BAHAN UB GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP T.A 2015/2016
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“SEBETULNYA, CARA MENDAPATKAN HASIL ITULAH YANG LEBIH
PENTING DARIPADA HASIL ITU SENDIRI”
-TAN MALAKA-
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
KD 5
Atmosfer
A.
Struktur Lapisan Atmosfer dan Pemanfaatannya
Pengertian
atmosfer : Berasal dari bahasa Yunani, yaitu atmos (uap) dan shpaira
(bola/bumi). Jadi, atmosfer mempunyai pengertian selubung berwujud gas yang
mengelilingi bumi
Komposisi
atmosfer : Atmosfer terdiri dari berbagai macam gas. Ketebalan atmosfer
mencapai 10.000 km dari permukaan laut. Makin tinggi, lapisan udara makin
tipis. Dalam keadaan kering susunan udara adalah sebagai berikut :
1. Nitrogen = 78,08%
2. Oksigen = 21%
3. Karbondioksida = 0,03%
Atmosfer
mempunyai beberapa sifat antara lain sebagai berikut :
·
Tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak dapat
dirasakan kecuali bentuk angin.
·
Dinamis dan elastis atau dapat mengembang atau
mengerut.
·
Transparan terhadap beberapa bentuk radiasi.
·
Mempunyai berat sehingga memiliki tekanan.
Perubahan Iklim Global dan Dampaknya
Terhadap Kehidupan.
Adanya perubahan
kondisi iklim dunia terutama meningkatnya temperatur di bumi salah satunya
disebabkan oleh aktivitas manusia yang berupa meningkatnya kadar CO2
karbondioksida sebagai hasil pembakaran fosil (sisa-sisa tumbuh-tumbuhan, di
samping CO2, unsur kimia yang dapat menyebabkan terjadinya green house effect
(efek rumah kaca) yaitu: chloroflorocarbons (CFC), methane (CH4), nitrous
oksida (N2O), ledakan nuklir dan ledakan gunung api. Sedangkan,
Chlorofluorocarbons / CFC dianggap menjadi penyebab utama penipisan ozon.
istilah penipisan ozon berarti penurunan kuantitas ozon di startosfer bumi.
hilangnya ozon di stratosfer bagian bawah pertama kali tercatat di Antartika
pada 1970-an. Atmosfer bumi terdiri dari banyak lapisan dan bentuk ozon ada di
stratosfer. Chlorofluorocarbons (CFC) untuk kuantitas kecil terdapat pada atau
digunakan di Air Conditioner (AC) dan aerosol.
Gas rumah kaca adalah gas-gas yang ada di atmosfer yang menyebabkan efek
rumah kaca. Gas-gas tersebut sebenarnya muncul secara alami di lingkungan,
tetapi dapat juga timbul akibat aktivitas manusia. Perubahan tata guna lahan dan kegiatan kehutanan menjadi sumber gas rumah kaca yang paling banyak. Selain itu, uap air yang mencapai atmosfer akibat penguapan air dari laut, danau dan sungai.
Karbondioksida (CO2) adalah gas terbanyak kedua, yang timbul dari berbagai
proses alami seperti: letusan vulkanik; pernapasan hewan dan manusia (yang
menghirup oksigen dan menghembuskan karbondioksida); dan pembakaran material
organik (seperti tumbuhan).
Lapisan-Lapisan
Atmosfer
1. Troposfer
Troposfer
merupakan lapisan terbawah dari atmosfer, yaitu pada ketinggian 0 -
10km di atas permukaan
bumi. Pada lapisan ini tinggi rendahnya suatu tempat di permukaan Bumi
berpengaruh terhadap suhu udaranya.
2.
Stratosfer
Lapisan ke 2 atmosfer adalah lapisan stratosfer. Stratosfer terletak pada ketinggian antara 10 - 40 km dari permukaan
bumi. Pada lapisan ini angin yang sangat kencang terjadi dengan
pola aliran yang tertentu. Disini juga tempat terbangnya
pesawat yang
menggunakan mesin jet. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari gangguan cuaca.
3. Mesosfer
Lapisan
ketiga dari atmosfer adalah mesosfer. Mesosfer terletak pada ketinggian antara 40 - 70 km dari permukaan bumi. Mesosfer mempunyai suatu lapisan ion atau
udara yang bermuatan listrik yang disebut lapisan D yang terletak pada ke
tinggian 50-70 km di atas bumi.
4. Termosfer
(ionosfer)
Termosfer
terletak pada ketinggian antara 70-400 km di permukaan bumi. Dinamai termosfer karena terjadi kenaikan temperatur yang cukup
tinggi pada lapisan ini yaitu sekitar 1982oC. Sedangkan mengapa dinamai
inosfer? Karena radiasi ultra violet menyebabkan
reaksi kimia sehingga membentuk lapisan bermuatan listrik. Lapisan ini mengandum ozon dan
karbon dioksiad.
5. Eksosfer
Eksosfer
terletak pada ketinggian antara 400 km atau lebih dari permukaan bumi. Lapisan
atmosfer ini yang merupakan batas terluar membentang ke dalam angkasa dan
menyatu dengan atmosfer dan radiasi matahari. Gas di daerah ini amat sangat
tipis. Hidrogen merupakan unsur penyusun paling utama.
Gejala gejala yang terjadi di
lapisan Atmosfer
1.
Pelangi
Pelangi
terjadi karena sinar matahari jatuh pada titik-titik air hujan, yang
mengakibatkan berkas sinar matahari tersebut dibiaskan dan dipantulkan menjadi
spectrum warna (spectrum radiasi) oleh titik air hujan.
2. Halo
Halo adalah lingkaran
sinar putih disekeliling bulan atau matahari, namun yang sering kita lihat
adalah halo bulan karena pada waktu malam langit terihat gelap. Halo sangat
jelas terlihat ketika bulan bersinar terang setelah sore harinya terjadi hujan.
3. Aurora
Yaitu cahaya
yang bersinar pada malam hari di langit sekitar wilayah lingkaran kutub (cahaya
kutub). Terbentuk jika
partikel-partikel bermuatan listrik dari bintik-bintik matahari mengalir kea
rah bumi yang tertarik oleh gaya geomagnetic utara dan selatan bumi. Aurora
yang bersinar di kutub utara dinamakan AURORA BOREALIS, sedangkan yang bersinar
di kutub selatan dinamakan AURORA AUSTRALIS.
4. Fatamorgana
Fatamorgana
merupakan sebuah fenomena di mana optik yang biasanya terjadi di tanah lapang
yang luas seperti padang pasir atau padang es. Fatamorgana adalah pembiasan
cahaya melalui kepadatan yang berbeda, sehingga bisa membuat sesuatu yang tidak
ada menjadi seolah ada.
Cuaca dan
Iklim :
§
Cuaca adalah
rata-rata keadaan udara pada suatu saat di suatu tempat. Ilmu yang mempelajari
cuaca dinamakan meteorologi.
§
Iklim adalah
keadaan rata-rata cuaca pada tempat yang luas dan dalam waktu yang lama (10–30
tahun). Ilmu yang mempelajari iklim disebut klimatologi.
Unsur-unsur
Pembentuk Cuaca dan Iklim :
1. Suhu
2. Kelembapan
3. Curah hujan
4. Angin
5. Tekanan udara
6. Penyinaran matahari
1.
Suhu
§
panas
dinginnya udara.
§
Alat
pengukur suhu disebut termometer.
§
Pada umumnya
suhu di permukaan bumi dipengaruhi oleh banyak-sedikitnya panas matahari.
2. Kelembapan
§
Kelembapan/lengas
udara: jumlah uap air yang terkandung dalam udara. Alat pengukur kelembapan
disebut higrometer.
§
Jenis
kelembapan :
1.
Kelembapan relatif/nisbi: perbandingan jumlah uap air yang dikandung dengan
jumlah maksimal uap air yang dapat dikandung pada suhu dan tekanan yang sama.
2.
Kelembapan mutlak/absolut: jumlah uap air setiap 1 m3udara (gram/m3).
3.
Curah hujan
§
Curah hujan:
banyaknya hujan yang jatuh.
