumi tumbukan ; Gempa bumi ini diakibatkan oleh tumbukan meteor atau asteroid yang jatuh ke bumi, jenis gempa bumi ini jarang terjadi.
d.      Gempa bumi runtuhan ; Gempa bumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah pertambangan, gempabumi jarang terjadi dan bersifat lokal.
e.       Gempa bumi buatan ; Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas dari manusia, seperti peledakan dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan ke permukaan bumi

4.      Banjir
Banjir merupakan peristiwa meluapnya air dari sungai sehingga menggenangi wilayah daratan yang normalnya kering. Banjir umumnya terjadi ketika volume air pada sungai melebihi daya tampung sungai tersebut.
Berdasarkan penyebabnya, banjir dapat dikategorikan dalam empat kategori yaitu:
a.       Banjir yang disebabkan oleh hujan lebat yang melebihi kapasitas penyaluran sistem pengaliran air yang terdiri dari sistem sungai alamiah dan sistem drainase buatan manusia
b.      Banjir yang disebabkan meningkatnya muka air di sungai sebagai akibat pasang laut maupun meningginya gelombang laut akibat badai.
c.       Banjir yang disebabkan oleh kegagalan bangunan air buatan manusia seperti bendungan, bendung, tanggul dan bangunan pengendalian banjir.
d.      Banjir akibat kegagalan bendungan alam atau penyumbatan aliran sungai akibat runtuhnya/longsornya tebing sungai.
Pada umumnya banjir yang berupa genangan maupun banjir bandang bersifat merusak. Aliran arus air yang cepat dan bergolak dapat mengakibatkan korban jiwa karena aliran air yang sangat deras dan besar dapat membuat orang hanyut atau tenggelam. Aliran air yang membawa material tanah yang halus akan mampu manyeret material yang lebih berat sehingga daya rusaknya akan lebih tinggi. Banjir mampu merusak pondasi bangunan, pondasi jembatan dan lainnya yang dilewati sehingga menyebabkan kerusakan parah pada bangunan tersebut bahkan mampu merobohkan bangunan dan mampu menghanyutkannya.

5.      Tsunami
Tsunami berasal dari bahasa Jepang. “tsu” berarti pelabuhan, “nami” berarti gelombang sehingga secara umum diartikan sebagai pasang laut yang besar di pelabuhan.
Ada beberapa penyebab terjadinya tsunami:
a.       Bempabumi yang diikuti dengan dislokasi/perpindahan masa tanah/batuan yang sangat besar di bawah air (laut/danau).
b.      Tanah longsor di bawah tubuh air/laut
c.       Letusan gunung api di bawah laut dan gunung api pulau
Besar kecilnya gelombang tsunami sangat ditentukan oleh karakteristik gempa bumi yang memicunya. Besar kecilnya tsunami yang yang terjadi di samping tergantung pada bentuk morfologis pantai juga dipengaruhi oleh karakteristik sumber gangguan implusif yang ditimbulkannya. Karakteristik gelombang tsunami meliputi energi, magnitudo, kedalaman pusat gempa, mekanisme fokus dan luas rupture area.
Beberapa karakteristik Tsunami, antara lain :
a.       Tinggi gelombang tsunami di tengah lautan mencapai lebih kurang 5 meter. Serentak sampai pantai tinggi gelombang ini dapat mencapai 30 meter.
b.      Panjang gelombang tsunami (50-200 km) jauh lebih besar dari pada gelombang pasang laut (50-150 m). Panjang gelombang tsunami ditentukan oleh kekuatan gempa, sebagai contoh gempabumi tsunami dengan kekuatan magnitude 7-9 panjang gelombang tsunami berkisar 20-50 km dengan tinggi gelombang 2 m dari permukaan laut.
c.       Periode waktu gelombang tsunami yang berkekuatan tinggi hanya berperiode durasi gelombang sekitar 10-60 menit, sedangkan gelombang pasang bisa berlangsung lebih lama 12-24 jam.
d.      Cepat rambat gelombang tsunami sangat tergantung pada kedalaman laut, bila kedalaman laut berkurang setengahnya, maka kecepatan berkurang tiga perempatnya.
_____________________________HUD____________________________