§
Jenis-jenis
Hujan :
1. Hujan Zenithal. Hujan yang
disebabkan karena uap air naik secara vertikal. Hal ini disebabkan karena
adanya pemanasan matahari dalam jumlah besar sehingga udara renggang kemudian
uap air naik biasanya terjadinya di daerah tropis (equator).
2. Hujan Orografis (Hujan Gunung).
Hujan yang terjadi di lereng gunung.
3. Hujan Frontal (Hujan Depresi). Hujan
yang terjadi pada bidang front, yang mana masa udaranya panas naik ke atas
massa udara dingin. Hujan frontal sering terjadi di daerah lintang sedang.
4. Hujan Sinklonal. Hujan yang terjadi
karena udara panas naik dan disertai angin siklon. Hujan siklonal terjadi di
daerah sedang.
5. Hujan Musim. Hujan yang terjadi
karena angin muson yang lembab naik ke darat atau pegunungan.
4.
Angin
§
Angin: udara
yang bergerak dari daerah bertekanan tinggi → rendah. Alat pengukur kecepatan
angin: anemometer.
§
Angin
lokal terdapat 3 macam yaitu:
1.
Angin
Darat Angin Laut
Angin darat
adalah angin yang bertiup dari arah darat ke arah laut yang umumnya terjadi
pada saat malam hari dari jam 20.00 sampai dengan jam 06.00. Angin jenis ini
bermanfaat bagi para nelayan untuk berangkat mencari ikan dengan perahu
bertenaga angin sederhana demi sesuap nasi.Angin laut adalah angin yang bertiup
dari arah laut ke arah darat yang umumnya terjadi pada siang hari dari pukul
09.00 sampai dengan pukul 16.00. Angin ini biasa dimanfaatkan para nelayan
untuk pulang dari menangkap ikan di laut.
2.
Angin
Gunung dan Angin Lembah
Angin gunung adalah angin yang bertiup
dari puncak gunung ke lembah gunung yang terjadi pada malam hari. Angin lembah
adalah angin yang bertiup dari arah lembah ke arah puncak gunung yang biasa
terjadi pada siang hari.
3.
Angin
Fohn (Angin Jatuh)
Angin fohn adalah angin yang bertiup
pada suatu wilayah dengan temperatur dan kelengasan yang berbeda. Angin fohn
terjadi karena ada gerakan massa udara yang naik pegunungan yang tingginya
lebih dari 200 meter di satu sisi lalu turun di sisi lain.
Angin Jatuh atau
Angin Terjun punya banyak nama :
- Angin gending di Jawa Timur
- Angin bahorok di Sumatera Utara
- Angin barubu / Brubu di Sulawesi Selatan
- Angin kumbang di Jawa Barat
- Angin wambrau di Papua / Irian Jaya
- Angin gending di Jawa Timur
- Angin bahorok di Sumatera Utara
- Angin barubu / Brubu di Sulawesi Selatan
- Angin kumbang di Jawa Barat
- Angin wambrau di Papua / Irian Jaya
5.
Tekanan udara
§
Tekanan
udara adalah tekanan yang diberikan oleh udara (karena beratnya) kepada setiap
luas 1 cm2 bidang datar di permukaan bumi sampai batas atmosfer. Alat pengukur
tekanan udara disebut barometer. Semakin tinggi tempat semakin kecil tekanan
udaranya.
6.
Penyinaran matahari
§
Penyinaran
matahari: intensitas sinar matahari yang jatuh ke bumi. Alat pengukur besarnya
penyinaran matahari disebut solarimeter.
B.
Awan
§
Udara di
sekeliling kita banyak mengandung uap air. Tidak terhitung banyaknya gelembung
udara yang terbentuk oleh busa laut secara terus-menerus dan menyebabkan
partikel-partikel air terangkat ke langit. Partikel-partikel yang disebut
dengan aerosol inilah yang berfungsi sebagai perangkap air dan selanjutnya akan
membentuk titik-titik air. Menurut morfologinya awan dibagi menjadi tiga jenis
yaitu:
1.
Cirrus
Adalah awan tinggi dengan bentuk seperti
serabut atau bulu halus
2.
Cumulus
Adalah awan yang berbentuk seperti
gumpalan berwarna putih atau kelabu
3.
Stratus
Adalah awan yang berbentuk seperti
lembaran tipis yang seragam dan berwarna putih atau gelap
Menurut ketinggiannya, awan dibagi menjadi:
Awan tinggi
Awan tinggi
1. Cirrus
Adalah awan tipis berwarna putih dengan bentuk seperti serabut atau bulu halus dan memiliki batas yang tidak jelas, awan ini menandakan cuaca yg agak cerah.
Adalah awan tipis berwarna putih dengan bentuk seperti serabut atau bulu halus dan memiliki batas yang tidak jelas, awan ini menandakan cuaca yg agak cerah.
2. Cirrocumulus
Adalah awan yang berbentuk seperti sisik ikan atau bulu domba, berwarna putih berkilau apabila terkena cahaya matahari.
Adalah awan yang berbentuk seperti sisik ikan atau bulu domba, berwarna putih berkilau apabila terkena cahaya matahari.
3. Cirrostratus
Adalah awan yang berbentuk serabut atau lembaran tipis yg apabila menutupi matahari dapat menimbulkan halo, awan cirrostratus yang cukup tebal dapat menghasilkan hujan ringan.
Adalah awan yang berbentuk serabut atau lembaran tipis yg apabila menutupi matahari dapat menimbulkan halo, awan cirrostratus yang cukup tebal dapat menghasilkan hujan ringan.
Awan Sedang
1. Altocumulus
Adalah awan yang berbentuk seperti gumapalan kecil/besar yang berwarna putih atau kelabu, awan ini pada umumnya tidak menimbulkan hujan, tetapi awan altocumulus yang cukup tebal dapat menimbulkan hujan ringan.
Adalah awan yang berbentuk seperti gumapalan kecil/besar yang berwarna putih atau kelabu, awan ini pada umumnya tidak menimbulkan hujan, tetapi awan altocumulus yang cukup tebal dapat menimbulkan hujan ringan.
2. Altostratus
Adalah awan yang berbentuk seperti lembaran tipis yang seragam dan berwarna putih atau kelabu gelap, awan altostratus yang cukup tebal mampu menimbulkan hujan dalam waktu lama.
Adalah awan yang berbentuk seperti lembaran tipis yang seragam dan berwarna putih atau kelabu gelap, awan altostratus yang cukup tebal mampu menimbulkan hujan dalam waktu lama.
Awan rendah
1. Stratus
Adalah awan yang berbentuk seperti lembaran yang seragam dan berwarna putih atau kelabu dan terbentuk oleh udara yang stabil.
Adalah awan yang berbentuk seperti lembaran yang seragam dan berwarna putih atau kelabu dan terbentuk oleh udara yang stabil.
2. Stratocumulus
Adalah awan yang berbentuk seperti gumpalan yanng melebar dan membentuk lembaran berwarna putih atau kelabu gelap dan menutupi seruluh langit, awan ini dapat menimbulkan hujan disertai dengan angin.
Adalah awan yang berbentuk seperti gumpalan yanng melebar dan membentuk lembaran berwarna putih atau kelabu gelap dan menutupi seruluh langit, awan ini dapat menimbulkan hujan disertai dengan angin.
3. Nimbostratus
Adalah Awan yang luas, biasanya muncul dalam keadaan gelap dan tidak berbentuk serta sebagian telah merupakan hujan.
Adalah Awan yang luas, biasanya muncul dalam keadaan gelap dan tidak berbentuk serta sebagian telah merupakan hujan.
Jenis-Jenis Iklim
Iklim menurut F. Junghuhn
Junghuhn mengklasifikasikan iklim
menurut suhu dan ketinggian tempat serta kesesuaiannya untuk jenis tanaman
tertentu. Ia membagi iklim sebagai berikut.
- Daerah Panas dengan ketinggian 0-600 m dpl
- Daerah sedang dengan ketinggian 600 m-1.500 m dpl
- Daerah sejuk dengan ketinggian 1.500 m-2.500 m dpl
- Daerah dingin dengan ketinggian di atas 2.500 m dpl.
Iklim menurut W. Koppen
Klimatologi asal jerman bernama W.
Koppen pada tahun 1981 mengklasifikasikan iklim untuk seluruh dunia berdasarkan
kelembaban dan temperature.
Pembagian iklim menurut W. Koppen adalah sebagai berikut :
- Iklim khatulistiwa
- Iklim kering.
- Iklim sedang
- Iklim dingin.
Iklim menurut Schmidt dan Ferguson
Pembagian tipe iklim ini
berdasarkan banyaknya curah hujan tiap-tiap bulan, yakni membandingkan jumlah
rata-rata bulan kering dan rata-rata jumlah bulan basah dikalikan 100%.
Dikatakan bulan kering apabila rata-rata curah hujan sebulan kurang dari 60 mm.
Disebut bulan lembab apabila curah hujan dalam sebelan antara 60 mm-100 mm dan
bulan basah jika curah hujan dalam sebulan lebih dari 100 mm.
Iklim Oldeman
Oldeman
membuat sistem baru dalam klasifikasi iklim yang dihubungkan dengan pertanian
menggunakan unsur iklim hujan. Ia membuat dan menggolongkan tipe-tipe iklim di
Indonesia berdasarkan pada kriteria bulan-bulan basah dan bulan-bulan kering
secara berturut-turut. Kriteria dalam klasifikasi iklim didasarkan pada
perhitungan bulan basah (BB), bulan lembab (BL) dan bulan kering (BK) dengan
batasan memperhatikan peluang hujan, hujan efektif dan kebutuhan air tanaman.
Bulan
Basah (BB) : Bulan dengan rata-rata curah hujan lebih dari 200 mm
Bulan Lembab (BL) : Bulan dengan rata-rata curah hujan 100-200 mm
Bulan Kering (BK) : Bulan dengan rata-rata curah hujan kurang dari 100 mm
Bulan Lembab (BL) : Bulan dengan rata-rata curah hujan 100-200 mm
Bulan Kering (BK) : Bulan dengan rata-rata curah hujan kurang dari 100 mm
EL NINO DAN LA NINA
El
Nino
El
Nino
adalah gejala gangguan iklim yang diakibatkan oleh naiknya suhu atau perbedaan tekanan permukaan laut Samudera Pasifik sekitar
khatulistiwa bagian tengah dan timur. Naiknya suhu di Samudera Pasifik ini
mengakibatkan perubahan pola angin dan curah hujan yang ada di atasnya. Pada
saat normal hujan banyak turun di Australia dan Indonesia, namun akibat El Nino
ini hujan banyak turun di Samudera Pasifik sedangkan di Australia dan Indonesia
menjadi kering.
La
Nina
La
Nina
adalah gejala gangguan iklim yang diakibatkan suhu permukaan laut Samudera
Pasifik dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Akibat dari La Nina adalah hujan
turun lebih banyak di Samudera Pasifik sebelah barat Australia dan Indonesia.
Dengan demikian di daerah ini akan terjadi hujan lebat dan banjir di mana-mana.
KD 6
Hidrosfer
A.
Siklus Hidrologi
Di permukaan
bumi air selalu berputar menurut siklus yang terjadi. Siklus hidrologi di bagi
menjadi tiga yaitu :
- Siklus pendek/kecil : yaitu air laut yag munguap, terkondensasi, membentuk awan dan turun hujan dilaut. Intinya air dari laut langsung kembali ke laut.
- Siklus sedang : yaitu penguapan air laut, sungai, rawa, atau danau terkondensasi menjadi awan, terbawa kedaratan dan turun hujan lalu mengalir ke selokan, sungai, danau, dan kembali ke laut. Intinya air dari laut, turun di darat, kembali lagi ke laut.
- Siklus panjang : Ar laut, dan daratan, termasuk respirasi tumbuh – tumbuhan menguap menjadi awan dan hujan. Air hujan sebagian masuk ke tanah menjadi air tanah, diserap tumbuh – tumbuhan, ada yang turun hujan sebagai salju dan akan mencair sedikit demi sedikit dalam waktu yang lama dan akhirnya kembali ke laut. Intinya air dari laut, turun di puncak gunung turun sebagai air tanah, ke darat dan kembali lagi ke laut.
Istilah
istilah dalam siklus hidrologi:
Evaporasi/Penguapan
Transformasi atau perubahan bentuk air dari cair ke fase gas secara langsung.Sumber energy untuk penguapan adalah energy panas matahari.Sedangkan air yang diuapkan berasal dari tempat –tempat penampungan air seperti sungai, reservoir, danau, waduk, laut ataupun samudra.
Transformasi atau perubahan bentuk air dari cair ke fase gas secara langsung.Sumber energy untuk penguapan adalah energy panas matahari.Sedangkan air yang diuapkan berasal dari tempat –tempat penampungan air seperti sungai, reservoir, danau, waduk, laut ataupun samudra.
Transpirasi
Transpirasi adalah evaporasi atau penguapan air yang terkandung dalam tumbuhan
Transpirasi adalah evaporasi atau penguapan air yang terkandung dalam tumbuhan
Evapotranspirasi
Evaporasi adalah perpaduan evaporasi dan transpirasi
Evaporasi adalah perpaduan evaporasi dan transpirasi
Kondensasi
Kondensasi adalah proses perubahan wujud uap air menjadi titik-titik air sebagai hasil pendinginan.
Kondensasi adalah proses perubahan wujud uap air menjadi titik-titik air sebagai hasil pendinginan.
Presipitasi
Presipitasi adalah segala bentuk curahan air atau hujan.Sebagian besar presipitasi terjadi sebagai hujan air, namun ada juga presipitasi yang berupa hujan salju, hujan es (hail), kabut menetes (fog drip), graupel, dan hujan es (sleet).
Presipitasi adalah segala bentuk curahan air atau hujan.Sebagian besar presipitasi terjadi sebagai hujan air, namun ada juga presipitasi yang berupa hujan salju, hujan es (hail), kabut menetes (fog drip), graupel, dan hujan es (sleet).
Infiltrasi
Infiltrasi adalah air yang jatuh ke permukaan tanah dan meresap ke dalam tanah.
Infiltrasi adalah air yang jatuh ke permukaan tanah dan meresap ke dalam tanah.
Perkolasi
Perkolasi adalah air yang meresap terus sampai ke kedalaman tertentu hingga mencapai air tanah atau groundwater
Perkolasi adalah air yang meresap terus sampai ke kedalaman tertentu hingga mencapai air tanah atau groundwater
Limpasan
(runoff)
Air yang mengalir di atas permukaan tanah melalui parit, sungai, hingga menuju ke laut. Ini mencakup baik limpasan permukaan (surface runoff) dan limpasan saluran (channel runoff).
Air yang mengalir di atas permukaan tanah melalui parit, sungai, hingga menuju ke laut. Ini mencakup baik limpasan permukaan (surface runoff) dan limpasan saluran (channel runoff).
B.
JENIS – JENIS PERAIRAN.
Perairan yang
ada di permukaan bumi ada 2 yaitu perairan darat dan peraran laut.. Macam –
macam perairan darat sebagai berikut :
a)
Sungai
Sungai
memiliki bentuk-bentuk yang berbeda antara bagian yang satu dengan bagian yang
lain. Secara umum, sebuah sungai bisa dibagi menjadi tiga bagian. Bagian atas
(hulu), tengah, dan bawah (hilir). Setiap bagian ini memiliki ciri khas,
bentuk, dan aktivitasnya sendiri sendiri.
1. Bagian Hulu
1. Bagian Hulu
Bagian
hulu merupakan bagian awal dari sebuah sungai. Biasanya bagian ini terletak di
pegunungan. Pada bagian ini, lembah sungai memiliki bentuk menyerupai huruf V.
Ciri cirinya adalah, sungai sungai dibagian hulu memiliki aliran yang sangat
deras dan sungai sungainya lumayan dalam. Hal ini di karenakan karena leteknya
yang di daerah pegunungan yang memiliki kemiringan cukup curam. Sehingga air
akan sangat cepat untuk mengalir ke bawah. Proses yang terjadi disini adalah
proses erosi. Proses erosi sendiri diakibatkan oleh aliran yang sangat deras
tadi. Karena aliran ini juga lah, air akan menggerus sungai dengan sangat
cepat, sehingga lembah sungai ini membentuk huruf V.
2. Bagian Tengah
Bagian
tengah adalah lanjutan dari bagian hulu tadi. Bagian tengah biasanya memiliki
cirri lembah sungai membentuk huruf U. Hal ini dikarenakan kondisi lokasinya
yang tidak curam lagi, melainkan landai. Hal ini mengakibatkan aliran air tidak
begitu deras. Karena air tidak terlalu deras, maka proses erosi disini sidah
tidak begitu dominan. Masih ada proses erosi, tetapi itu kecil sekali. Proses
yang dominan terjadi di daerah ini adalah transportasi. Maksudnya adalah, hasil
dari erosi yang terjasi di bagian hulu tadi, dibawa oleh air menuju ke daerah
bawahnya, kearah hulu.
3. Bagian Hilir
Bagian
hilir adalah bagian sungai terakhir, yang akhirnya bagian ini akan mengantar
sungai itu ke laut (muara). Ciri cirri bagian ini adalah, lembah sungai disini
tidak berbentuk V atau U lagi, tetapi lebih menyerupai huruf U yang lebar.
Sungai di daerah hilir ini biasanya sudah ber-meander (Berliku liku). Di daerah
ini proses yang dominan adalah sedimentasi. Artikel partikel hasil erosi di
bagian hulu, yang kemudian di transportasi di bagian tengah, akan di endapkan
di bagian hilir ini. Jika sungai bermuara di laut yang permukaan bawah lautnya
landai, dan arus / gelombangnya tidak besar, maka kemungkinan akan terbentuk
delta.
Jenis –jenis
sungai yang ada sebagai berikut :
a.
Berdasarkan sumbernya :
- Sungai mata air : sumbernya berasal dari mata air
- Sungai hujan : sumbernya berasal dari air hujan
- Sungai gletser : sumber airnya berasal dari es yang mencair
- Sungai campuran : sumber airnya berasal dari campuran mata air, gletser dan hujan.
b. Berdasar
keadaan airnya :
- Sungai permanen : sepanjang tahun airnya relatif tetap besar.
- Sungai periodik : airnya pada musim hujan banyak sedangkan musim kemarau berkurang.
- Sungai episodik : airnya kering pada musim kemarau dan ada pada musim hujan.
c. Berdasarkan
arah alirannya.
- Sungai konsekuen : arah alirannya sesuai dengan kemiringan lereng yang dilaluinya.
- Sungai subsekuen : arah alirannya tegak lurus dengan sungai konsekuen dan muaranya pada sungai konsekuen.
- Sungai obsekuen : arah alirannya berlawanan arah dengan sungai konsekuen ( kemiringan lereng) dan bermuara atau anak sungai subsekuen.
- Sungai resekuen : arah alirannya mengikuti kemiringan lereng batuan tetapi bermuara di sungai subsekuen.
- Sungai insekuen : arah dan pola alirannya tidak menentu, tidak mengikuti kemiringan lereng,
Pola Aliran Sungai

b)
Danau
Danau adalah
tempat berkumpulnya air pada cekungan tertentu yang berasal dari air hujan,
sungai, gletser, air tanah, maupun mata air, dan sudah ada perbedaan suhu pada
air tersebut.
Jenis –
jenis danau sebagai berikut :
a.
Berdasarkan jenis airnya.
1. Danau air
asin: danau yang airnya asin, terletak didaerah panas yang intensitas
penguapannya sangat besar. Contoh : Danau Merah.
2. Danau air
tawar : danau yang airnya berupa air tawar, terdapat pada daerah basah (banyak
hujan). Contoh : danau –danau yang ada di Indonesia ( Danau Toba, Danau
Singkarak dan lain – lain)
b.
Berdasarkan terjadinya
1. Danau Tektonik
Danau
yang terjadi akibat adanya peristiwa tektonik seperti gempa. Akibat gempa
terjadi proses patahan (fault) pada permukaan tanah. Permukaan tanah yang patah
mengalami pemerosotan atau ambles (subsidence) dan menjadi cekung. Selanjutnya
bagian yang cekung karena ambles tersebut terisi air dan terbentuklah danau. Contoh: danau
Poso, danau Tempe, danau Tondano, dan danau Towuti di Sulawesi. Danau Singkarak,
danau Maninjau, dan danau Takengon di Sumatera.
2. Danau Vulkanik
Danau
yang terdapat pada kawah lubang kepunden bekas letusan gunung berapi. Ketika
gunung meletus batuan yang menutup kawasan kepunden rontok dan meninggalkan
bekas lubang di sana. Ketika terjadi hujan lubang tersebut terisi air dan
membentuk sebuah danau. Contoh: Danau
Kelimutu di Flores, Kawah Bromo, danau gunung Lamongan di Jawa Timur, danau
Batur di Bali danau Kerinci di Sumatera Barat serta Kawah gunung Kelud.
3.
Danau Tektono-Vulkanik
Danau
yang terjadi akibat proses gabungan antara proses vulkanik dengan proses
tektonik. Ketika gunung berapi meletus, sebagian tanah/batuan yang menutupi
gunung patah dan merosot membentuk cekungan. Selanjutnya cekungan tersebut
terisi air dan terbentuklah danau. Contoh: danau
Toba di Sumatera Utara
4.
Danau Karst
Danau
yang terdapat di daerah berbatu kapur. Danau jenis ini terjadi akibat adanya
erosi atau pelarutan batu kapur. Bekas erosi membentuk cekungan dan cekungan
terisi air sehingga terbentuklah danau. Contoh : Doline, Uvala
5.
Danau Glasial
Danau
yang terjadi karena adanya erosigletser. Pencairan es akibat erosi mengisi
cekungan-cekungan yang dilewati sehingga terbentuk danau. Contohnya
danau yang terdapat di perbatasan antara Amerika dengan Kanada yaitu danau
Superior, danau Michigan dan danau Ontario.
6.
Waduk atau Bendungan
Danau
yang sengaja dibuat oleh manusia. Pembuatan waduk biasanya berkaitan dengan
kepentingan pengadaan listrik tenaga air, perikanan, pertanian dan rekreasi. Contoh: Saguling, Cirata dan
Jatiluhur, Darma di Jawa Barat,
c)
Rawa
Rawa
(swamp/marsh) merupakan daerah bertanah basah yang selalu digenangi air secara
alami karena sistem drainase (pelepasan air) yang jelek atau letaknya lebih
rendah dari daerah sekelilingnya.
Ciri – ciri
rawa sebagai berikut :
- Air bersifat asam karena selalu tergenang air.
- Tanaman air banyak menutupi permukaannya.
- Airnya keruh dan warna mendekati merah.
- Pada dasar rawa terdapat tanaman gambut.
Berdasarkan
lokasi terjadinya
Jenis rawa
berdasarkan lokasi terjadinya adalah sebagai berikut:
- Rawa pantai, yakni rawa yang terdapat di pinggir pantai. Rawa ini selalu dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Proses terjadinya karena bagian-bagian rendah di pinggir laut selalu digenangi air laut. Tanaman yang dapat tumbuh antara lain pohon bakau. Contoh: rawa-rawa pantai di teluk Bone Sulawesi Selatan.
- Rawa payau, yakni rawa yang terdapat di muara sungai dan dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut. Rawa payau terjadi karena bagian rendah di sekitar muara sungai selalu tergenang akibat peluapan air sungai dan pasang surutnya air laut. Rawa seperti ini banyak ditumbuhi rumput-rumputan dan pohon-pohon yang tahan air seperti kayu ulin, bakau, dan sebagainya. Di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, rawa seperti ini banyak dijadikan oleh penduduk dan pemerintah sebagai wilayah persawahan pasang surut.
- Rawa sungai, yakni rawa yang terjadi karena di bagian sisi kiri-kanan sungai terdapat daerah-daerah yang rendah di mana air sungai selalu menggenanginya. Rawa seperti ini banyak terdapat pada wilayah-wilayah pedalaman sungai di Kalimantan dan bagian timur pulau Sumatera. Contoh: rawa-rawa di sungai Musi antara Kota Palembang sampai Kota Sebayu (Sumatera Selatan), rawa-rawa sungai Mahakam antara Muara Kaman sampai Muara Amuntai dan Kahala di Kalimantan Timur.
- Rawa cekungan, yakni rawa yang terdapat pada daerah-daerah cekungan tertentu yang selalu terisi air. Terjadinya cekungan karena penurunan atau pengangkatan oleh kekuatan endogen di sekeliling cekungan. Contoh, rawa Pening di Jawa Tengah.
- Rawa danau, yakni rawa yang terjadi akibat pasang surut-nya air danau. Pada musim hujan, danau menggenangi daerah sekitarnya dan pada musim kemarau air danau surut. Di daerah sekeliling danau yang mengalami pasang surut itulah terbentuk rawa danau. Contoh, rawa di sekitar danau Tempe.
d)
Air Tanah
Air
tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat didalam ruang antar
butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan bergabung membentuk lapisa
tanah yang disebut akuifer. Atau air tanah adalah semua air yang terdapat dalam
ruang batuan dasar atau regolith. Dapat juga disebut aliran yang secara alami
mengalir ke permukaan tanah melalui pancaran atau rembesan.
Lapisan yang
dapat menangkap dan meloloskan air disebut akuifer. Berdasarkan litologinya,
akuifer dapat dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:
a.
Akuifer bebas atau akuifer tidak tertekan (Unconfined Aquifer)
Akuifer
bebas atau akuifer tak tertekan adalah air tanah dalam akuifer tertutup lapisan
impermeable, dan merupakan akuifer yang mempunyai muka air tanah. Unconfined
Aquifer adalah akuifer jenuh air (satured). Lapisan pembatasnya yang merupakan
aquitard, hanya pada bagian bawahnya dan tidak ada pembatas aquitard (sebuah
zona material bumi yang memegang air tapi tidak dapat mengirimnya secara
cepat untuk memompanya dari sumur) di lapisan atasnya, batas di lapisan atas
berupa muka air tanah. Permukaan air tanah di sumur dan air tanah bebas adalah
permukaan air bebas, jadi permukaan air tanah bebas adalah batas antara zone
yang jenuh dengan air tanah dan zone yang aerosi (tak jenuh) di atas zone yang
jenuh. Akuifer jenuh disebut juga sebagai phriatic aquifer, non artesian
aquifer atau free aquifer.
b.
Akuifer tertekan (Confined Aquifer)
Akuifer
tertekan adalah suatu akuifer dimana air tanah terletak di bawah lapisan kedap
air (impermeable) dan mempunyai tekanan lebih besar daripada tekanan atmosfer. Terbentuk
ketika air tanah dalam dibatasi oleh lapisan kedap air sehingga tekanan di
bawah lapisan kedap air lebih besar daripada tekanan atmosfer. Jika orang
mengebor tanah dan menjumpai air tanah ini, air akan keluar menyembur
c.
Akuifer bocor (Leakage Aquifer)
Akuifer
bocor dapat didefinisikan suatu akuifer dimana air tanah terkekang di bawah
lapisan yang setengah kedap air sehingga akuifer di sini terletak antara
akuifer bebas dan akuifer terkekang.
d. Akuifer melayang (Perched Aquifer)
d. Akuifer melayang (Perched Aquifer)
Akuifer
disebut akuifer melayang jika di dalam zone aerosi terbentuk sebuah akuifer
yang terbentuk di atas lapisan impermeable. Akuifer melayang ini tidak dapat
dijadikan sebagai suatu usaha pengembangan air tanah, karena mempunyai variasi
permukaan air dan volumenya yang besar.
e)
DAS
Daerah Aliran Sungai (DAS) - Daerah Aliran
Sungai (Drainage Area Riverbasin) yang disingkat menjadi DAS adalah bagian dari
muka bumi yang airnya mengalir ke dalam sungai tertentu. Adapun pengertian
lain dari Daerah Aliran Sungai adalah wilayah tampungan air hujan yang
masuk ke dalam wilayah air sungai atau suatu kawasan yang dibatasi oleh
titik-titik tinggi di mana air yang berasal dari air hujan yang jatuh,
terkumpul dalam kawasan tersebut.
Usaha Pelestarian DAS
Supaya DAS tidak mengalami kerusakan
maka perlu usaha pemeliharaan sehingga unsur-unsur yang ada di dalam DAS (unsur
fisik, kimia, dan biologi) tetap terjaga kelestariannya. Usaha menjaga
kelestarian DAS dapat dilakukan dengan konservasi lahan di dalam DAS tersebut
dengan metode sebagai berikut:
1. Social
Forestry atau Perhutanan Sosial merupakan sistem
pengelolaan hutan dimana masyarakat lokal
berpartisipasi aktif didalamnya untuk mensejahterakan mereka dan
sekaligus melestarikan atau memperbaiki hutan di sekelilingnya.
2.
Agroforestry
adalah istilah kolektif untuk sistem-sistem dan teknologi-teknologi penggunaan
lahan, yang secara terencana dilaksanakan pada satu unit lahan dengan
mengkombinasikan tumbuhan berkayu (pohon, perdu, palem, bambu dan lain-lain)
dengan tanaman pertanian dan/atau hewan (ternak) dan/atau ikan, yang dilakukan
pada waktu yang bersamaan atau bergiliran sehingga terbentuk interaksi ekologis
dan ekonomis antar berbagai komponen yang ada.
3. Penghijauan pada lahan terbuka dan
berlereng curam dengan penanaman pohon-pohon serta rerumputan, dilakukan
di luar kawasan hutan yang lahannya berupa lahan pertanian milik masyarakat
f)
Perairan Laut
Laut adalah
kumpulan air asin yang luas dan berhubungan dengan samudra. Laut adalah kumpulan air asin yang
sangat banyak dan luas di permukaan bumi yang memisahkan atau menghubungkan
suatu benua dengan benua lainnya dan suatu pulau dengan pulau lainnya.
Jenis-Jenis
Laut
Menurut
Proses Terjadinya
Ada beberapa
jenis laut di bumi ini, dan menurut proses terjadinya kita mengenal adanya Laut
Transgresi, Laut Ingresi, dan Laut Regresi.
a.Laut
Transgresi
Laut
Transgresi adalah laut yang terjadi karena adanya perubahan permukaan laut
secara positif (secara meluas). Perubahan permukaan ini terjadi karena naiknya
permukaan air laut atau daratannya yang turun, sehingga bagian-bagian daratan
yang rendah tergenang air laut. Perubahan ini terjadi pada zaman es. Contoh
laut jenis ini adalah Laut Jawa, Laut Arafuru, dan Laut Karimata.
b.Laut
Ingresi
Laut Ingresi
adalah laut yang terjadi karena adanya penurnan tanah di dasar laut. Oleh
karena itu laut ini sering disebut laut tanah turun. Penurunan tanah di dasar
laut akan membentuk lubuk laut dan palung laut. Lubuk laut atau basin adalah
penurunan di dasar laut yang berbentuk bulat. Contohnya lubuk Sulu, Lubuk
Sulawesi, dan Lubuk Karibia. Sedangkan Palung Laut atau trog adalah penurunan
di dasar laut yang bentuknya memanjang. Contohnya Palung Mindanau yang dalamnya
1.085 m, Palung Sunda yang dalamnya 7.450 m, dan Palung Mariana yang dalamnya
10.683 (terdalam di dunia).
c.Laut
Regresi
Laut Regresi
adalah laut yang menyempit. Penyempitan terjadi karena adanya pengendapan oleh
batuan (pasir, lumpur, dan lain-lain) yang dibawa oleh sungai-sungai yang
bermuara di laut tersebut. Penyempitan laut banyak terjadi di pantai utara
pulau Jawa.
Menurut
Letaknya
Berdasarkan
letaknya, Laut dibedakan menjadi tiga, yaitu Laut Tepi, Laut Pertengahan, dan
Laut Pedalaman.
a.Laut Tepi
Laut Tepi
adalah laut yang terletak di tepi benua (kontinen) dan seolah-olah terpisah
dari samudera luas oleh daratan pulau-pulau atau jazirah. Contohnya Laut Cina
Selatan dipisahkan oleh kepulauan Indonesia dan Kepulauan Filipina
b.Laut
Pertengahan
Laut
Pertengahan adalah laut yang terletak diantara benua-benua. Lautnya dalam dan
mempunyai gugusan pulau-pulau. Contohnya Laut tengah diantara benua Afrika-Asia
dan Eropa.
c.Laut
Pedalaman
Laut pedalaman
adalah laut-laut yang hampir seluruhnya dikelilingi oleh daratan. Contohnya
Laut Hitam.
Menurut
Kedalamannya
Dalam
kategori ini laut dibedakan berdasarkan 4 wilayah (zona), yaitu Zona Lithoral,
Zona Neritic, Zona Bathyal, dan Zona Abysal.
1. Zona
Litoral
Yaitu zona
yang merupakan batas antara wilayah pasang naik dan pasang surut air laut.
Ketika air laut sedang pasang maka wilayah ini akan terisi oleh air laut namun
ketika air laut surut maka wilayah ini akan berupa pantai.
2. Zona
Neritik
Yaitu zona
laut yang memiliki kedalaman kira-kira 50 sampai 200 meter. Pada zona ini sinar
matahari masih bisa tembus ke bawah permukaan air sehingga banyak hewan laut
dan tumbuhan laut hidup di zona ini.
3. Zona
Batial
Yaitu zona
laut yang kedalamannya 1500-1800/2000 m, sehingga cahaya matahari tidak dapat
menembus sampai dasar laut. Beberapa jenis binatang yang masih bisa hidup di
wilayah ini, tetapi tumbuhan laut hanya sedikit dibandingkan zona neritik.
4. Zona
Abbisal
Yaitu zona
laut memiliki kedalaman lebih dari 2000 m. Suhu di daerah ini sangat rendah
sehingga hanya hewan-hewan dan tumbuhan tertentu yang dapat hidup di zona ini.
Umunya biota yang hidup di zona ini dapat menghasilkan cahaya sendiri untuk
berkomunikasi di kegelapan laut contohnya Anglerfish.
Perairan Indonesia
Hukum Laut
Internasional yang telah disepakati pada tahun 1982. Berdasarkan kesepakatan
tersebut wilayah perairan Indonesia meliputi batas laut teritorial, batas
landas kontinen, dan batas zona ekonomi eksklusif.
1. Batas
Laut Teritorial
Batas laut
teritorial adalah suatu batas laut yang ditarik dari sebuah garis dasar dengan
jarak 12 mil ke arah laut. Garis dasar adalah garis khayal yang
menghubungkan titik-titik dari ujung-ujung terluar pulau di Indonesia. Laut
yang terletak di sebelah dalam garis dasar merupakan laut pedalaman. Di dalam
batas laut teritorial ini, Indonesia mempunyai hak kedaulatan sepenuhnya.
Negara lain dapat berlayar di wilayah ini atas izin pemerintah Indonesia.
2. Bata
Landas Kontinen
Landas
kontinen adalah dasar laut yang jika dilihat dari segi geologi maupun
geomorfologinya merupakan kelanjutan dari kontinen atau benua. Kedalaman landas
kontinen tidak lebih dari 150 meter. Batas landas kontinen diukur mulai dari
garis dasar pantai ke arah luar dengan jarak paling jauh adalah 200 mil. Kalau
ada dua negara yang berdampingan mengusai laut dalam satu landas kontien dan
jaraknya kurang dari 400 mil, batas kontinen masing-masing negara ditarik sama
jauh dari garis dasar masing-masing. Kewajiban negara ini adalah tidak
mengganggu lalu lintas pelayaran damai di dalam batas landas kontinen.
3. Batas
Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
Pada tanggal
13 Desember 1957 Pemerintah Indonesia mengeluarkan deklarasi yang dikenal
dengan nama Deklarasi Juanda yang melahirkan Wawasan Nusantara. Di dalam
deklarasi itu ditentukan bahwa batas perairan wilayah Indonesia adalah 12 mil
dari garis dasar pantai masing-masing pulau sampai titik terluar.
Pada tanggal
21 Maret 1980 Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan batas Zona Ekonomi
Eksklusif (ZEE) Indoensia sepanjang 200 mil, diukur dari garis pangkal wilayah
laut Indonesia. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) adalah wilayah laut sejauh 200 mil
dari pulau terluar saat air surut. Pada zona ini Indonesia memiliki hak untuk segala
kegiatan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam permukaan laut, di dasar
laut, dan di bawah laut serta mengadakan penelitian sumber daya hayati maupun
sumber daya laut lainnya.
KD 7
MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM
Pengertian Bencana
Bencana
(disaster) merupakan suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu
komunitas sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari
segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang melampaui kemampuan komunitas
tersebut untuk mengatasi dengan menggunakan sumberdaya mereka sendiri. (ISDR,
2004)
Bencana
merupakan kombinasi antara ancaman (Hazard) dan kerentanan
(Vulnerability). Ancaman yaitu fenomena, bahaya atau resiko, baik
alami maupun tidak alami yang dapat (tetapi belum tentu menimbulkan bencana
diantaranya banjir, tanah longsor, kekeringan, wabah penyakit, konflik
bersenjata dll. Sedangkan kerentanan adalah keadaan didalam suatu komunitas
yang membuat mereka mudah terkena akibat buruk dari ancaman diantaranya
kerentanan fisik, sosial, dan psikologi/sikap.
Penanganan atau Manajemen
Bencana (Disaster Management)
Manjemen
Bencana adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mengendalikan bencana dan
keadaan daruat, sekaligus memberikan kerangka kerja untuk menolong masyarakt
dalam keadaan beresiko tinggi agar dapt menghindari ataupun pulih dari dampak
bencana.
Tujuan
dari Manajemen bencana diantaranya:
1.
Mengurangi
atau menghindari kerugian secara fisik, ekonomi maupun jiwa yang dialami oleh
perorangan, masyarakt negara.
2.
Mengurangi
penderitaan korban bencana
3.
Mempercepat
pemulihan
4.
Memberikan
perlindunagan kepada pengungsi atau masyarakat yang kehilangan tempat ketika
kehidupannya terancam.
Pengertian
Mitigasi Bencana
Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2007, mitigasi didefinisikan sebagai serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Beberapa tujuan utama mitigasi bencana alam yaitu:
1.
Mengurangi
resiko bencana bagi penduduk dalam bentuk korban jiwa, kerugian ekonomi dan
kerusakan sumber daya alam.
2.
Menjadi
landasan perencanaan pembangunan
3.
Meningkatkan
kepedulian masyarakat untuk menghadapi serta mengurangi dampak dan resiko bencana
sehingga masyarakat dapat hidup aman.
Untuk
melakukan penanggulangan bencana, diperlukan informasi sebagai dasar
perencanaan penanganan bencana yang meliputi:
1. Lokasi dan kondisi geografis wilayah
bencana serta perkiraan jumlah penduduk yang terkena bencana
2. Jalur transportasi dan sistem
telekomunikasi
3. Ketersediaan air bersih, bahan
makanan, fasilitas sanitasi, tempat penampungan dan jumlah korban
4. Tingkat kerusakan, ketersediaan obat
obatan, peralatan medisserta tenaga kesehatan
5. Lokasi pengungsian dan jumlah
penduduk yang mengungsi
6. Perkiraan jumlah korban yang
meninggal dan hilang
7. Ketersediaan relawan dalam berbagai
bidang keahlian
Konsep Siklus Manajemen Bencana
Siklus manajemen bencana yang terdiri
komponen mitigasi (mitigation),
kesiapsiagaan (preparedness), respon
(response/tanggap darurat), recovery
(pemulihan) yang di perlu lakukan secara utuh. Untuk lebih jelas akan dibahas
keempat fase siklus manajemen bencana tersebut sebagai berikut:
1.
Fase pertama, yaitu mitigasi. Upaya untuk memperkecil dampak dari bencana,
meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat. Ada 2 bentuk mitigasi yang lazim
dilakukan yaitu mitigasi struktural dan mitigasi non struktural. (1) Mitigasi
struktural merupakan upaya pengurangan risiko bencana (PRB) dengan cara
membangun lingkungan fisik dengan menggunakan rekayasa struktur, seperti
pembangunan bangunan tahan gempa, pengendalian lingkungan dengan pembuatan
kanal banjir, drainase, dan terasering. (2) Mitigasi non-struktural adalah
upaya PRB dengan cara merubah prilaku
manusia atau proses alamiah, seperti penyusunan kebijakan, peraturan
perundang-undangan, PRB, pendidikan, dan penyadaran masyarakat, modifikasi
non-struktural, perubahan perilaku masyarakat. Mitigasi bencana merupakan
kegiatan yang sangat penting dalam penanggulangan bencana, karena kegiatan ini
merupakan kegiatan sebelum terjadinya bencana yang dimaksudkan untuk
mengantisipasi agar dampak yang ditimbulkan dapat dikurangi. Resiko bencana adalah
segala
potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada
suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit,
jiwa terancam, hilangnya rasa aman mengungsi, kerusakan, atau kehilangan harta
dan gangguan kegiatan masyarakat
2.
Fase kedua, yaitu kesiapsiagaan. Merencanakan bagaimana menanggapi bencana
dilakukan dalam fase ini. Hal tersebut meliputi: Merencanakan kesiapsiagaan,
penilaian kerentanan, kelembagaan, Sistem informasi, basis sumberdaya,
membangun sekolah siaga bencana, memasukkkan unsur PRB dalam kurikulum sekolah,
Sistem peringatan dini, mekanisme tanggap, pendidikan public dan pelatihan,
kesiapan logistic, membuat rencana kontijensi, kemudian diuji coba
kesiapsiagaan terhadap bencana. Pada siklus
Preparedness (kesiapsiagaan) adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah
yang tepat guna dan berdaya guna. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan
pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan
terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.
3.
Fase ketiga, yaitu respon. Upaya memperkecil kerusakan yang disebabkan oleh
bencana, Pencarian dan penyelamatan korban diantaranya: Triage korban bencana dan pemilahan korban, pemeriksaan kesehatan,
dan mempersiapkan korban untuk tindakan rujukan. Selain itu juga memfungsikan
pos kesehatan lapangan (rumah sakit lapangan), mendistribusikan logistik
(obat-obatan, gizi, air bersih, sembako), menyediakan tempat tinggal sementara
dan penanganan pos traumatic stress.
4.
Fase keempat, yaitu recovery:
tindakan mengembalikan masyarakat ke kondisi normal. Peristiwa ini menfokuskan
pada perbaikan sarana dan prasarana, yaitu: rehabilitasi dan rekonstruksi.
Adapun rehabilitasi merupakan upaya untuk membantu komunitas memperbaiki
rumahnya, mengembalikan fungsi pelayanan umum, perbaikan sarana transportasi,
komunikasi, listrik, air bersih dan sanitasi, dan pelayanan pemulihan
kesehatan. Selanjutnya rekonstruksi merupakan upaya jangka menengah dan jangka
panjang seperti pembangunan kembali sarana dan prasarana, serta pemantapan
kemampuan institusi pemerintah, sehingga terjadinya perbaikan fisik, social dan
ekonomi untuk mengembalikan kehidupan komunitas pada kondisi yang sama atau lebih
baik dari sebelumnya.
Pengertian Adaptasi Penanggulangan Bencana Alam
Adaptasi bencana adalah penyesuaian
sistem alam dan manusiaterhadap stimulus bencana alam nyata atau yang
diharapkan tidak ada dampak-dampaknya, yang menyebabkan kerugian atau
mengeksploitasi kesempatan-kesempatan yang memberi manfaat.
Adapatsi bencana alam perlu
dilakukan mengingat adanya ancaman-ancaman bencana alam yang membahayakan
manusia seperti:
Ancaman alamiah
Proses atau fenomena alam berupa
tanah longsor, tanah bergerak yang bisa menyebabkan hilangnya nyawa, cidera
atau dampak-dampak kesehatan lain, kerusakan harta benda, hilangnya penghidupan
dan layanan, gangguan sosial dan ekonomi atau kerusakan lingkungan.
Ancaman biologis
Proses atau fenomena bersifat
organik atau yang dinyatakan oleh vektor-vektor biologis termasuk keterpaparan
terhadap mikroorganisme yang bersifat patogen, toksin dan bahan-bahan bioaktif
yang bisa menghilangkan nyawa, cidera, sakit atau dampak-dampak kesehatan
lainnya kerusakan harta benda, hilangnya penghidupan dan layanan, gangguan sosial
dan ekonomi atau kerusakan lingkungan.
Ancaman geologis
Proses atau fenomena geologis berupa
gempa bumi dan gunung meletus bisa mengakibatkan hilangnya nyawa, cidera atau
dampak-dampak kesehatan lain, kerusakan harta benda, hilangnya penghidupan dan
layanan, gangguan sosial dan ekonomi atau kerusakan lingkungan.
Ancaman hidrometeorologis
Proses atau fenomena yang bersifat
atmosferik, hidrologis atau oseanografis berupa pemanasan global dan tsunami
yang bisa mengakibatkan hilangnya nyawa, cidera atau dampak-dampak kesehatan
lain, kerusakan harta benda, hilangnya penghidupan dan layanan, gangguan sosial
dan ekonomi atau kerusakan lingkungan.
Ancaman sosial-alami
Fenomena meningkatnya kejadian
peristiwa-peristiwa ancaman bahaya geofisik dan hidrometeorologis tertentu
seperti tanah longsor, banjir, dan kekeringan, yang disebabkan oleh interaksi
antara ancaman bahaya alam dengan sumber daya lahan dan lingkungan yang
dimanfaatkan secara berlebihan atau rusak
Lembaga penanggulangan bencana alam
A.
Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB)
BNPB adalah lembaga pemerintah nondepartemen yang
dibentuk berdasarkan peraturan presiden nomor 8 Tahun 2008. Tugas BNPB adalah
membantu presiden dalam mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
penanganan bencana serta melaksanakan penanganan tersebut mulai dari sebelum
bencana, pada saat terjadi bencana, dan setelah terjadi bencana.
B.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi (PVMBG)
PVMBG merupakan salah satu unit
kerja Badan Geologi. Badan geologi sendiri merupakan salah satu unit di
lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). PVMPG berkantor
pusat di Bandung dan mempunyai tugas melaksanakan penelitian, penyelidikan,
perekayasaan dan pelayanan di bidang vulkanologi dan mitigasi bencana geologi.
Hubungan
antara bencana alam dengan kelembagaan penanggulangan bencana alam
-Apabila di suatu daerah terjadi
kenampakan/kerusakan alam yang berhubungan dengan geologi, maka masyarakat
melalui pemerintah daerah dapat segera menghubungi PVMPG yang berkantor pusat
di Bandung untuk diteliti keadaannya.
-Apabila terjadi bencana alam
seperti meletusnya gunung Merapi, keluarnya gas alam di Dieng, tsunami di Aceh,
gempa bumi di Tasikmalaya dan Padang atau bencana lainnya, masyarakat melalui
pemerintah daerah dapat melaporkan kejadian tersebut ke BNPB dan PVMPB. BNPB
bertugas dalam hal melaksanakan penanganan bencana, sedangkan PVMPB bertugas
dalam hal mengatasi dam menyelidiki sebab-sebab dan akibat bencana alam yang
terjadi.
Karakteristik Bencana Alam
1.
Letusan gunung api
Berikut
adalah hasil dari letusan gunung berapi, antara lain :
a.
Gas vulkanik
Gas yang
dikeluarkan gunung berapi pada saat meletus. Gas tersebut antara lain Karbon
monoksida (CO), Karbon dioksida (CO2), Hidrogen Sulfida (H2S), Sulfur dioksida
(S02), dan Nitrogen (NO2) yang dapat membahayakan manusia.
b.
Lava dan aliran pasir serta batu panas
Lava adalah
cairan magma dengan suhu tinggi yang mengalir dari dalam Bumi ke permukaan
melalui kawah. Lava encer akan mengalir mengikuti aliran sungai sedangkan lava
kental akan membeku dekat dengan sumbernya. Lava yang membeku akan membentuk
bermacam-macam batuan.
c.
Lahar
Lahar adalah
lava yang telah bercampur dengan batuan, air, dan material lainnya. Lahar
sangat berbahaya bagi penduduk di lereng gunung berapi.
d.
Hujan Abu
Yakni
material yang sangat halus yang disemburkan ke udara saat terjadi letusan.
Karena sangat halus, abu letusan dapat terbawa angin dan dirasakan sampai
ratusan kilometer jauhnya. Abu letusan ini bisa menganggu pernapasan.
e.
Awan panas
Yakni hasil
letusan yang mengalir bergulung seperti awan. Di dalam gulungan ini terdapat
batuan pijar yang panas dan material vulkanik padat dengan suhu lebih besar
dari 600 °C. Awan panas dapat mengakibatkan luka bakar pada tubuh yang terbuka
seperti kepala, lengan, leher atau kaki dan juga dapat menyebabkan sesak napas.
2.
Kebakaran Hutan
Kebakaran
Hutan merupakan suatu faktor lingkungan dari api yang memberikan pengaruh
terhadap hutan, menimbulkan dampak negatif maupun positif. Kebakaran Hutan yang
terjadi adalah akibat ulah manusia maupun faktor alam. Penyebab Kebakaran Hutan
yang terbanyak karena tindakan dan kelalaian manusia. Ada yang menyebutkan
hampir 90% Kebakaran Hutan disebabkan oleh manusia sedangkan hanya 10% yang
disebabkan oleh alam. Pengertian dan definisi lain yang diberikan untuk
Kebakaran Hutan adalah suatu keadaan dimana hutan dilanda api sehingga
berakibat timbulnya
kerugian ekosistem dan terancamnya kelestarian lingkungan. Upaya pencegahan
Kebakaran Hutan merupakan suatu usaha Perlindungan Hutan agar
kebakaran
hutan yang berdampak negatif tidak meluas.
Tanda -
tanda sebelum kebakaran hutan
- Terjadinya akumulasi asap
- adanya titik api (hot spot)
- Meluasnya kobaran api di lokasi kebakaran
- Adanya loncata api dari permukaan membakar ranting ataupun tajuk, yang semakin besar.
3.
Gempa Bumi
Karakteristik gempa bumi
Gempa bumi adalah peristiwa
bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi secara tiba-tiba yang
ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi. Akumulasi energi
penyebab terjadinya gempabumi dihasilkan dari pergerakan lempeng-lempeng
tektonik. Energi yang dihasilkan dipancarkan kesegala arah berupa gelombang
gempabumi sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi.
Karakteristik Gempabumi
-
Berlangsung
dalam waktu yang sangat singkat
-
Lokasi
kejadian tertentu
-
Akibatnya
dapat menimbulkan bencana
-
Berpotensi
terulang lagi
-
Belum dapat diprediksi
-
Tidak dapat
dicegah, tetapi akibat yang ditimbulkan dapat dikurangi
Tipe gempa
bumi
a. Gempa bumi vulkanik ( Gunung Api ) ;
Gempa bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi
sebelum gunung api meletus.
b. Gempa bumi tektonik ; Gempa bumi ini
disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempeng lempeng
tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga
yang sangat besar. Gempabumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam
di bumi, getaran gempa bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian bumi.
c. Gempa bumi tumbukan ; Gempa bumi ini
diakibatkan oleh tumbukan meteor atau asteroid yang jatuh ke bumi, jenis gempa
bumi ini jarang terjadi.
d. Gempa bumi runtuhan ; Gempa bumi ini
biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah pertambangan, gempabumi
jarang terjadi dan bersifat lokal.
e. Gempa bumi buatan ; Gempa bumi
buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas dari manusia, seperti
peledakan dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan ke permukaan bumi
4.
Banjir
Banjir
merupakan peristiwa meluapnya air dari sungai sehingga menggenangi wilayah
daratan yang normalnya kering. Banjir umumnya terjadi ketika volume air pada
sungai melebihi daya tampung sungai tersebut.
Berdasarkan
penyebabnya, banjir dapat dikategorikan dalam empat kategori yaitu:
a. Banjir yang disebabkan oleh hujan
lebat yang melebihi kapasitas penyaluran sistem pengaliran air yang terdiri
dari sistem sungai alamiah dan sistem drainase buatan manusia
b. Banjir yang disebabkan meningkatnya
muka air di sungai sebagai akibat pasang laut maupun meningginya gelombang laut
akibat badai.
c. Banjir yang disebabkan oleh
kegagalan bangunan air buatan manusia seperti bendungan, bendung, tanggul dan
bangunan pengendalian banjir.
d. Banjir akibat kegagalan bendungan
alam atau penyumbatan aliran sungai akibat runtuhnya/longsornya tebing sungai.
Pada umumnya banjir yang berupa
genangan maupun banjir bandang bersifat merusak. Aliran arus air yang cepat dan
bergolak dapat mengakibatkan korban jiwa karena aliran air yang sangat deras
dan besar dapat membuat orang hanyut atau tenggelam. Aliran air yang membawa
material tanah yang halus akan mampu manyeret material yang lebih berat
sehingga daya rusaknya akan lebih tinggi. Banjir mampu merusak pondasi
bangunan, pondasi jembatan dan lainnya yang dilewati sehingga menyebabkan
kerusakan parah pada bangunan tersebut bahkan mampu merobohkan bangunan dan
mampu menghanyutkannya.
5. Tsunami
Tsunami berasal dari bahasa Jepang.
“tsu” berarti pelabuhan, “nami” berarti gelombang sehingga secara umum
diartikan sebagai pasang laut yang besar di pelabuhan.
Ada beberapa penyebab terjadinya
tsunami:
a.
Bempabumi yang diikuti dengan dislokasi/perpindahan
masa tanah/batuan yang sangat besar di bawah air (laut/danau).
b.
Tanah longsor di bawah tubuh air/laut
c.
Letusan gunung api di bawah laut dan gunung api pulau
Besar kecilnya gelombang tsunami
sangat ditentukan oleh karakteristik gempa bumi yang memicunya. Besar kecilnya
tsunami yang yang terjadi di samping tergantung pada bentuk morfologis pantai
juga dipengaruhi oleh karakteristik sumber gangguan implusif yang ditimbulkannya.
Karakteristik gelombang tsunami meliputi energi, magnitudo, kedalaman pusat
gempa, mekanisme fokus dan luas rupture area.
Beberapa karakteristik Tsunami,
antara lain :
a.
Tinggi gelombang tsunami di tengah lautan mencapai
lebih kurang 5 meter. Serentak sampai pantai tinggi gelombang ini dapat
mencapai 30 meter.
b.
Panjang gelombang tsunami (50-200 km) jauh lebih besar
dari pada gelombang pasang laut (50-150 m). Panjang gelombang tsunami
ditentukan oleh kekuatan gempa, sebagai contoh gempabumi tsunami dengan
kekuatan magnitude 7-9 panjang gelombang tsunami berkisar 20-50 km dengan
tinggi gelombang 2 m dari permukaan laut.
c.
Periode waktu gelombang tsunami yang berkekuatan
tinggi hanya berperiode durasi gelombang sekitar 10-60 menit, sedangkan
gelombang pasang bisa berlangsung lebih lama 12-24 jam.
d.
Cepat rambat gelombang tsunami sangat tergantung pada
kedalaman laut, bila kedalaman laut berkurang setengahnya, maka kecepatan
berkurang tiga perempatnya.
_____________________________HUD____________________________